Dulu, di pagi hari saat Darren masih bersandar di tepi ranjang apartemennya. Wajah pria itu nampak pucat, matanya tak berhenti mengeluarkan tangisan.
Setelah matahari terbit, ia menyadari bahwa Nayla telah lepas dari genggamannya.
Saat di sekolah, ia bahkan memandang penuh harapan pada Nayla yang seolah lebih murung dari biasanya.
Gadis itu nampak sibuk dengan buku"nya.
"Woy bengong aja" itu adalah Freya dan Resya.
"Nanti ke jengukin Vio yuk?" Nayla tak menyahuti, ia hanya diam.
"Cewek lo kenapa Ren?" Baru lah kali ini Nayla mengalihkan atensinya dan mendongak.
"Kita udah putus, gue bukan cewek dia lagi" itu adalah suara Nayla, semua sontak terkejut. Bukan hanya Resya dan Freya namun seluruh kelas yang mendengar itu.
"Lo putus? Prank ya? Mana mungkin kalian yang sebucin ini putus" teriak salah satu dari murid di kelas ini.
"Bisa, buktinya sekarang gue emang udah putus sama dia" Darren hanya bisa menunduk mendengarnya, bahkan suara Nayla yang terdengar tegas itu sedikit goyah seperti menahan tangisnya.
"Lo apain sahabat gue ha!" Freya menarik kerah Darren, namun tak seperti biasa, pria itu hanya diam dan pasrah.
.....
Ketika pulang sekolah, Darren hanya bisa melihat Nayla yang lebih memilih pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Vio bersama Flaska.
Ia lalu menatap jok motornya yang biasa ada Nayla yang duduk disana, seluruh dunia nya masih tentang Nayla.
"Maafin aku Nay"
Darren mengendarai motor nya dan mengikuti Nayla yang berada di boncengan Flaska, jujur ia sebenarnya tak terima Nayla lebih memilih pergi dengan orang lain tapi jika itu Flaska, ia bisa lebih sedikit tenang karena Flaska adalah sahabatnya sendiri.
Darren bukan tidak mau berusaha, ia mengirimi banyak pesan ke room chat Nayla, mencoba berbicara dengan gadis itu.
Perasaan ini tidak pernah berkurang, selalu bertambah bahkan jarak semakin membentang.
Setiap bertemu dan melihat Nayla yang duduk di depannya, membuat Darren sangat senang menatap punggung gadis itu.
Nayla pun demikian, merasakan seseorang selalu memperhatikannya bahkan dari kejauhan. Nayla enggan pindah tempat duduk juga dengan Darren.
Mereka masih saling menyayangi tapi rasanya sudah tak mungkin lagi.
***
Darren kini sedang memandangi Nayla dari kejauhan, setiap malam ia selalu datang ke cafe tempat Nayla bekerja. Kebetulan sekarang adalah jadwal Nayla di sift malam, Darren selalu khawatir jika Nayla pulang larut malam.
Biasanya ia akan mengantar gadis itu sampai ke depan rumahnya, tapi sekarang ia tak lagi bisa melakukannya.
"Hiks hiks" Nayla menangis saat hendak membersihkan tempat kerjanya, saat menata bangku² disana, ia merasa kan hampa nya tanpa Darren dihidupnya.
Darren yang melihat itu dari kejauhan pun merasakan sesak yang sama, sakit rasanya berpisah karena keadaan jauh lebih menyiksa dirinya dan Nayla.
Tanpa ingin mendekat atau berbicara dari hati ke hati, Darren hanya bisa mengikuti langkah Nayla sepulang bekerja. Memastikan gadis itu sampai dirumah dengan selamat.
••••
Saat masa SMA telah berakhir, Darren dan Nayla semakin jauh.
Darren yang memutuskan untuk tetap tinggal di kota itu dengan sejuta kenangannya bersama Nayla, kota yang akan terasa sangat mengingatkannya tentang kenangan indah bersama Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
12 lukisan gantung
Fiksi Remaja"dasar anak gak berguna!" bahkan ayahnya sendiri tega memukulnya. "lo hadir di hidup gue cuma bawa sial tau gak!" Flaska mengacungkan jarinya tepat di wajah Vio. "dasar cewek gak tau diri" banyak orang yang tak suka dengan kehadirannya "lo cuma jadi...