Secret Of Love adalah sebuah cerita fiksi pertama yang author publish.
Secret Of Love ini menceritakan tentang pertemanan enam remaja, dimana salah satunya yang merupakan siswa baru dan langsung akrab bersama lima remaja lainnya. Mereka adalah, Naur...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sesuai rencana, sekarang aku dan teman-temanku tengah berkumpul dirumah Vio. Seperti janji juga, saat ini kami sedang membantu Adara untuk mengerjakan pekerjaan rumah khususnya itu. Soal dari Mr. Lee ini cukup membuat otakku harus benar-benar encer, soal darinya ini sungguh rumit. Bahkan, Gibran yang notabenenya jago dalam kimia pun belum juga bisa mengerjakannya. Lagipula, Adara ada-ada saja. Sudah berapa kali sering diperingatkan, jangan sampai tidur kalau saat mata pelajaran kimia. Ini bukan pertama kalinya Adara mendapatkan pekerjaan rumah khusus seperti ini.
"Nggak, ini harusnya dihitung ininya dulu." Ucap Gibran sambil menunjuk-nunjuk tulisan yang berada di dalam buku Adara. "Bukan begitu, ini dulu baru itu." Gibran mulai emosi saat dia berdebat tentang mana dulu yang harus dihitung dengan Irshad. Jangan salah, Irshad juga termasuk siswa yang pandai di kelas. Jadi tidak heran, jika mereka menjadi berdebat seperti ini. Aku yang sejujurnya tak terlalu paham dengan soal ini pun menyimak sambil minum saja.
"Aduh, ini kok malah debat sih. Jadi gimana yang benar?" Kesal Adara sambil mengacak-acak rambutnya.
"Kalian nih kenapa sih? Santai aja kenapa, kaya Vio noh." Lerai ku akhirnya. Aku sengaja menjadikan Vio yang sedang anteng menikmati camilan dengan tujuan agar perhatian mereka bisa beralih walaupun sejenak. Vio yang merasa namanya di sebut itu pun langsung menghentikan kegiatan mengunyahnya. "Kok gue?"
Tidak berselang lama, tawa pun tercipta. Kami tertawa ketika melihat ekspresi wajah Vio yang kebingungan sekaligus belepotan akibat cemilan yang dimakannya.
Aku melihat Irshad beranjak dan berjalan seperti ingin menghampiri Vio. "Aduh, Vio. Lo tuh, makan kaya anak kecil ya." Ucapnya sambil membersihkan glaze matcha yang menempel di bagian sudut bibir Vio menggunakan tisu. Vio yang mendapatkan perlakuan seperti itupun terlihat salah tingkah. Aku berusaha untuk tidak menunjukkan senyumku, namun tak bisa. Akhirnya, kami pun meledek mereka habis-habisan.
"Aaa... So sweet." Seru Adara seraya menggoyang-goyangkan tubuh Gibran.
"Lucu banget..." Imbuhku.
"Kebiasaan ah lo, Dar." Ketus Gibran saat Adara sudah berhenti melakukan kegiatannya yang mungkin membuat Gibran kesal. Sedangkan Adara hanya memamerkan deretan giginya.
"Makasih, Shad." Lirih Vio, namun masih dapat kudengar. Irshad hanya mengangguk, kemudian ia duduk di sofa sebelah Vio.
Kembali lagi ke soal pekerjaan rumah khusus milik Adara, kini aku memberanikan diri untuk mencoba mengerjakannya. Siapa tahu aku bisa. Ini memang, aku tak terlalu paham bagian ini. Tetapi aku tetap ingin mencobanya, sedikit penasaran juga.
"Susah juga, ya." Lirihku ditengah-tengah kegiatan menulis. Adara dan Gibran yang berada di sebelahku itu mengangguk. Ngomong-ngomong, aku, Adara dan Gibran ini sejak tadi duduk di lantai. Sengaja, dengan alasan agar lebih adem. Padahal, rumah Vio ini memiliki pendingin ruangan. Haha.