[14] Hujan

74 16 2
                                    

Merasa ada yang memanggilnya, Alsyhab membalikkan badan berharap pelakunya ada di belakangnya. Dan benar saja disana berdiri seorang pemuda tampan berseragam tentara khas Arlesyan dengan senyum yang begitu manis dan tangannya yang terentang seperti menyuruh Alsyhab untuk berlari dan memeluknya.

Tes

Setetes air mata Alsyhab menetes dari pelupuk mata. "Abang.." lirih Alsyhab  yang setelahnya ia jatuh pinsan tak sadarkan diri yang membuat Pak Slamet yang merupakan guru killer itu dan Artha serempak membelakakkan mata lebar.

"Alsyhab!"

"Abang! nanti kalau Al sama Artha udah besar, Abang beliin kita pistol kayak punya Abang dan Ayah ya?" ucap Artha seraya mengamati pistol hitam yang begitu menarik di matanya.

"Mau?" ucap seorang pemuda seraya menunjuk pistol yang di bawanya dengan lirikan mata.

Al dan Artha yang saat itu masih kecil mengangguk antusias. "Mau!" jawab serempak Al dan Artha

"Beli sendiri.." ucap Pemuda itu yang membuat kedua anak kembar itu kesal dan mengeroyoknya.

Deg

Mata hazel yang awalnya terpejam itu kembali terbuka. Alsyhab terdiam dengan tatapan kosong ke arah pintu UKS. "Abang ada di lapangan, Tha," ucap Alsyhab yang membuat Artha menggeleng keras.

"Abang udah tenang di sana Al! Lo gak usah ngadi ngadi!" ucap Artha seraya menutup pintu UKS lalu kembali duduk di kursi yang ada disana.

"Tapi disana ada Abang, Tha.." ucap Alsyhab seraya menatap dalam iris mata coklat gelap milik Artha.

"Nggak ada Al!! Ah Gue muak! Mending Gue pergi!" ucap Artha lalu membuka pintu UKS dan keluar dari UKS.

"Maaf, Tha," lirih Alsyhab

KRINGGGGG!

bel istirahat berbunyi begitu nyaring, Alsyhab sudah kembali ke kelas di bantu oleh Hazrey. Artha entah kemana tak kunjung terlihat batang hidungnya. Kelas kosong, menyisakan Alsyhab yang termenung merindukan Abangnya yang sudah tewas.

Nama panjangnya Ridho Wildanza. Danza, adalah panggilan Ridho bagi semua orang. Keluarganya memanggilnya Ridho. Ridho tewas di usia 14 tahun, saat Alsyhab dan Artha berusia 6 tahun.

Ridho tewas di sebuah peristiwa tragis yang membuat banjir air mata dan mengundang rasa simpati warga Arlesyan.

Saat itu Ridho pulang dari sekolah SMKnya, dia mengambil sekolah paket yang akan cepat lulus karna setelah lulus dia akan ikut ujian seleksi menjadi tentara pelindung Arlesyan. Namun, saat pulang sekolah dia di tembak oleh orang asing yang diduga berkewarganegaraan Meshcees, Ridho terkena tembakan di perut, dada dan kepala. Semua saksi yang melihatnya menjerit ketakutan. Ridho yang saat itu melihat anak kecil yang lewat dan dengan sekuat tenaga yang masih tersisa Ridho masih bisa melindungi anak itu dari peluru peluru yang orang asing itu luncurkan. Dan dirinya tewas pada 10 Januari 2021 pada pukul 15.00

---

Artha melompat dari dinding belakang sekolah, lalu dia berlari dan mencari taksi. Tujuannya hanya satu menemui Abangnya.

"LO BOLOS THA?" teriak Rassya yang juga ada di luar sekolahan.

"Lo juga!" ucap Artha sambil menatap malas Rassya.

----

Artha berjalan cepat di TPU  untuk mencari makam seseorang. Ia berjalan cepat karna Rassya yang terus ingin ikut dengannya. Kata Rassya 'Aku bosaaan!'

"Sya! Lo pergi sana woy! jauh jauh argh! Ke liang lahat atau apa gitu! Ngikut mulu!" usir Artha yang tak diindahkan oleh Rassya

"Terserah Gue! Kaki kaki Gue!" ucap Rassya sambil terus menyejajarkan langkahnya dengan langkah Artha.

ARLESYAN [End] (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang