[16] Berpisah

60 21 2
                                    

20 Desember 2028

Alsyhab sudah sembuh dan kembali ke Rumah. Ketika sampai di Rumah, ia melihat tas tasnya dan tas Artha berada di luar rumah. Jika di sinetron sinetron..mereka terlihat seperti di usir.

Ananda Zeo dan Azri Listya yang baru saja turun dari mobil usai menjemput Anak kembarnya kini berjalan mendekati tas tas yang ada di luar Rumah kemudian menenteng tas yang totalnya ada 3 itu dengan satu koper yang tidak kelihatan tadi.

"Bunda mau usir kita?" tanya Artha yang di angguki Azri.

"HWAHH BUNDAA...JANGAN USIR KITAAA!!" seru Artha yang membuat Zeo tertawa.

"Kita bicarakan di mobil Artha..Ayo Al..Masuk ke Mobil lagi!" ucap Azri yang membuat Artha cengo.

"Artha Ditinggal?" tanya Artha

"Kamu juga! Ayo masuk Artha! Jangan buang waktu.." ucap Azri yang di angguki Artha.

----

Di Perjalanan

"Jadi..kita akan pindah ke Haneza?" tanya Artha yang di angguki Azri

"Bunda sama Ayah ikut 'kan?" tanya Alsyhab

"Hanya kamu dan Artha, tenang aja..disana ada Paman dan Bibi kalian," ucap Azri yang di gelengi keras oleh Alsyhab.

"Bunda..mau disana ada artis Arlesyan pun..kita gak mau pindah kesana kalau gak sama Bunda dan Ayah," ucap Alsyhab yang di angguki setuju oleh Artha.

"Kalian harus pindah sayang..disini bahaya," ucap Azri dengan lembut yang membuat Artha menyernyit.

"Bahaya? Apa?" tanya Artha

Azri tersenyum tipis dan melihat kedua putra kembarnya dari spion tengah. "Arlesyan akan kembali diserang entah hari ini atau besok, yang pasti bunda gak mau Kalian kenapa napa.." ucap Azri yang membuat Alsyhab dan Artha membelalakkan mata.

"Bunda dan Ayah harus ikut ke Haneza," pinta Artha

"Tidak bisa Artha..Ayah bertugas..begitupun dengan Bunda," jawab Azri

Tititit...

Handphone Zeo berdering, Ia pun menepi lantas mengangkat telfon.

"Kenapa ayah?" tanya Artha

"Sebentar" ucap Zeo yang di angguki Artha

"Hallo Zeo?"

"Ya? hallo Ya'qub?"

"Kamu kemana saja jendral! 20 menit lagi Meshcees sampai di Arlesyan!" seru seseorang di sebrang sana yang membuat Zeo membelalakkan mata.

"Segera kesana!" Seru Zeo lalu mematikan telfon.

Zeo kembali menghidupkan mobil dan langsung menancap gas menuju bandara. "Ayah, kenapa harus seperti ini?" tanya Artha

"Kita tidak punya banyak waktu Artha!! Kau tetaplah duduk bersama Alsyhab! Kalian! Pakailah sabuk pengaman dan berpegangan erat pada sandaran kursi kalian!" seru Zeo yang di turuti kedua putra kembarnya. Sedangkan Azri yang mengerti situasi ini menjadi panas dingin.

"Yakinkan padaku bahwa kita masih bisa menyelamatkan Alsyhab dan Artha!" seru Azri sambil menatap cemas Suaminya.

Sedangkan Suaminya--Zeo hanya mengulas senyum tipis. "20 menit," ucap Zeo yang membuat Azri semakin sesak.

"20 menit? Bagaimana saat pesawat melandas dann Meshcees tau lalu memberi serangan udara? Oh Mas! Aku tidak bisa berfikir jernih!" seru Azri yang semakin cemas berharap ini semua mimpi.

Zeo terdiam dengan fokusnya pada jalanan yang di lewatinya dengan kecepatan tinggi.

"Semoga mereka mengerti," ucap Zeo dengan tatapan sendu kedepan dengan kaki yang terus menancap gas.

Srettt!!

Zeo mengerem dengan mendadak. Membuat Azri, Alsyhab dan Artha terjerembab kedepan jika saja tidak memakai sabuk pengaman.

"Ayo! Waktu kita tinggal 10 menit!!" seru Zeo seraya keluar Mobil dan membukakan pintu penumpang.

Artha ke bagasi ingin mengeluarkan koper dan satu ransel tapi di teriaki oleh Zeo yang membuatnya urung melakukannya. "AYO ARTHA! TIDAK PERLU BAWA KOPER!! WAKTU KITA HANYA 8 MENIT!!" teriak Zeo

Artha mengangguk lalu menyusul kedua orang tuanya dan saudara kembarnya yang sudah berjalan duluan.

Keempatnya berlari memasuki tempat landasan dan berhenti di depan pesawat berwarna putih hitam 'Pesawat Sqersyan 101'

Azri memeluk kedua putranya lalu menangis sejadi jadinya. "Bunda harap ini bukan pertemuan terakhir," ucapnya yang membuat Alsyhab dan Artha terisak.

Azri mengurai pelukannya, Alsyhab menyeka air mata Bundanya dengan ibu jarinya."Bunda--" sangking sedihnya Alsyhab sampai tidak bisa berkata kata dan kembali memeluk Azri.

"Jangan..." lirih Artha yang teringat mimpinya.

Mimpi dimana Arlesyan di bombardir, diserang, di hancurkan. Keluarganya tewas semuanya yang tersisa hanyalah dia dan Alsyhab. Jangan sampai mimpi buruk itu terjadi.

"Ayo! Kalian naiklah ke Pesawat! Waktu hanya tinggal 3 menit lagi!!" seru Zeo

Azri mengurai pelukannya. Lalu tersenyum dan mengangguk meyakinkan kedua putranya.

Alsyhab dengan mata sembabnya mengambil telapak tangan Sang Bunda lalu mencium punggung tangan Sang Bunda yang membuat Azri kembali menangis. Alsyhab lalu beralih ke Zeo. Ia melakukan hal yang sama pada Ayahnya itu lalu Ia menatap Ayahnya itu dengan penuh bangga dan rasa hormat. "Ayah...Ayah harus janji buat jaga Bunda dan jaga Arlesyan..bersemangatlah untuk pertemuan kita setelah ini," ucap Alsyhab yang membuat Zeo meneteskan air mata.

"Ayah janji," ucap Zeo sambil membawa Alsyhab ke pelukannya.

Namun, beberapa detik setelahnya membuat Zeo tegang karna pesawat pesawat tempur terbang di langit  Arlesyan yang membuatnya terkesiap dan mengurai pelukannya dengan Alsyhab.

"Ayo!" seru Zeo sambil menarik kedua putranya dan memasukkan secara paksa ke Pesawat.

Setelah Zeo memasukkan kedua putranya, pramugari dari pesawat tersebut menutup pintu. Dan Azri melambaikan tangan pada pesawat berwarna putih hitam itu.

Pesawat melandas dan kedua anak kembar itu berteriak sekencang kencangnya. "BUNDAAAAA!!! AYAHHH!!!"  teriak keduanya saat pesawat semakin menjauh dari tempat landasan dan melihat kedua orang tuanya itu semakin mengecil dan menjauh dengan Azri yang terus melambaikan tangan.

"BUNDAAAA!!! AYAHH!!!!!"

Bersambung...

Spoiler next part :

"Melaporkan dari Sqerfi, seorang remaja merelakan dirinya demi melindungi sang ibu dari peluru peluru. Remaja berinisial D ini tewas terkena 12 luka tembak"

ARLESYAN [End] (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang