|HAPPY READING|
Vote! Vote! Vote!
Dengan berat hati Nathan meninggalkan kediaman Arghaza, lalu pergi ke kantor tanpa membawa sang paman. Hingga tak terasa kini waktu telah sore, dan Nathan harus pulang.
Sesampainya di rumah peninggalan orangtuanya, Nathan menatap heran adik bungsunya yang sudah berdiri seperti menunggu seseorang.
"Adek kenapa disini? Ayo masuk udah mau gelap," Nathan berniat menggiring Raven masuk.
"Aman Ala mana? Kok nda ada?" Ucap Raven pada Nathan.
"Kita masuk dulu, nanti Abang kasih tau," Nathan mengangkat tubuh Raven digendongan koalanya.
Nathan mendudukkan Raven di sofa ruang keluarga, disana juga ada Sultan yang lagi nonton TV.
"Aman Alanya mana bang?" Tanya Raven sekali lagi, tak taukah bahwa Raven sangat linduuuu!
"Paman Kala nginep di mansion Arghaza, jadi paman ngga ada disini dek," jelas Nathan pada Raven.
"Yahh, padahal nanti mau bobo baleng," sendu si bungsu.
"Ngapain sih ngurusin dia? Palingan nanti dia mati dibunuh keluarga Arghaza, tadi Abang nganterin tu orang keluarga Arghaza gimana?" Sultan kesal, kenapa setelah pamannya itu kecelakaan saudaranya terlihat sibuk mengurus pembunuh itu!
"Ya begitulah, tidak bisa dideskripsikan. Abang mau mandi, kakak keatas dulu," Nathan pergi meninggalkan kedua adiknya di ruang keluarga.
Sedangkan di tempat lain, Kala terbangun dari tidurnya. Ia merasakan lapar pada perutnya, ia menatap sekeliling. Tak ada siapapun kecuali dirinya, ini dikamar mana?
Kala keluar dari kamar, sepertinya ini kamar tamu. Ia berjalan menyusuri jalan, menuruni tangga menuju dapur. Tidak ada siapapun, bahkan maid pun tidak ada.
Kala yang lapar pun bodoamat dan langsung menuju dapur untuk melihat apakah ada sesuatu yang bisa ia makan atau tidak. Serasa rumah milik sendiri!
Bibirnya melengkung kebawah ketika tak ada makanan yang terlihat. Kala teringat lagi tempat rahasia sang bunda untuk menyimpan kesukaannya.
"Hihi, ternyata masih banyak stok nya!" Kala mengambil satu kaleng susu bubuk kesukaannya lalu mendekapnya dan berjalan menuju kolong meja di dapur.
"Nyam... Nyam..." Kala menutup matanya dan menggerakkan badannya kekanan dan kekiri saking menikmati susu bubuk di dekapannya.
Entah sudah berapa sendok susu yang telah memasuki bibir Kala, namun keadaan Kala kini tidak bisa dikatakan baik. Wajahnya yang putih, kini menjadi cemong karena susu bubuk yang bewarna cokelat terdapat dimana-mana. Bahkan disekitar bibir Kala sudah tak bisa dikatakan apik, cokelat semua!
"Kenapa sih susu enak? Nanti kalo Kala disuruh pulang, Kala mau minta semua susu punya Avin dibawa ke rumah Nathan!" Kala kembali menyendokkan bubuk susu kedalam mulutnya.
"Uhuk... Uhuk..."
"Suara apa itu?" Suara yang tidak asing terdengar ditelinga Kala, itu suara kakak keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALVIN ✓
Random[MINIMAL VOTE LAH KALO BACA] Avin tak pernah menyangka jika ia masih di beri kesempatan hidup setelah kecelakaan yang ia alami. Naas, bukannya sadar di sambut oleh senyum teduh keluarganya. Avin justru terbangun di raga orang yang ia selamatkan. Jiw...