🍂
Affection
"Bu..jimin tidak suka bayam.." tolak jimin saat yujin ingin memberikan bubur dengan halusan bayam didalamnya.Yujin memaksa jimin untuk memakannya agar perutnya tidak kosong.
"Sekali saja..ini enak kok..tidak seperti bubur yang biasa.." ucap yujin untuk membujuk jimin.
"Tidak bu..jimin tidak mau makan.." tolak jimin sambil membuang mukanya menjauh dari sendok yang akan mendarat ke bibirnya.
Yujin hanya bisa menghela nafasnya dan menaruh mangkuknya ke pangkuannya.
"Baiklah kalau begitu..padahal ibu ingin sekali menyuapimu..ternyata kau tidak mau..ibu akan memanggil suster saja kalau begitu.." ucap yujin yang Sudah siap beranjak dari duduknya jika tidak di tahan oleh jimin.
"Eum..ibu!baiklah baiklah aku akan makan..tapi jangan pergi!" tegas jimin dengan lucunya membuat yujin tersenyum senang.
"Baiklah..buka mulutmu..aaa" Tangannya maju untuk memasukkan makanan ke mulut jimin.
Jimin mengunyah dengan terpaksa,sejujurnya ia mau mau saja makan.Tapi entah kenapa tubuhnya ini menolak untuk di beri asupan.jimin perlahan memasukkannya ke dalam perutnya walaupun sempat hampir di tolak oleh oleh kerongkongannya.
"Bagus..ayo makan lagi.." yujin menyuapkan sekali lagi ke jimin dan di terima oleh sang empu.
Menuju ke suapan ke tiga,jimin menyudahinya dengan menutup mulutnya.
"Kenapa?ini baru suapan kedua jim..ayo makan lagi.." ucap yujin tapi di tolak jimin.
"Sudah bu..perut jimin terasa penuh.." yujin yang melihat raut wajah jimin berubah langsung menaruh mangkoknya ke atas nakas.
"Ada apa?apa ada yang sakit?" tanya yujin sambil memegang lengan jimin.
"Tidak..hanya saja..jimin ingin mun huwekk.." ucapnya terpotong karena rasa muntahnya yang sepertinya sudah di tenggorokan.Dengan cepat yujin langsung mengambil kantong kresek yang ada dan memberikannya ke jimin.Jimin langsung mengeluarkan isi perutnya yang baru saja tadi ia masukkan.
Yujin memijat tengkuk jimin guna membantu mengeluarkannya.Jimin mengambil tisu dan mengelap bibirnya.
"Sudah?" tanya yujin dan di angguki oleh jimin.Yujin mengambil kantong kresek tersebut dan menalinya rapat rapat dan membuangnya ke tong sampah dekat pintu.Yujin menghampiri jimin yang sudah terkulai lemas dengan memejamkan matanya.
Wajahnya sudah berubah menjadi pucat pasi.Membuat yujin khawatir setengah mati.Ia memilih untuk menekan tombol yang ada di atas ranjang jimin memanggil dokter.Jimin yang merasakan hal itu langsung membuka matanya.
"Ibu memanggil dokter?" lirih jimin dengan tatapan sayunya.
"Iya..ibu khawatir denganmu,,lebih baik kau diam dulu ya..ibu takut mual mu kembali lagi.." jimin hanya bisa mengiyakan yujin dan kembali memejamkan matanya.
...
"Bagaimana?jimin baik baik saja kan?" tanya yujin saat melihat seokjin,dokter andalan jimin keluar.
"Kondisinya semakin lemah,tubuhnya menolak untuk diisi,bahkan sepertinya obatnya hanya bisa masuk dan tidak memberi pengaruh apapun ke jimin.Bisa dikatakan jimin sudah menyerah untuk berusaha sembuh..maaf.."
Penjelasan yang diberikan seokjin sontak membuat yujin meneteskan air matanya. Ia tidak bisa membayangkan jimin yang tiba tiba saja akan meninggalkannya.Bagaimana dengan kehidupannya?yujin yakin,ia akan sangat merasa bersalah kepada jimin.
Ia merutuki dirinya sendiri sebagai ibu terburuk di dunia ini.Ia melihat jimin dari kaca pintu tersebut.Ia tidak bisa membayangkan jika jimin pergi dari kehidupannya.Apalagi selamanya.Ia belum siap.bukan belum siap,tapi tidak siap.
"Temani jimim selalu..selagi dia masih bernafas..saya permisi dulu.." ucap seokjin lalu pergi meninggalkan yujin.Yujin menghapus air matanya sebelum masuk kembali.
Merasa pintu terbuka,jimin menolehkan kepalanya dan mendapati yujin yang sedang tersenyum.Sepertinya bukan lagi tersenyum,jimin dapat melihat air mata yujin yanh masih ada di ujung mata yujin.Dapat dipastikan,ia pasti baru aja mendengat berita buruk tentangnya.
"Wae?ibu menangis?" tanya jimin berpura pura tidak tau.Yujin menggeleng lembut sambil duduk di samping jimin.
"Ibu tidak menangis.." ujar yujin me lembut.
"Ibu tidak perlu berbohong.." jimin mengangkat Tangannya dan meletakkannya di pipi yujin dan menghapus aie mata yujin yang sepertinya tanpa di sadari turun sendiri.
"Ibu tidak usah takut jika jimin pergi nanti,jimin akan selalu bersama ibu dan juga taehyung,walaupun ibu tidak bisa melihatnya..ibu masih bisa merasakannya..jimin juga tidak sendiri..ada ayah bukan?jimin akan mengajak ayah untuk memeluk ibu dan juga tae nanti..ya.." perkataan Jimin kembali membuat yujin terisak,yujin terisak sambil menggenggam erat tangan jimin yang terbebas dari infus.
Mendengar ucapan yang dikeluarkan jimin semakin membuatnya tidak ingin kehilangan anaknya ini.Tanpa di sadari juga,jimin ikut menangis walaupun tidak terisak seperti Yujin. Ia masih bisa tersenyum untuk menenangkan yujin.
"Mianhe..mianhe jimin ah..ibu tidak pernah becus mengurus mu,ibu hanya bisa melukai perasaan dan juga fisikmu,hiks...maafkan ibu,,ibu berjanji akan memperbaiki kesalahan ibu..hiks...tapi tolong..jangan tinggalkan ibu.." isak yujin kembali mencium kening jimin lembut.
"Bagaimanapun juga ini kehendak tuhan..mau mati kapan saja juga,,kita tidak bisa menolak bukan?"jimin menghapus air matanya sendiri dan menatap lamat ibunya.
" sudahlah..hapus air mata ibu..selagi masih ada aku disini,ayo peluk aku.."jimin merentangkan tangannya dan membuat yujin tersenyum kecil dan memeluk jimin.
"Jangan menangis lagi..cantik ibu akan luntur nanti.." ucap jimin mencoba menghibur yujin walaupun masih terdengar suara kecil isakan.
"Kau berani menggoda ibu eoh?" lirih yujin.
"Tentu saja..hanya ibu perempuan yang hanya ku cintai.."
'Berat sekali rasanya untuk meninggalkan kalian,tapi mau bagaimana lagi?tuhan sepertinya lebih menyayangiku..tapi dengan itu,aku akan tetap menyayangi kalian..taehyung,ibu..aku harap kalian masih bisa bahagia walaupun aku dan ayah sudah tidak ada bersama kalian...terimakasih sudah mau menjadi keluarga untukku..aku menyayangi kalian..'
'Bersambung'
KAMU SEDANG MEMBACA
affection. [VMIN]🔰 (END).
Historia Cortakisah tentang si kembar yang memiliki kehidupan yang berbeda,sang adik yang lebih di limpahkan kasih sayangnya dari pada sang kakak.sang kakak tidak iri dengan sang adik,lebih memilih untuk nemendam rasa sakit yang selama ini ia pendam.padahal sehar...