Seorang gadis dengan dua koper berwarna cerah, yaitu pink dan biru, menatap sebuah rumah yang sebentar lagi akan dia tempati sebagai rumah kosnya.
Gadis 15 tahun dengan rambut ekor kuda itu tersenyum ceria lantas menarik dua kopernya, menemui ibu kos yang sudah berdiri di depan rumah kos, menunggunya.
"Halo, tante. Saya Aruni, saya yang mau ngekos di sini."
Gadis yang bernama Aruni itu mengeratkan pegangannya pada kedua koper ketika ibu kos yang ia ketahui bernama Lelasari itu mengamatinya dari atas ke bawah. Senyum cerianya memudar karena dari tadi ibu kos itu belum juga melepaskan pandangan darinya.
What, Ada yang salah? Wajahku baik-baik aja, kan? Outfitku nggak norak-norak banget, kan?. Semua pikiran-pikiran itu terus berputar di kepala Aruni. Enggak mungkin, sih, aku kan udah kinclong cakep gini. Semua pikiran yang berlawanan terus berputar, memaksanya untuk kembali tersenyum.
"Elu yang mau nge-kos di sini? Yakin? Kaga salah, ni?"
Aruni meneguk salivanya ketika ibu kos mengeluarkan kalimat pertama yang ia dengar. Buset, betawi banget, bos. Aruni rasanya mau pindah mencari kos yang baru ketika mendengar nada intimidasi dari ibu kos.
Masih dalam diamnya, Aruni menunduk sebentar. Tuhan, Runi cuma pengen mandiri doang, susah amat astaga. Aruni membatin dalam hati.
"Yaudah deh masuk, aye udah tungguin dari tadi, lama banget sih lu. Panggil aja aye Mpok Lela, yee." Aruni kembali tersenyum ria. Huh, rasanya seperti dilemparkan dan diterbangkan lagi. Tadi, Mpok Lela memasang tatapan intimidasi yang membuat Aruni ingin memanggil ayahnya. Ayah, Runi mau pulang.
Aruni masuk mengikuti mpok Lela ke dalam rumah kos. Di sana dia melihat seorang pria yang sedang berkutat pada laptop dan tengah mengerutkan kening, tanda ia sedang serius. Aruni meringis dalam hati. Duh, orang dewasa ribet banget, sih.
"Nah, ntu si Farhan," kata mpok Lela sembari menunjuk ke Farhan di ruang tengah. "orang sibuk," lanjut mpok Lela setengah berbisik kepada Aruni membuat Aruni tersenyum.
"Penghuni baru, Mpok?" Farhan, yang merasa sedang dibicarakan kini mendongak, menatap gadis yang bahkan lebih muda dari adik bungsunya itu. Dia menatap lekat Aruni, lalu beralih ke mpok Lela yang mengangguk sebagai jawaban.
"Iya, baru nih. Namanya Aruni, jangan diganggu-ganggu, ye. Ini anak baru mau masuk SMA." Mpok Lela menjelaskan lebih lanjut pasal Aruni kepada Farhan sementara Aruni hanya menyapa dengan canggung.
"Seriusan baru masuk SMA?" Wajah Farhan tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Salam kenal ya, Run. Anggap aja gue abang lo di sini. Kalau ada apa-apa, jangan sungkan-sungkan buat nanya atau minta tolong sama gue, ya. Jangan nanya sama cowok yang satunya, nggak becus soalnya." Farhan berkata panjang lebar sambil tersenyum ramah membuat Aruni merasa sangat nyaman. Syukur rasanya bertemu dengan Farhan, yang seperti abangnya sendiri.
Oh, jadi gini rasanya punya abang. Ah, pengen punya abang kandung. Begitu batin Aruni berteriak.
"Makasih, Bang Farhan." Aruni mengangguk sopan.
"Nah, yang itu Kay. Kayla." Mpok Lela menunjuk pada seorang gadis yang baru saja keluar dari kamarnya dan menuju ke dapur. "Dia mahasiswi, tapi seringan dalam kamar kalau malam atau hari libur, entah ngapain di dalam."
Netra Aruni berhenti pada gadis yang bernama Kayla. Akhirnya, ada penghuni cewek yang ia temukan di sini. Aruni lagi-lagi tersenyum. Sepertinya, pipinya akan keram karena kebanyakan tersenyum. Tapi, tak apalah. Ia harus memberikan kesan pertama yang bagus kepada ibu kos dan para penghuni kos.
"Hai, Kak Kayla." Aruni mencoba menyapa terlebih dahulu sehingga Kayla menengok. Kayla meletakkan gelas di meja dapur dan bergerak ke Aruni yang tadi menyapanya. "Aku Aruni, anak baru di sini."
Kayla tersenyum menanggapi Aruni. "Hai, Aruni. Kamar gue di atas, dan jangan sungkan buat minta tolong sama gue, ya." Setelah mengucapkan itu, Kayla lalu pamit menuju ke kamar lagi.
Aruni memperhatikan rumah kos ini dengan saksama. Dia lalu dialihkan dengan suara mpok Lela yang kembali menjelaskan. "Nah, kamar cewek-cewek di atas, Run. Di sini penghuni ceweknya masih elu sama si Kay." Aruni lagi-lagi mengangguk dan hanya menjawab sekenanya. "Bang Farhan, bantuin Runi bawa kopernya ke atas." Mpok Lela memerintah membuat Farhan terpaksa meninggalkan pekerjaannya.
***
Aruni's vibe
KAMU SEDANG MEMBACA
Huru-hara Satu Atap
Teen FictionDapat teman kos kayak keluarga sendiri? Well, mereka lebih dari teman kos. Mari berkenalan dengan Henry si paling jahil, Kayla yang tak suka basa-basi dan introvet tingkat dewa, Aruni si polos dan anak mami, Farhan pekerja keras yang sayang adik, d...