|HAPPY READING|
Vote! Vote! Vote!
Tandai bila typo!
Bryan tak memikirkan hal lain selain keadaan Kala, setelah menyelamatkan Kala lewat jalur bawah. Kala langsung dibawa ke rumah sakit, Bryan tak mengizinkan kedua orangtuanya untuk ikut satu mobil dengannya.
Sesampainya di rumah sakit Kala langsung ditangani dengan cepat. Bryan menunggu berjam-jam dokter yang menangani Kala, dan yang membuat Bryan lemas adalah ketika dokter selesai mengobati, dokter berkata bahwa Kala dinyatakan koma.
Bryan merasa seolah dunianya berhenti, ia merasa sangat amat bersalah. Ini semua terjadi karena keluarganya.
Kala sudah di pindahkan keruang rawat, dan entah kapan akan sadar. Kalian tau? Bryan menempatkan beberapa bodyguard didepan pintu rawat Kala. Hal itu untuk mencegah masuknya Ken dan Elle.
Bryan tak akan rela bisa dua orang itu memasuki ruangan Kala, walaupun mereka adalah orangtuanya.
Didalam ruangan, Bryan menatap sendu Kala yang terbaring tak berdaya dengan wajah putih pucat. Tangan Bryan tertaut dengan tangan Kala yang sedikit hangat.
"Gw rindu sama lo Kal," Bryan tak tahan untuk tidak menangis, hatinya seolah bergemuruh tak nyaman melihat keadaan Kala saat ini.
Bryan merebahkan kepalanya disisi brankar yang kosong, berharap mimpi indah menghampirinya.
[KALVIN]
Ini sudah dua minggu Bryan menunggu Kala yang masih terbaring di ranjang rumah sakit engga bangun.
Semua pekerjaan Bryan ia serahkan pada tangan kanannya, Bryan hanya berharap ketika Kala bangun orang yang pertama kali Kala lihat adalah dirinya.
Sebenarnya Bryan berniat memberitahukan keadaan Kala pada keluarga Kala yang tak lain adalah Dirgantara. Namun, Bryan pikir akan lebih baik jika ia memberi tahu setelah Kala sadar dari komanya.
Bryan dengan telaten menyeka tubuh Kala, bisa dibilang ini adalah kegiatan harian yang kini menjadi kewajiban bagi Bryan.
Bryan benar-benar menjaga Kala, terbukti dari Bryan yang rela membayar beberapa bodyguard untuk menjaga ruangan Kala. Bryan hanya tak mau jika kedua orangtuanya menemui Kala. Dirinya tau jika Ken dan Elle kini menyesal, namun bukankah mereka juga pandai menipu? Nyatanya Kala korbannya.
Bryan membereskan baksom air untuk menyeka tubuh Kala, setelah itu Bryan kembali duduk dan menatap Kala seperti hari hari sebelumnya.
"Gw cuman berharap lo cepet bangun Kal," Bryan merebahkan kepalanya disamping tangan Kala, tidur.
"Mimpi indah Bry," Bryan menegang, ia yang belum sepenuhnya tertidur langsung saja duduk tegak.
"Syukurlah lo bangun! Gw akan panggil dokter!" Bryan menatap Kala berkaca-kaca.
"Hehe, jangan nangis nanti jelek, udah disini aja ngga usah panggil dokter Kala baik-baik aja, cuman haus aja," lirih Kala dengan sembari tersenyum.
Bryan langsung mengambil gelas berisi air minum untuk Kala, Kala dengan siap menerima dan langsung meminumnya sampai tandas.
"Iya gw ngga akan nangis, gw seneng banget lo udah bangun," Bryan mengusap kasar pipinya yang basah, setelah menaruh gelas yang sudah kosong.
"Mereka ngga datang?" Bryan langsung merubah mimik wajahnya, tau siapa yang dimaksud Kala.
"Ngga usah bahas mereka Kal," ucap Bryan malas.
"Mereka pasti kecewa Kala ngga jadi mati," ucap Kala tak enak.
"Lo ngomong apaan si! Gw udah bilang kan ngga usah bahas mereka!" Tegas Bryan.
"Nanti kalo Kala dipertemukan sama mereka, Kala bakalan minta maaf," Bryan menggeleng.
"Mereka yang harusnya minta maaf! Dan jangan pernah lo maafin mereka!"
"Sesama manusia harus saling memaafkan, Kala ngga marah kok sama mereka. Kalau mereka minta maaf pun, Kala akan maafkan," balas Kala lagi-lagi dengan senyuman.
"Ngga usah senyum lo! Gw ngga suka senyuman lo yang seolah baik-baik aja kaya gitu!" Kala terkekeh mendengar ucapan Bryan.
"Haha, trus Kala harus cemberut?"
"Ngga gitu juga Kala," Bryan mengusak rambut Kala gemas.
"Oh iya, ada orang yang mau ngomong sama lo," alis Kala tertaut, siapa?
"Siapa?"
Bryan mengeluarkan ponselnya dari saku celana, ia membuka layar ponsel dan mulai mendial nomor seseorang.
"Halo, udah siap bicara sama Kala?" Tanya Bryan mengawali.
"..."
"Gw alihin jadi panggilan video," Bryan mengalihkan panggilan, lalu memegangi ponselnya mengarahkan layar kamera ke arah Kala.
"Apakabar paman? Eh, kok pakai baju rumah sakit? Paman sakit?" Tanya Nathan khawatir.
"Na-nathan? Ah cuman demam kok," Saking tak percayanya, Kala sampai terbata-bata.
"Huhu, paman kemana aja Sultan mau minta maaf!"
"Abang minggir deh, Raven mau liat paman comelnya Raven!"
"Raven udah ngga cadel?" Tanya Kala.
"Ngga dong, Raven kan rajin makan pedes makanya udah ngga cadel lagi," ujarnya sok tau.
"Minggir cil, badan lo menuhin layar!" Sultan mendorong pelan badan Raven yang bongsor.
"Kalian ini ngga ada hari tanpa berantem ya," lerai Nathan.
"Abang dulu/si bocil dulu!" Ucap mereka bersamaan.
Kala tersenyum menatap layar ponsel milik Bryan, "Kalian udah ngga benci sama paman?"
"Nggak!" Balas mereka bertiga serentak yang dibalas tawa ringan oleh Kala.
"Kami minta maaf sama paman telah berprasangka buruk selama ini, kami sangat menyayangi paman!" Nathan merangkul kedua adiknya, berharap bisa cepat-cepat bertemu Kala.
"Udah dulu ya, gw pegel pegangin ponselnya. Kalian besok harus datang kesini buat minta maaf secara ekslusif, kalo terlambat gw bawa kabur paman kalian. Nanti gw kirim alamat lengkapnya," ucap Bryan lalu memutuskan panggilan video sepihak.
"Kamu tau dari mana mereka keluarganya Kala? Dapet nomornya juga," heran Kala.
"Perkara mudah, gw kan detektif handal!" Bangganya!
Sedangkan di lain tempat, tepatnya sebuah kamar. Ken dan Elle hanya bisa merenung dan melamunkan penyesalan mereka. Hanya karena harta mereka sampai gelap mata sampai bermain-main dengan nyawa seseorang.
Bahkan jika dipikir-pikir, kenapa dulu mereka tak membangkrutkan saja perusahaan Dirgantara? Namun yang namanya udah dendam berbalut emosi, semua itu tak bisa dibendung.
Ketika nyawa yang di inginkan, ya harus nyawa.
Kini mereka hanya bisa menyesal dan menyesal, ingin meminta maaf pada Kala pun Bryan tak memberi celah sedikitpun pun agar mereka meminta maaf.
"Besok kita kerumah sakit yuk mas," ucap Elle.
"Untuk apa? Kita pasti akan tetap diusir," balas Ken.
"Pasti ada jalan, kita coba lagi."
TBC!
Tetiba pengen hiatus, hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALVIN ✓
Random[MINIMAL VOTE LAH KALO BACA] Avin tak pernah menyangka jika ia masih di beri kesempatan hidup setelah kecelakaan yang ia alami. Naas, bukannya sadar di sambut oleh senyum teduh keluarganya. Avin justru terbangun di raga orang yang ia selamatkan. Jiw...