2 orang anak kecil sedang fokus dengan lukisan di kanvas masing².
"Hoamm" Zean menguap lebar karena bosan dan tidak puas dengan hasil karya nya. Ia pun menggoyangkan lengan Vio.
Mereka mulai akrab sejak kembali bertemu, saat itu Vio sedang berlari dari ayahnya dan tertabrak sepeda milik Zean, lalu anak lelaki itu membawa Vio ke rumahnya dan mengobati luka anak perempuan itu, sejak saat itu lah Vio mengenal Zean dan begitu juga sebaliknya, namun mereka hanya tau nama panggilan masing² tanpa saling mengenal lebih dalam, namanya juga anak kecil hehe.
"Vio main basket yuk" ajaknya pada Vio yang masih fokus pada kanvasnya.
"Aku tidak pandai"
"Biar aku ajari, ayokkk" Zean terus memaksa Vio dan menarik pergelangan tangannya. Mereka berjalan dari rumah pohon ke taman di dekat komplek perumahan Zean.
"Nih ya kamu liat" Zean memberi contoh kepada Vio untuk memasukkan bola ke dalam ring dan Zean berhasil memasukkannya.
"Gampang kan?" Vio hanya memandang tak minat pada bola basket itu.
"Kamu coba nih" Zean menyodorkan bola basket itu, dengan ogah² an Vio memantulkan bola itu dan memasukkannya ke dalam ring dan ternyata berhasil.
"Tuh kamu hebat, gimana kalo kita tanding?"
"Gamau capek"
"Ayolah Vio" Zean menggeret² tangan Vio yang malah duduk di kursi taman. "Kalo kamu mau tanding basket sama aku, aku juga bakal mau menuhin semua keinginan kamu"
Vio mendongak, "kalau begitu aku mau kamu memggantung 12 lukisan di rumah pohon"
"Itu artinya aku harus ngelukis 12 lukisan?"
"Tidak, hanya enam dan sisanya aku"
Zean mendengus sebal, ia tidak mahir melukis dan baginya melukis itu membuat ngantuk, tapi demi bertanding basket bersama Vio, Zean pun menyanggupi, "oke kalau begitu tapi jika kamu kalah, aku tidak mau melukis disana"
"Baiklah" mereka pun mulai bertanding basket. Permainan demi permainan Vio selalu menang melawan Zean padahal Vio terlihat sangat tak menyukai tentang bola basket dan pada permainan bola basket terakhir tetap Vio lah pemenangnya.
Mereka duduk di area bola basket tadi sambil meluruskan kakinya dan dengan nafas yang tersengal-sengal, "kamu hah hah kenapa bisa jago sih hah"
"Apa yang aku inginkan harus aku dapatkan" Vio tersenyum disela nafasnya yang tak beraturan.
Lalu disaat sedang melihat suasana langit di sore hari kala itu yang menampilkan senja disana, seorang anak kecil lain pun berjalan menghampiri mereka.
"Zean, bunda menyuruhmu pulang" itu adalah Zein, kembaran Zean. Vio juga sudah kenal dengan kembaran Zean itu, namun Zein sangat berbeda dengan Zean yang suka bermain, anak itu lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah, juga yang membuat Vio mudah mengenali mereka adalah mereka yang memiliki wajah berbeda karena mereka kembar tak identik.
Zean mengangguk, "Vio, ikut pulang ke rumah dulu yuk, nanti biar diantar ayahku pulang"
"Tidak perlu, aku langsung pulang saja"
"Kamu kenapa sih kalo setiap aku dan ayahku mau mengantar pulang selalu nolak, bahaya tau pulang sendiri apalagi udah mau malam begini"
"Aku tidak apa² pulang sendiri, lagian tak akan terjadi apa², buktinya aku masih bisa bermain dengan mu kan sekarang? Aku pulang dulu" Vio melambaikan tangannya ke 2 anak kembar itu.
"Ingat janjimu untuk menemuiku besok di rumah pohon sepulang sekolah"
KAMU SEDANG MEMBACA
12 lukisan gantung
Fiksi Remaja"dasar anak gak berguna!" bahkan ayahnya sendiri tega memukulnya. "lo hadir di hidup gue cuma bawa sial tau gak!" Flaska mengacungkan jarinya tepat di wajah Vio. "dasar cewek gak tau diri" banyak orang yang tak suka dengan kehadirannya "lo cuma jadi...