[21] Artha

44 20 2
                                    

Ananda Zeo beserta rekannya kini tengah bersiap untuk pergi ke menara listrik dan menara signal. Namun, salah satu tentara berlari ke arahnya dengan berteriak memanggilnya. "ZEO!!"

Ananda Zeo menghentikannya lalu menyuruhnya untuk duduk dan tenang. Setelah  tentara itu tenang barulah Ananda Zeo bertanya apa sebab tentara itu berlari dengan raut panik. "Ada apa?" tanya Ananda Zeo

"Kedua anakmu di Haneza 'kan?" tanya Tentara itu

"Iya, kenapa?" tanya Ananda Zeo

"Tadi tengah malam, Haneza menjadi tempat terjadinya Tragedy of The Pluqa. Terjadi gempa di pusat kota dengan kekuatan 10 Magnitudo! Dan setelahnya terjadi tsunami dengan ketinggian 680 Meter yang melanda seluruh daerah daerah di Negara Haneza, sampai Negara Pastinura!!! Semuanya menjadi lautan!!" jawab Tentara itu yang membuat jantung Zeo berdetak lebih cepat.

Tubuhnya mematung dengan wajahnya yang memerah. Tangannya mengepal kuat dan iris matanya menggelap bersamaan dengan turunnya cairan bening dari pelupuk matanya yang membuat semua rekannya iba.

Ananda Zeo mengangkat tangannya lalu menepuk pundak sahabatnya itu. Tentara yang berlari dan membawa kabar tadi adalah sahabatnya yaitu Sandy--Ayah Hazrey yang mengabdi pada Arlesyan walau dulu Sandy adalah tentara Meshcees tapi Sandy sekarang adalah tentara Arlesyan, dia Merasa bahwa negaranya yang dulu adalah negara keji yang sering sekali menjajah negara orang. Dia sadar akan itu, karna itu dia sekarang memerangi negaranya sendiri.

"Aku titip istriku," ucap Ananda Zeo yang kemudian menurunkan ransel berisi peralatan untuk memperbaiki menara listrik lalu beralih mengambil sebuah tas ransel dan kemudian berlari pergi.

Semua teman temannya meneriakinya. Apakah dia  lupa bahwa dia itu seorang Jendral besar yang menjadi penggerak tentara tentara Arlesyan?
"ZEO!!!!"

"SEBENTAR SAJA!!" teriak Ananda Zeo dari kejauhan

"TAPI BESOK PENYERANGAN AKAN KEMBALI TERJADI!!" balas Herry yang juga berteriak.

"SANDY YANG AKAN MENGGANTIKANKU!!" teriak Ananda Zeo yang membuat Sandy membulatkan mata dan semua mata tertuju pada Sandy.

----

Ananda Zeo mengendarai Mobil tentara yang di pinjamnya pada seorang Tentara Angkatan Darat. Dia mengendarai menuju Benua Fisz bagian Timur yang lebih tepatnya adalah ke Negara Haneza. Tapi, saat baru sampai di Kota Neura, banyak polisi menghentikannya. Disitu juga terpasang garis polisi yang banyak sekali.

Ananda Zeo turun dari mobil lalu berlari ingin menerjang garis polisi. Tapi banyak polisi menghentikannya. "Maaf, Jendral Zeo! disana berbahaya," ucap Seorang Kepala Polisi yang berusaha menghentikan Zeo.

"Separah itu kah? Sampai air tsunami juga menggenangi 2 Kota luas Arlesyan? Lalu bagaimana dengan anak anakku?" batinnya

Kota Serekita dan Kota Hearo adalah 2 kota luas nan maju yang ada di dataran yang rendah. kota Hearo adalah kota yang ada di perbatasan. Negara Arlesyan dan Negara Haneza di pisahkan oleh Laut Mwekeho. Dan Kota Hearo sangat dekat dengan Laut Mwekeho, setelah Kota Hearo adalah Kota Serekita lalu Kota Neura yang berada di dataran tinggi.

"Aku hanya ingin mencari anak anakku," lirih Ananda Zeo yang berlutut menatap kota maju yang kini menjadi perairan luas.

"Anak Jendral ada dimana? Di Serekita?" tanya Kepala Polisi

"Haneza," jawab Ananda Zeo yang membuat Kepala Polisi itu membulatkan mata.

"Artha..Alsyhab..jangan tinggalkan Ayah seperti kakakmu yang meninggalkan Ayah..."

"Sudah cukup kakakmu yang pergj meninggalkan Ayah, jangan kalian..."

Ananda Zeo mendongak menatap langit, telapak tangannya ia tengadahkan dengan bergetar. "Ya Allah..jangan ambil mereka Ya Allah..hamba belum siap berpisah dari mereka, kembalikan mereka kepada hamba Ya Allah...biarlah hamba yang menggantikan mereka..Ya Allah..Hamba sangat memohon kepadaMu..."

"AYAAAHH!!!!!" suarakan dari seorang anak laki laki membuat Ananda Zeo reflek berbalik. Suara itu adalah salah satu suara  yang amat ia rindukan.

Alsyhab berlari lalu memeluk erat sang Ayah. "Hiks..Ayah..."

"Alsyhab? syukurlah kamu selamat, ayah senang kamu selamat.." ucap Ananda Zeo

Zeo mengurai pelukan mereka. Lalu melihat ke belakang Alsyhab, hanya ada Zaeng, Latusina dan seorang Anak laki laki yang terlihat asing di matanya. Dia beralih ke Alsyhab. "Nak? Dimana Artha? Apa dia marah dengan Ayah hingga ia tidak mau bertemu dengan Ayah? Apa dia tidak tau, seberapa rindu Ayah dengan dia dan dirimu?" tanya Zeo

Alsyhab menatapnya dengan sorot mata kesedihan. Dia baru menyadari bahwa mata putranya itu bengkak seperti usai menangis hebat. "Nak? Apa yang terjadi dengan saudaramu? Jawab Al!" ucap Zeo

"Artha tenggelam di laut. Saat ingin ikut bersama kami menaiki kapal..Artha terpeleset dan terjatuh di laut.." sahut Zaeng

Mata Zeo berembun, sorot matanya beralih pada Alsyhab. "Kenapa Kamu tidak menolongnya? Dia Adikmu! Dia saudaramu! Bagaimanapun perlakuan buruknya kepadamu, dia tetap saudaramu, Al!" seru Zeo seraya mengguncang guncangkan tubuh Alsyhab

"Maaf Ayah, Aku sudah berusaha tapi Aku terlambat. Artha tenggelam dan dia menyuruh kami agar cepat pergi meninggalkannya dan menyelamatkan diri. Awalnya aku tidak mau tapi Paman Zaeng membujukku," jawab Alsyhab yang membuat Zeo terisak

-----

Perang di jeda selama satu hari. Tidak ada korban lagi untuk sementara ini, Hal itu membuat Azri bernafas lega karna kesibukan mereka sedikit berkurang. Tapi rekannya sekaligus sahabatnya yaitu Monica berlari ke arahnya dengan berteriak memanggil namanya. "Kurangi volume suaramu, disini banyak pasien," ucap Azri yang dibalas Monica dengan cengiran.

"Azri, apa kamu tidak tau?" tanya Monica

"Tidak, aku selalu di dalam tenda bagaimana aku bisa tau. Lagipun, aku tidak tau apa yang kau maksut!" seru Azri yang lagi lagi hanya di balas Monica dengan cengiran.

Haish, dokter wanita satu itu kebanyakan menyengir.

"Jadi begini..kedua anakmu kan di Haneza, nah Haneza jadi tempat terjadinya Tragedi Of The Pluqa..Suamimu baru tau tadi pagi.. terus dia pergi ke sana buat cari anak anak kalian," ucap Monica yang membuat Azri membulatkan mata. Ia berdiri lalu keluar dari tenda.

"Hei! Kau mau kemana!" seru Monica yang tak di gubris oleh Azri

Azri berlari dan mondar mandir mencari tumpangan, tapi aksinya itu di perhatikan oleh Sandy. Sandy yang mendapat amanah dari Zeo agar menjaga Istri sahabatnya itupun berlari menghampiri Azri.

"Kenapa?" tanya Sandy yang membuat Azri menghentikan langkahnya

"Aku ingin Ke Haneza!" seru Azri yang di gelengi oleh Sandy

"Jangan! Bahaya! Zeo menitipkanmu padaku! Dia sudah kesana! Kamu tenang saja!" ucap Sandy yang di gelengi Azri

"BAGAIMANA AKU BISA TENANG, SEDANGKAN KEDUA ANAKKU TENGGELAM DI TELAN TSUNAMI!!"

"Azri! Udah ya, Al sama Artha pasti baik baik aja," ucap Monica yang mencoba menenangkan Azri

"Kamu yang beritahu Azri?" tanya Sandy

"Iya Hehe, Maaf," ucap Monica

"Kan saya sudah bilang! Jangan beritahu Azri!" seru Sandy

"Kenapa memangnya? Apa aku tidak berhak tahu kondisi kedua anakku?" tanya Azri dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata.
Bersambung...

ARLESYAN [End] (Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang