[08] Penyerangan

344 31 3
                                    

(Belum Revisi)

Satu Tahun Berlalu...
Semenjak Kejadian itu, Artha menjadi pendiam, dingin Dan Emosian.Sedangkan Alsyhab Masih belum di Temukan Dimana keberadaannya.

Artha menatap Cermin di depannya, Ia Tersenyum Sekilas.

"Maaf,"

Ucapnya Lantas menunduk Tak berani kembali menatap Cermin, tentu saja..Wajahnya itu mengingatkannya Pada Alsyhab, Abangnya.

Ia meraih tas sekolahnya Dan Memakai sepatu Hitam bertalinya, lalu keluar Kamar Dan Menuruni Tangga.

"Alsyhab..kamu sudah Pulang nak?"tanya Azri Listya dengan Wajah Bahagia tentunya.

"Ini Artha," jawab Artha sambil menghampiri Dan Memeluk sang bunda.

"Hiks, kapan Kakakmu Pulang Artha..bagaimana keadaannya di luar sana.."Ucapnya sambil Menangis karna rindu akan Anak Sulungnya.

Artha menyeka air mata bundanya.
"Bunda jangan Sedih, Artha akan Berusaha Buat Cari Bang Al," Ucap Artha, iris matanya Memperhatikan sudut sudut ruangan.

"Ayah belum Pulang? Bukankah ayah sudah janji akan pulang nanti malam?"tanya Artha.

"A-Ayahmu di tahan pasukan meshceesh,"jawab Azri yang kembali meneteskan air mata.

"Udah, Bunda jangan khawatir.Ayah itu Jendral yang Kuat, Ayah pasti Bisa melarikan diri dari Tentara Meshceesh yang kejam itu,"ucap Artha, Ia Tak menyadari bahwa cairan bening menetes dari Pelupuk matanya, ia kembali Memeluk sang bunda.

"Tok tok tok"
Ketukan Pintu yang Terdengar kasar membuyarkan tangis duka mereka.

"Biar Artha yang buka," Kata Artha

Artha berjalan Ke arah Pintu Putih yang besar itu, Lalu Membukanya.Dan Di sana nampak Seseorang pemuda dengan Baju Tentara bersenjata lengkap.

"Kak Ridho?"tanya Artha Saat mendapati Ridho ada di Hadapannya dengan peluh keringat yang membasahi Wajah ridho.

"Telfon Om Mahdar, Bawa Tante Azri Ke Gedung Biru! Cepat Artha! Pasukan Meshceesh Datang membawa ribuan Pasukan!" Seru rindho hingga di dengar Azri.

"Dimana suamiku? Ananda?"Tanya Azri

"Om Ananda, dijadikan Sandra. jika Kami menang Maka Kami Bisa mengambilnya,"Jawab Ridho.
"Cepat Artha! Bawa Tante Azri! Biar Om mahdar yang Aku kabari!"Seru Ridho

"Ayo Artha Kita Pergi, bunda tidak ingin Ke hilangan Anak bunda Lagi,"ucap Azri.

"Ayo bunda," ucap Artha.
Pandangannya Tak beralih Pada Ridho, ia berhenti sebentar Dan Mengatakan Sesuatu Pada ridho.

"Pertahankan Arlesyan Kak, Selamatkan Jendral Ananda, Ayahku.Semuanya penting bagiku, Setelah Hilangnya bang Alsyhab.Aku tidak ingin kehilangan semuanyaa termasuk Ayah Dan negriku,"ucap Artha Seraya meneteskan air mata.

Ridho hanya mengangguk lantas Tersenyum menatap Artha yang melangkah Berjalan mengikuti sang bunda yang sudah dahulu Berjalan.

PENJARA MESHCEESH

Ananda tersadar, tubuhnya terasa remuk.Terdapat Luka lebam di Tangan Dan Wajahnya.Pasti Akibat Pertarungan semalam antara dirinya Dan Seseorang misterius berseragam Jendral khas Meshceesh.

"K-keluarkan Aku, Aku harus bertemu Anakku.Keluarkan Aku!!!"teriak Ananda, yang membuat semua mata tahanan tertuju padanya.

"Kau sudah sadar Jendral?"Tanya Seseorang yang merupakan Teman tahananya
yang Baru saja bangun.

Ananda hanya mengangguk lantas mendekat Ke Besi sel Dan Berusaha Sekuat tenaga mematahkannya.

"Jangan lakukan Hal yang Sia Sia Jendral, Itu Besi bukan kawat.Pastinya sangat susah di patahkan,"ucap Seseorang itu Lagi, Dia adalah HARIS ZAINUDDIN yang merupakan tahanan dari Arlesyan juga.

Ananda Tertunduk ia Bersandar Pada besi sel.

"Aku melihat Kau di Masukkan Seseorang secara kasar semalam," ucap Haris.

"Ya, Apa Kau tau siapa yang menjadikanku tahanan?"Tanya Ananda

"Jendral Sandy,"jawab Haris

Tangan Ananda mengepal keras, rasanya ia ingin membaku hantam habis habisan Sahabat Pengkhianat yang Bermuka Dua itu.

"Dia Licik, Dia memukulku habis habisan di Gelapnya Ruangan.Aku hanya Bisa mendengar Langkah kakinya Dan Hembusan nafasnya, Aku tidak melihat Apa Apa,"Ujar Ananda.

"Dulu aku juga mengalaminya, tapi tidak separah sepertimu, Sepertinya Jendral Sandy memiliki dendam Padamu,"ucap Haris

"Dia sahabatku, Aku yang selalu Membantunya Dulu.Aku yang selalu Membantu memecahkan Masalah masalahnya, Dia Bedebah tak tahu balas budi!" Ucap Ananda.

Seseorang mendekat Ke arah tahanan Haris Dan Ananda.
Ananda yang melihatnya Berusaha memedam murka, Ia Berusaha memancing musuhnya itu dulu yang Emosi, agar Dia lebih mudah mengelabuhi orang itu, Sandy tepatnya.

"Kau masih di Arlesyan Zeo, Tapi bukan di sqerfi melainkan di Hestaque, kota Arlesyan yang jauh dari sqerfi,"ucap Sandy Tharoreyz dengan senyum liciknya, senyum Licik Yg pertama kali dilihat Ananda dari Wajah sahabat karibnya itu.

"Oh ya? Siapa yang nanya?" Ucap Ananda dengan tenangnya.

Tangan sandy mengepal keras, Ananda zeo Bisa melihatnya itu.

"Kabar Tak Berguna buat Apa Masuk Ke telingaku,"tambah Ananda zeo.
"Mau dibawa kemanapun terserah, Bahkan Di bunuhpun terserah..yang dosa Situ kok Saya yang susah,"ucap Ananda zeo.

Sandy Tharoreyz Tak kuasa Lagi menahan amarahnya.Ia akan Membuat Musuh di Hadapannya itu bungkam.

SQERFI, GEDUNG BIRU.
"Penyerangan akan di Mulai 2 menit dari sekarangg, semuanya Tolong berjaga Jagaaa!"teriak seorang perempuan yang mengenakan baju perawat sebagai merawat lansia yang mengungsi di Gedung biru.

Azri Memeluk Artha kuat Kuat, berharap semuanya akan berakhir Baik Baik saja tanpa Suatu Apapun yang hilang.

"Bumm!"

Suara BOM meledak membuat Para pengungsi berteriak histeris.Bom itu di ledakkan Tepat di perkantoran yang letaknya Tak jauh dari Gedung biru.

"Dimana engkau Alsyhab.."


Bersambung....

ARLESYAN [End] (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang