-ARLESYAN-
"Aku pulang" ucapnya seraya melepas sendal selopnya. Dia berjalan tertatih berbantukan kruk, kaki kanannya di perban, kaki kirinya penuh luka luka goresan yang telah mengering. Wajahnya datar dengan bibir pucat dan mata yang tak menyiratkan kebahagiaan.
Kriett..
Dia membuka pelan pintu dan memandang pemandangan di depannya dengan mata berkaca kaca.
Dirinya langsung di suguhkan pemandangan tembok roboh akibat rudal, semuanya rusak, tak layak di gunakan atau di tempati.
Rumahnya, hancur.
Yang lebih sakit bukan rumah yang hancur tapi rumah yang di bangun oleh cinta, kasih sayang, rumah yang menjadi tempat lelahnya berlabuh, rumah yang bukan berupa bangunan, rumah itu kini hilang.
Dia jatuh berlutut lalu membanting kruk yang selama ini membantunya berjalan.
"AAAAAAAAAAH!"
Hiks!
Dia menunduk, membiarkan tetes demi tetes air mata menetes di atas lantai keramik yang pecah, bahkan beberapa pecahannya sudah menghilang.
Ia menjambak rambutnya sendiri dengan penuh emosional.
"Aku pulang" ucapnya kembali di sela isakannya, kali ini dengan sangat lirih seraya mengambil sebuah kertas dari saku bajunya.
Dia duduk berlutut, mendongakkan kepalanya menatap sebuah sofa yang biasa di gunakan keluarganya untuk berkumpul kini tertimpa reruntuhan.
"Ayo! Al! Artha! Tidur sekarang! Jangan begadang! Besok pagi pagi, ikut Ayah mancing di pemancingan" ucap Sang Ayah yang sedang duduk di sofa seraya menonton televisi, di samping Sang Ayah ada Sang Bunda yang juga ikut menonton televisi seraya memakan roti kering.
"Pemancingan Violet?" tanya Artha dengan senyum sumringahnya, Artha duduk di bawah dengan setoples keripik di pangkuannya.
"Iya Pemancingan Violet"
"Beneran?! Ayo, Tha! Kita tidur!" seru Alsyhab yang saat itu baru saja datang membawa segelas Jus.
"Apasih! Kau tuh tidak di ajak!" sinis Artha
"Ya di ajaklah, kan Ayah sayang Al" balas Alsyhab
"Ayah... Al pulang, besok jadi'kan? Pergi ke Pemancingan?" ucap Alsyhab dengan air mata yang tak henti hentinya luruh.
"Bundaa buat cookies! Siapa mau?!" tanya Sang Bunda
"AKU!" seru Alsyhab, Artha dan Sang Ayah dengan bebarengan.
"Hiks Bunda.. Al kangen cookies buatan Bunda" ucapnya di sela isakannya
"Aku disini saja, Aku ingin belajar lebih jauh tentang Planet Bumi bersama Paman ini!" seru Artha sambil menuju seorang petugas berseragam atasan hijau tosca dan bawahan putih yang berdiri di samping bola besar raksasa yang merupakan Bumi itu.
"Bahkan ada Bumi yang belum kamu kunjungi, Tha. Kamu pengen kesana kan? Tapi kenapa kamu malah pergi begitu aja. Ayo kita bareng bareng ke Bumi. Sama Ayah, Bunda dan Kak Ridho"
"Kak Ridho.. sekarang kakak udah seneng kan? Mereka nyusul kakak. Kakak sekarang sedang berkumpul canda tawa dengan mereka kan? Sedangkan Al disini cuma bisa meratapi kesedihan" ucapnya, matanya bahkan sudah memerah karna tangis.
"Turut berduka ya"
sebuah suara lembut dari seorang gadis tiba tiba terdengar menyambut indra pendengarannya.
Artha menoleh ke belakang, dan mendapati seorang gadis cantik tengah berdiri tak jauh di belakangnya dengan kemeja berwarna baby blue dan rok putih, rambut panjang lurus tergerai dengan jepit rambut berwarna biru.
"Siapa?" tanya Alsyhab seraya menyeka air matanya.
Bukannya menjawab, gadis itu mendekat lalu berjongkok di samping Alsyhab lalu memandang wajah Alsyhab sedangkan Alsyhab hanya memasang wajah bingung.
"Kamu mirip banget sama Artha. Tapi kamu bukan Artha. Mata kamu hazel sepertiku, mata Artha coklat tua" ucap gadis itu dengan mata yang terus menatap Alsyhab.
"K-kenapa kamu bisa kenal Artha?" tanya Alsyhab
Lagi dan lagi. Bukannya menjawab pertanyaannya, gadis itu memilih mengatakan hal lain.
"Dia ternyata sudah pergi sebelum bertemu denganku kembali ya" ucap gadis itu
Alsyhab masih terheran heran.
Gadis itu ikut memandang ke depan, ke ruang keluarga rumah Alsyhab yang sudah roboh berantakan karna rudal.
"Aku Ana"
"Ana?"
"Teman Artha"
"Tha! Bukan maksut buat ngusir lo tapi--" ucapan Ana kembali terpotong saat Artha beranjak dari duduknya.
"Gue tau, gue balik dulu. Kapan kapan gue kesini lagi," ucap Artha yang di angguki Ana.
"Hati hati Tha! Hujan masih deras!" ucap Ana yang di angguki Artha.
"Katanya kapan kapan dia mau kerumahku lagi, tapi dia malah pergi ke rumahnya yang abadi" ucap Ana dengan raut sedihnya
"Artha dekat denganmu?" tanya Alsyhab yang membuat Ana menolehkan ke arahnya.
Alsyhab tertawa ringan, begitu ada rasa sakit dan kehampaan di tawanya.
"Iri" ucap Alsyhab
"Apa?" tanya Ana
"Aku iri. Bahkan aku tidak dekat dengan Artha. Kita selalu bertengkar. Kita selalu berebut dan mempermasalahkan hal hal kecil" ucap Alsyhab
Alsyhab meraup wajahnya dengan kasar. "Harusnya dari dulu aku mengalah dan tidak sok mengurusnya yang jelas jelas dia tidak mau di urus olehku"
"Aku terlalu egois untuk memaksanya menerimaku sebagai kembarannya" ucap Alsyhab
"Maaf, Tha"
End.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLESYAN [End] (Belum Revisi)
AksiBROTHERSHIP Sebuah perang besar antara Arlesyan dan Meshceesh membuat Keluarga Ananda Zeo tenggelam dalam suasana duka yang membuat sebuah keluarga harus kehilangan orang yang sangat istimewa dalam sepanjang hidup mereka. "Abang harus janji kalau a...