[17] Terasa Hampa

53 18 3
                                    

"Kemarin pukul 10.00 Meshcees kembali menyerang Arlesyan yang sudah merdeka pada 14 tahun yang lalu. Gedung Sabit yang merupakan gedung yang menjadi ciri khas Arlesyan telah runtuh karna serangan granat oleh Meshcees pada pukul 14.00 yang mengakibatkan 25 korban tewas, 9 korban luka berat dan 17 korban belum di temukan. Saat ini kabarnya Meshcees akan memblokir semua akses menuju Arlesyan dan terus menghantam negri putih itu (Arlesyan) dengan serangan serangan. Saat ini total korban keseluruhan adalah 287 korban tewas yang terdiri dari 52 lansia, 4 balita, 20 anak anak, 180 orang dewasa, 12 pemuda, 8 remaja, dan 11 tentara negara. Dan 562 korban luka luka---"

Tit

Artha mematikan TV yang menyiarkan sebuah berita, ia membuang pandangan ke jendela yang tirainya menari nari karna hembusan angin pagi.

Huft

Artha menghembuskan nafas lelah. Lelah dengan semua ini.

Haneza, negara ini memang sama sejuknya dengan Arlesyan. Namun semuanya terasa..hampa. Artha dan Alsyhab sampai di Haneza pada kemarin pukul 10.20 dengan lama perjalanan 20 menit, sempat ada kendala yaitu hampir bertabrakan dengan
pesawat perang milik Meshcees, namun untungnya pilot handal kebanggan Arlesyan bisa mengatasinya.

Pagi ini Artha menonton televisi di rumah minimalis milik Paman dan Bibinya seraya menunggu giliran mandi karna kamar mandi sedang di pakai oleh Alsyhab.

"CEPAT AL!" serunya dengan kesal

"Cepat apa? Aku sudah selesai dari tadi," ucap Alsyhab yang baru saja datang dengan membawa kotak transparan yamg berisi sandwich dan sebotol susu.

"Yang benar saja!" seru Artha lalu bergegas ke kamar mandi.

Alsyhab duduk bersila di lantai yang dingin lalu meletakkan kotak transparan yang dibawanya dan sebotol susu di lantai. Ia menghidupkan televisi, ia menonton televisi sambil memakan sandwich roti yang berisi buah buahan yang di potong kecil kecil dengan sedikit krim putih dan taburan coklat manis.

"Melaporkan dari Sqerfi, seorang remaja merelakan dirinya demi melindungi sang ibu dari peluru peluru. Remaja berinisial D ini tewas terkena 12 luka tembak,"

Di televisi yang menyiarkan berita tersebut memperlihatkan sebuah foto anak laki laki hanya sampai dada memakai baju putih, berlatar belakang merah sepertinya itu foto yang biasa di rapot rapot sekolah. Alsyhab  meremat remot TV. Anak laki laki di foto itu.

Andhika.

"Dika!!" panggil Alsyhab yang membuat siswa bernama Dika itu menoleh.

Alsyhab berlari kecil untuk menghampiri Dika. "Besok pagi ke Ruang Osis ya?" ucap Alsyhab yang membuat dahi Dika mengkerut.

"Buat apa Kak?" tanya siswa bernama Dika itu.

"Maaf Dik, besoknya Aku gak bisa datang karna harus dirawat di Rumah Sakit.. tapi kayaknya perminta maafan Aku  ini gak bisa Aku ungkapin secara langsung sama kamu..selamat jalan.." ucap Alsyhab sambil menghembuskan nafas gelisah.

Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk nantinya menyerahkan jabatannya pada adik kelasnya yaitu Dika. Karna Dika sangat menginginkan jabatan itu untuk membuat ibunya bangga, karna selama berada di Sekolah Dasar..Dika hanyalah siswa yang selalu di bully dan tidak pernah di anggap, Dika ingin menunjukkan kepada pembulinya dulu semasa SD bahwa dia bisa bangkit dan lebih baik dari pembuli dirinya.

Alsyhab mengalihkan perhatian dari TV ke jendela yang terbuka. "Ayah sama Bunda baik baik aja kan di Arlesyan? Jika iya, kenapa tidak menjawab panggilan telfon dari kami? Apa yang sebenarnya terjadi disana Bunda..Ayah..?"

----

Di dalam tenda medis.

"Ada korban lagi!" seru seorang wanita berjas putih khas dokter yang berteriak dari luar tenda.

Azri Listya menghembuskan nafas lelah. Seseorang menepuk pundaknya membuat Azri menoleh. "Semangat! Aku tau kamu lelah, tapi tenaga kesehatan di Arlesyan hanya sedikit dan--- oh ayolah semoga kamu mengerti," ucap seorang wanita yang merupakan asisten Azri, Namanya Monica.

Azri mengangguk.
"Aku rindu anak anakku, apakah jaringan di Arlesyan sudah di perbaiki?" tanya Azri yang di gelengi oleh Monica.

"Aku juga ingin menelfon ibuku yang mengungsi di Haneza bersama anakku tapi sinyalnya tidak ada sama sekali dan listrik disini mati semua jadi aku sedang menghemat batrai," ujar Monica

"Aku tidak bertanya pasal kamu sedang hemat batrai atau tidak," ketus Azri yang membuat Monica menyengir.

-----

"Kita mau kemana Al?!" seru Artha sambil bergegas menyusul Alsyhab yang sudah mendahuluinya pergi.

"Semalam Aku meminta Izin pada Bibi untuk pergi ke Plazen," ucap Alsyhab yang membuat Artha yang sudah menyejajarkan langkahnya dengan Al itu menyernyitkan alis.

"Plazen? Tempat apa itu?" tanya Artha

"Ayolah Artha...Ayah sudah berkali kali bercerita tentang Plazen tapi kamu selalu tidak menyimaknya,"  kesal Alsyhab sambil mempercepat langkahnya.

"Eee..ya kamu tau lah Al..Aku tidak terbiasa untuk menyimak, itu nampak membosankan," ucap Artha seraya menyengir

"Kebiasaanmu itu buruk. Ngagame, tidur, ngegame, tidur. Siklus kegiatanmu itu itu saja," ucap Alsyhab yang membuat Artha menggaruk tengkuk yang tak gatal.

"Oke begini saja, kamu tau kan planet Pluto?" tanya Alsyhab yang di angguki Artha

"Taulah," jawab Artha

"Ayah pernah bilang bahwa Plazen itu sebuah perusahaan yang mengamati setiap pergerakan planet Pluto. Dan Plazen itu letaknya tak jauh dari sini, mumpung kita disini ya kita kesana." ucap Alsyhab yang membuat Artha cengo

"Apa Al?! Kamu mau apa kesana?! kamu mau lihat grafik naik turun yang memusingkan yang biasanya tertampil di layar monitor pengamatan itu ha?! Aku tidak mau!" seru Artha

Alsyhab berhenti melangkah begitupun dengan Artha. Alsyhab menatap Artha dengan alis mengerut. "Aku? Kamu? Jadi..sudah mulai tau bahasa antar anggota keluarga yang baik di gunakan nih?" tanya Alsyhab dengan tatapan mengejek

"Oh Kau mau Aku begini kah? OKE AL GUE GAK MAU KE PLAZEN!!!" teriak Artha lalu kembali berjalan cepat pergi entah kemana dan Alsyhab mengangkat bahunya acuh.

"JANGAN PANIK KALAU TERSESAT!!!" seru Alsyhab yang kembali berjalan menuju Plazen.

"SINTING KAU AL! AKU MANA MUNGKIN TAU DAERAH SINI!!" teriak Artha yang kembali menghampiri Alsyhab.

"Jadi? Kau mau ikut denganku ke Plazen?" tanya Alsyhab dengan nada mengejek.

"Terpaksa," ketus Artha yang membuat Alsyhab tertawa

----

"Bagaimana keadaan Haneza?" tanya Ananda Zeo usai meneguk air minum dari botol transparan.

"Kamu ini, yang di serang Meshcees itu Arlesyan! Kenapa malah mengkhawatirkan Haneza!" kesal Herry--seorang tentara yang merupakan teman baik Ananda Zeo

"Apakah Ayahmu tidak pernah bercerita tentangmu? Tentang Tragedy Of The Pluqa?" tanya Ananda Zeo

"Tentu saja pernah, bahkan tahun 2025 lalu kan TOTP terjadi di belahan Aqua bagian selatan," jawab Herry

"Dan tahun 2022 terjadi di belahan Aqua timur, tahun 2019 di belahan bagian barat dan di tahun 2016 di bagian utara tepatnya di negara Sanica," tambah Ananda Zeo

"Jadi...?" tanya Herry yang masih tak mengerti

Ananda Zeo mendengus kesal lalu mengambil kalender yang terletak di nakas sampingnya. Ia juga mengampil spidol berwarna biru donker. Ia melingkari empat angka yang terletak di bagian paling atas kalender '2028'  "2028, akan kembali terjadi tabrakan antara Planet Aqua dengan Planet Pluto dan di duga akan kembali terjadi di belahan bagian Utara," ucap Ananda Zeo yang membuat Herry membulatkan mata.

Bersambung....

ARLESYAN [End] (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang