Hallo semua!! Selamat membaca 🤍
*
(Point of view, Rasya)
Aku mulai membuka mataku ketika aku mendengar jam kecil di nakas dekatku berdering. Lalu aku mengusap mataku sejenak dan beranjak, melakukan sedikit peregangan. Aku meraih tali lompat yang berada di dekat kasur, lalu aku berjalan menuju balkon untuk melakukannya. Perihal semalam, tentang kakaku yang ingin kuceritakan tentang Naura, itu sudah lunas. Aku menjelaskan kalau aku menolong dan membantunya untuk terbebas dari permasalahan yang terjadi di rumahnya. Setelah itu, aku menjadi bulan-bulanan kakaku dan papah, yang juga ternyata ikut menguping pembicaraanku dengan kakak. Kata papahku, beliau kenal dengan ayahnya Naura. Akupun langsung bertanya kepada papah, bagaimana bisa beliau mengenalnya. Ternyata papah dan Om Nando adalah rekan kerja. Mereka tengah berkerjasama membangun apartemen di sekitar Bandung.
Setelah melakukan olahraga kecil, aku kembali masuk ke dalam kamar lalu menutup pintu balkonnya. Aku langsung mandi dan bersiap untuk ke sekolah. Tentang kemarin, aku sebenarnya ada jadwal untuk menjenguk Haura, namun aku bukannya pergi ke rumah sakit, melainkan pergi ke rumah Naura yang ternyata aku mendapati Naura tengah menangis di sebuah trotoar. Aku tidak peduli dengan ancaman yang kemarin Queen berikan. Aku juga tidak peduli kalau misalkan nanti Queen marah kepadaku.
Beberapa saat kemudian, aku sudah siap dengan seragam sekolah ku. Aku keluar kamar dengan menenteng sepatu dan tas punggung di tangan kananku, menuruni anak tangga untuk menuju ruang makan dan sarapan. Pagi ini, seperti biasanya, semangat tak semangat. Hari ini, tidak ada tugas yang harus dikumpulkan, jadi aku bisa santai saja berangkat hari ini. Hari ini juga, aku tidak akan menjemput Naura kerumahnya, karena katanya dia sudah dibolehkan lagi untuk membawa motor sendiri. Aku sempat berkirim pesan saat semalam sekitar pukul satu pagi, saat kami sama-sama terbangun. Semalam setelah aku bercerita kepada kak Audi pun aku bercerita kepada teman-teman; Gibran, Irshad, Adara dan Vio yang ternyata belum tahu tentang ini. Namun Adara menyadari kalau ada sedikit perubahan diwajah Naura kemarin pagi. Adara juga tahu kalau Naura pasti habis dimarahi, namun Adara hanya menebak kalau akibat dari dimarahinya Naura adalah karena pulang malam, bukan karena balapan.
"Sya, Naura kapan main lagi sih?"
Tiba-tiba kak Audi bertanya demikian, aku yang sedang mengunyah makanan pun tersedak. Lalu, papah langsung menyodorkan sebuah gelas berisi air mineral untukku.
"Hati-hati, keselek." Ucap kak Audi lagi. Aku meliriknya sekilas, lalu kembali menatap makanan yang ada di depanku. "Telat." Ketusku. Dia hanya tertawa melihat wajah aneh ku.
"Kenapa nanya-nanya gitu?" Tanyaku akhirnya.
"Ya, gue sama Naura tuh kalau cerita nyambung aja. Kita se-frekuensi."
Setelah mendengar jawaban dari kakak, kegiatan mengunyahku berhenti. Aku sedikit terkejut dengan jawabannya. Ternyata kakak dan Naura memiliki kecocokan satu sama lain.
"Nanti, kapan-kapan gue ajak kesini." Jawabku enteng.
Kapan-kapan yang ku maksud itu, entahlah kapan. Mungkin saja tidak akan pernah terjadi. Apalagi setelah aku berada dalam lingkaran permasalahan yang diciptakan oleh Queen ini.
Nanti sore setelah pulang sekolah, aku sudah berjanji untuk menjenguk Haura karena kemarin aku tidak menepati janji. Terpaksa aku mengiyakannya untuk tidak memperpanjang percakapanku dengan Queen melalui hape. Walaupun hanya lewat hape, aku menjadi ilfil kepada Queen. Rasa ilfil itu mulai muncul ketika kemarin dia mendatangi kelasku dan berucap seperti itu. Aku jadi merasa, kalau Queen ini bukan lah orang yang baik. Tetapi, Naura pernah cerita kalau Queen ini termasuk orang yang introvert. Ya, memang sih,aku juga jarang melihat dia keluyuran di gedung sekolah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret of Love [Hiatus]
CasualeSecret Of Love adalah sebuah cerita fiksi pertama yang author publish. Secret Of Love ini menceritakan tentang pertemanan enam remaja, dimana salah satunya yang merupakan siswa baru dan langsung akrab bersama lima remaja lainnya. Mereka adalah, Naur...