15. Aruni Harus Kuat

45 7 16
                                    

Aruni masuk ke dalam kos dengan perasaan yang hampa. Matanya bertemu dengan Kayla di dapur yang sedang membuat mie instan.

"Eh, Runi. Baru pulang? Tadi temannya Henry ada nyariin lo ke sini."

Aruni menatap Kayla dengan air muka kebingungan, bertanya-tanya siapa teman Henry yang dimaksud oleh Kayla. Namun, pikirannya langsung mengarah kepada satu nama, yaitu Arjuna.

Aruni meringis dalam diamnya. Ia belum mengecek ponselnya dari tadi, dan mungkin Arjuna menunggunya di sekolah. Harusnya ia tak menuruti perintah Barra.

"D-dia bilang apa, Kak?" tanya Aruni pelan dan ragu-ragu. Kayla sampai mengernyit mendengar suara pelan dari Aruni. Dia menaikkan sebelah alisnya dan meminta Aruni mengulangi pertanyaannya.

Setelah pertanyaan dari Aruni diulang, Kayla mengangguk pelan tanda mengerti.

"Ah, dia cuma nanyain lo aja. Katanya lo enggak ada di sekolah dan dia langsung nyusulin ke sini. Dia udah nelpon lo tapi enggak dijawab. Lo dari mana aja, Run?" jelas Kayla panjang lebar. Setelah penjelasan panjang lebar tersebut, Kayla menghela napas panjang, seakan kalimat tadi membutuhkan tenaga yang banyak untuk diucapkan.

Aruni mengangguk tanpa semangat dan tak berniat menjawab lagi. Ia mungkin harus mengabari Arjuna, begitu pikirnya. Gadis itu menunduk sebentar lantas mendongak, netranya mendapati Barra yang baru keluar dari kamarnya menuju dapur.

Sial, Aruni tiba-tiba jadi teringat semua perkataan Barra tadi.

"Yaudah, aku ke kamar ya, Kak, kalau gitu," pamit Aruni.

"Oke, deh." Kayla mengangguk dan menbiarkan Aruni pergi.

Setelah tak ada lagi Aruni di ruang depan, kini Kayla menatap teman kosnya yang baru saja menampakkan batang hidungnya tadi.

"Lo ngerasa ada yang aneh enggak, sih, Bar? Aruni kok kayak enggak semangat gitu?" tanya Kayla pelan.

Yang ditanya hanya mengerjap bingung. Mungkin tak tau harus menjawab apa, atau mungkin bingung karena kenapa gadis di depannya ini tiba-tiba menjadi penasaran dengan urusan orang lain, juga menjadi banyak tanya dan banyak omong.

Barra mengendikan bahunya acuh dan menuangkan air putih di gelas. Ia kembali menatap Kayla yang sedang menyisihkan air rebusan mie instan.

"Lo habis ngilang berhari-hari jadi aneh gini, ya?"

Barra tampak tak mengindahkan celetukan dari Kayla. Merasa dicueki, Kayla menatap Barra lagi.

"Gue habis ngilang berhari-hari, lo jadi banyak ngomong gini, ya? Diem dikit bisa nggak?" Setelah mengucapkan itu, Barra berlalu ke kamarnya dengan segelas air putih di tangan.

Kayla menjadi semakin bingung.

Biasanya, Barra akan meminta Kayla—setidaknya—agar berbicara atau menjawab beberapa pertanyaannya. Namun, hari ini aneh. Begitupun dengan Aruni, yang biasanya kelihatan semangat, sekarang tak seperti biasanya.

Sekarang apa?

Apa Henry dan Farhan juga akan bertingkah tak seperti biasanya?

"Panjang umur," gumam Kayla pada dirinya sendiri saat ia melihat Henry baru masuk dengan ransel di punggungnya, juga sepatu bola di tangannya. Dia seakan mandi keringat, dan bisa Kayla tebak, dia baru saja bermain sepak bola.

Henry masuk dan menutup pintu gusar. Dia duduk dan bersandar di sofa, lantas menatap Kayla.

Sepertinya dugaan Kayla benar, semuanya bertingkah tak seperti biasanya.

"Lo lihat Aruni nggak?" tanya Henry ketus.

Kayla mengernyit lantas menjawab. "Di atas kamarnya. Kenapa?"

Huru-hara Satu AtapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang