Secret Of Love 17

1K 138 11
                                    

Hay, apa masih ada yang setia nunggu secret of love update? Makasih kalian yang udah setia menunggu! Maaf ya telat seminggu, wkwkwk. Sibuk akutuhh. Selamat membaca ya!

*

(Point of view, Naura)

"Akhirnya, kamu sadar juga."

Aku mengukir senyum ketika melihat wajah Rasya yang sudah tidak pucat lagi. Ia sudah sadarkan diri beberapa menit yang lalu, aku juga sudah memberinya minum dan memberikan obat yang tadi dokter berikan.

"Tau nggak, Sya. Naura itu tadi nangis-nangis tau." Ucap Vio sembarangan. Ya, tidak sembarangan, memang benar aku tadi nangis-nangis. Hehe.

"Iya Sya, kayaknya khawatir banget deh sama lo." Imbuh Adara tak mau kalah.

Aku mendapati Rasya tersenyum berbeda kali ini. Ini seperti senyuman ledekkan.

"Emang kalian nggak khawatir tadi hah?" Ucapku sedikit keras.

"Ya udah Nau, santai aja." Ujar Gibran yang masih melanjutkan tawanya.

"Iya Nau, nggak usah gengsi." Imbuh Irshad.

Ya Tuhan, ingin sekali aku kutuk keempat temanku yang rese ini. Nggak tau apa ya, kalau sejak tadi Rasya sudah siap untuk menghujamku dengan ledekkan-ledekkannya yang pasti akan membuatku salah tingkah tentunya.

"Tapi, makasih ya. Udah khawatirin aku." Ucapnya dengan senyuman percaya diri. Detik berikutnya, aku menampar keras-keras lengan kanannya itu. "Eugh!"

"Aduh, awsh! Sakit..." Ringisnya. Lalu aku mendekatkan diriku padanya untuk mengusap-usap lengannya yang sudah ku tampar tadi. Apakah aku terlalu keras menamparnya? Sampai dia meringis seperti ini.

"Eh, maaf ya. Aduh..." Lirihku. Wajah teman-teman juga ikut terlihat panik. Adara sampai menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Cie khawatir..." Detik berikutnya, aku membelalakkan mataku. Bisa-bisanya ia bercanda seperti barusan? Teman-temanku juga sudah tertawa karena ulahnya. Aku pikir ini sakit beneran, ternyata hanya salah satu dari ledekkannya.

Kemudian aku melihat ke arah Rasya yang sudah kembali seperti semula. Aku dapat merasakan kalau dia sebenarnya sedang tidak baik-baik saja, namun dia masih terus berusaha untuk menutupi semuanya. Aku dan kak Audi sempat berencana untuk mencari tahu tentang masalah Rasya, namun waktu kami tak pernah kosong bersamaan.

"Sya, ada yang sakit nggak?" Tanyaku spontan. Aku dapat melihat kalau teman-temanku itu siap untuk meledekku kembali, namun ku hiraukan. Yang ku mau sekarang adalah jawaban dari Rasya.

Setelah aku bertanya, bukannya menjawab justru Rasya malah menatapku dengan tatapan yang tak bisa kuartikan. Namun tatapan itu terasa sangat dalam. Diam-diam, aku menarik kedua sudut bibirku dan membentuk senyuman. "Nggak." Jawabnya setelah sekian detik.

"Jawab pertanyaan aja pake segala liat-liatan dulu." Sindir Adara dengan memalingkan pandangannya ke arah lain.

"Kayaknya ada nyamuk." Imbuh Vio seraya menepuk-nepuk seolah mematikan nyamuk yang sebenarnya tak ada. Aku ini sebenarnya siap untuk menikam kedua temanku ini. Tetapi masih dapat kutahan. Karena ini di rumah sakit, tak mungkin jika menciptakan keributan disini.

Lalu Gibran mendekati Vio dan Adara dan berada di tengah-tengah mereka, "Udahlah, kalian itu seharusnya peka." Kemudian, Gibran menatapku dan Rasya secara bergantian, dengan disertai senyuman jahilnya.

Secret of Love [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang