FOUR

11.7K 1.4K 58
                                    

|HAPPY READING|

Vote! Vote! Vote!

Perasaan Avin yang berada di raga Kala kini bak nanonano. Kalian tau apa yang terjadi? Kini tubuh Kala terasa tak bisa bergerak sedikitpun, tubuhnya di peluk dari dua arah.

"Enghh... lepasin ih! Sesak..." Kala berusaha melepaskan dirinya dari kungkungan dua arah yang menyesakkan.

"Jam berapa paman?" Lirih Raven pelan dengan suara seraknya.

"Aaaa lepasin dulu, Kala sesak..." Kala bergerak brutal tak kuat menahan sesak, jangan lupa dia kan gampang bengek!

"Lepasin ish!"

"Diam! Paman nanti sesak!" Suara Nathan menginterupsi, suaranya terdengar seram padahal baru bangun tidur.

Kala langsung terdiam, takut? Ya pastilah!

Dengan perlahan ia mencoba melepaskan diri, "Paman sesak, kalian bisa melepaskan pelukannya..."

"Segera bersiap, kita akan pergi ke rumah duka orang yang menolong paman. Raven, kamu segeralah bersiap untuk sekolah!" Ucap Nathan tegas sembari beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.

"Yahhh, dahal Lapen nak ikut..." Raven mengerucutkan bibirnya merasa kecewa.

Cup!

"Lucunya... udah ngga usah sedih, sana kamu bersiap!" Ucap Kala setelah mengecup bibir mungil Raven.

Kala segera beranjak menjauh dari area kamar Nathan, meninggalkan Raven yang masih melongo.

"KYAAAA, LAPEN DI CIUM BIBILNYA SAMA AMAN ALAA! LASA BIBILNYA MANIS KAYA PELMEN!" Raven memeluk guling gemas sembari berteriak histeris, untung saja Kala sudah pergi dan kamar Nathan kedap suara.

"Aman Ala sangat manis..." Raven bergerak abstrak dengan guling di pelukannya.

"Ada apa Raven? Kau kan tadi kusuruh segera bersiap?" Nathan menyembulkan kepalanya di pintu kamar mandi, pasalnya ia mendengar adiknya itu berteriak histeris.

"Abang nda diajak, huuuuu..." Raven turun dari ranjang lalu meninggalkan Nathan yang diselimuti rasa kepo.

"Yeee dicium aman comel!" Batin Raven riang gembira disepanjang jalan menuju kamarnya.

|KALVIN|

Raven dan Sultan berangkat ke sekolah atas perintah Nathan. Sebenarnya Raven ingin menolak dan mau ikut pamannya, Kala. Namun, perintah ya perintah, Raven tak berani jika menentang Abang sulungnya lebih jauh.

Sultan? Dia mah bodoamat. Dirinya selalu merasa sensi bila melihat wajah pamannya, jadi lebih ia tak perlu ikut dan sekolah saja.

Kini, Kala sudah berada di dalam mobil dan di perjalanan menuju rumahnya si Avin, bisakah Kala katakan itu rumahnya juga? Entahlah.

"Paman harus meminta maaf kepada keluarga Arghaza, kesayangan mereka harus meninggal karena melindungi paman!"

"Iya.."

Setelah itu tak ada percakapan, Kala diam Nathan pun fokus mengemudi. Hingga tibalah mereka di depan gerbang yang menjulang tinggi dan panjang.

Tin!

KALVIN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang