(Point of view, Rasya)
"Kenapa?"
Aku keluar kelas dan menemui Queen yang memang sudah duduk di bangku panjang depan kelasku. Aku tahu, ini pasti akan membahas tentang Haura. Begitu menyadari kedatangan ku, Queen beranjak dari duduknya lalu dia menyilangkan kedua tangannya didepan dada. Dapat kulihat sorot yang berbeda di wajahnya itu.
"Nanti sore dan seterusnya, kita akan ke rumah sakit bareng. Jadi, lo jangan antar Naura atau siapapun dulu. Biar waktu lo dirumah sakit lebih lama."
Seketika aku terkejut dengan kalimat yang baru saja Queen utarakan. Secara tidak langsung, dia telah mengaturku. Bukankah itu hakku untuk melakukan apapun? Aku jadi teringat percakapan antara ibu dan ayah Haura kemarin. Mereka bilang kalau tidak mau, mereka akan mengancam. Sekarang aku mengerti, ternyata yang mereka bicarakan kemarin adalah tentangku. Aku bingung harus apa, tetapi aku harus tetap ikuti dulu permainan ini. Aku sendiri juga tidak tahu, apa sebenarnya niat mereka menjadikanku seperti ini. Aku di perlakukan seolah-olah kalau aku ini adalah Zayyan, pacar Haura yang sudah lama tak ada kabar.
"Nggak bisa gitu dong." Ucapku tak terima. Baru saja aku ingin berbicara, Queen sudah menyelanya terlebih dahulu.
"Kalau lo nggak mau, jangan harap teman-teman lo akan aman."
Kemudian mataku membulat sempurna, aku terdiam kaku sekaligus terkejut. Mengapa sikap Queen jadi berubah seperti ini? Awal aku bertemu dengannya saat kemping, dia terlihat baik dan selalu tersenyum. Namun sekarang, aku bahkan belum melihat senyuman terukir di bibirnya sejak aku keluar menemuinya tadi.
"Lo nggak berhak buat atur-atur gue kaya gitu, Queen. Dan awalnya, lo kan cuma minta tolong. Kenapa malah jadi seolah-olah lo ini ngekang gue?"
"Itu salah lo sendiri."
Aku berdecak mendengar jawaban yang mengesalkan ini. Mengapa jadi salahku, kan awalnya aku menolak untuk menolongnya tetapi dia memaksaku.
"Gue juga dipaksa untuk nolongin lo kan. Ini bukan murni kemauan gue sendiri."
"Terserah lo. Inget Sya, gue nggak pernah main-main sama ucapan gue sendiri."
Kemudian, dia berlalu tanpa menunggu jawaban dariku. Aku benar-benar, bingung sekarang ini. Bercerita tentang masalah ini kepada teman-teman, bukanlah solusi yang tepat. Apalagi kalau aku cerita kepada kakakku, itu lebih tidak tepat. Ahh, sebaiknya aku pendam semuanya sendiri saja.
Aku kembali masuk ke kelas karena tidak lama lagi bel masuk akan segera dibunyikan. Kedatanganku membuat teman-teman menatapku dengan heran. Pasti setelah ini, aku akan mendapatkan banyak sekali pertanyaan dari mereka. Terpaksa, aku tidak akan menjawabnya dengan jujur -jika mereka memang benar-benar akan bertanya-.
Tak lama kemudian, bel masuk dibunyikan. Detik berikutnya, Miss Lani -guru bahasa Inggris- masuk kedalam kelas. Ia membawa laptop dan buku modul di tangan kanannya.
"Good morning everyone!"
"Morning, Miss!"
Miss Lani mulai membuka laptopnya dan segera menyambungkannya ke layar lcd yang tersedia di dalam kelasku dengan dibantu petugas yang piket hari ini.
Miss Lani memerintahkan seluruh siswa untuk membuka buku modulnya masing-masing. Bab pertama yang mereka pelajari di kelas sebelas ini adalah bab ‘memory song’. Dimana di bab ini, mereka akan belajar menganalisis sebuah lagu berbahasa Inggris.
Sejak masuk kelas, Rasya nampak tak semangat untuk memulai pembelajaran hari ini. Sikapnya sama persis seperti saat pertamakali Rasya bertemu Queen saat dirinya dari toilet. Sejak tadi pula, teman-teman Rasya memperhatikannya dengan penuh tanda tanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Love [Hiatus]
RandomSecret Of Love adalah sebuah cerita fiksi pertama yang author publish. Secret Of Love ini menceritakan tentang pertemanan enam remaja, dimana salah satunya yang merupakan siswa baru dan langsung akrab bersama lima remaja lainnya. Mereka adalah, Naur...