Just Brother? 14

6.1K 266 1
                                    

Happy reading

.

.

.

Langit biru, dan udara sejuk. Sangat tepat untuk Raffa saat ini yang sedang berbaring di taman belakang sekolah di bawah pohon besar yang rindang. Raffa menutup matanya, merelaks kan dirinya setelah pelajaran matematika yang begitu kejam. Angka angka yang membuatnya pusing, namun semua nya hilang begitu saja. Dunia seakan tenang.

Sebelum.. dia datang.

"Woy raf! Gue cariin dari tadi ternyata disini" Ucap Arga

"Raf, ngapain sih? Ngudud yok!" Ryan memberikan sebatang rokok ke muka Raffa.

Sekarang Raffa menjadi kesal, kenapa kedua sahabat goblok nya harus berada disini ketika dia sedang menikmati dunia? Apakah dunia tidak mengizinkan Raffa untuk hidup tenang sebentar saja?!

"Berisik! Lo berdua ngapain sih kesini? Padahal gue udah pergi sejauh mungkin biar kalian gak nemuin gue. Tapi lo pada nemu aja"

Arga dan Ryan hanya terkekeh tak bersalah.

"Jangan jangan lo berdua masang GPS ya biar tau keberadaan gue? Penguntit kalian."

Arga membelalak kan matanya "Yeh! Siapa yang mau nguntit lo. Heh, mending gue nguntit ayang Grace daripada lo"

Raffa menggelengkan kepala nya "Emang dia ayang lo? Jadian aja beloman"

"Tenang aja, sebentar lagi Grace bakalan jadi punya gue!" Ucap Arga dengan bangga.

"Ya. Lo kalo udah jadian jangan lupa traktir kita" Ucap Raffa lalu kemudian memutuskan untuk memejamkan matanya lagi.

"Nih raf, mau ngudud gak?" Ryan masih menyodorkan sebatang rokok.

Raffa semakin kesal dibuat nya "Duh! Kalian berdua bisa gak sih biarin gue menikmati dunia yang indah dan tenang hari ini?"

"Lo ngapa sih raf? Ada masalah akhir akhir ini? Kenapa jadi emosi banget dah" Arga mengeluarkan ponselnya dan bermain game.

"Tau, kurang *ngeluarin kali lo. Tubuh lo jadi gak sehat" Ucap Ryan menyalakan rokoknya kemudian menghisapnya dan menghembuskan nya.

*Ngeluarin: sperma

Raffa berdiri dari sana, dia sangat ingin sendiri dan tidur. Semalaman dia tidak bisa tidur karena malu dirinya menangis di depan Andra. Apa apaan? Masa dia harus nunjukin kelemahan di depan Andra.

"Mau kemana raf?" Tanya Ryan heran ketika melihat Raffa berdiri dan ingin pergi.

"Mau ke kamar mandi, lo berdua gausah ikut. Lo berdua ikut gue jatohin lo berdua dari atap"

Raffa langsung pergi begitu saja setelah mengatakan itu, namun Raffa tidak menuju ke kamar mandi. Melainkan menuju rooftop, melihat langit yang begitu cerah. Udara yang semakin sejuk, suasana ini sangat cocok untuknya sekarang.

Ada sofa tua disana, Raffa menuju kesana dan membaringkan dirinya. Kenikmatan apalagi yang bisa digantikan selain tidur setelah pusing karena pelajaran matematika?

*Klek

Terdengar suara pintu rooftop terbuka, Raffa tidak peduli. Dia hanya ingin terus memejamkan matanya, berharap suara pintu itu hanya terkena angin.

"Raf, ngapain tiduran disini"

Huft... Ada lagi yang ingin mencoba menguji kesabaran Raffa. Dan kali ini siapa lagi?! Raffa membuka matanya. Menatap Andra yang sedang menatap nya heran.

Raffa langsung terlonjak kaget dan terduduk "L-lo kok bisa disini?"

"Kakak emang biasa disini kalo lagi senggang"

"Oh? Ketos sesenggang itu ya? Atau lo ngikutin gue!?"

Andra terkekeh lalu kemudian menggelengkan kepala nya "Kakak udah selesai keliling. Sekarang kakak lagi istirahat"

"Lo gausah manggil diri lo kakak kalo disekolah. Kita kalo disekolah pake lo-gue. Paham gak?"

Andra menggeleng "Kakak gak mau. Nanti kita jadi asing"

"Apa nya sih asing, aneh banget anjing. Lagian di rumah juga kita ketemu"

Andra terkekeh "Yakin ngomong gitu disekolah? Gapapa?"

Raffa hanya melirik Andra sinis dan Andra tertawa karena Raffa sangat menggemaskan.

"Let me be your brother who loves you~" bisik Andra di telinga Raffa. Raffa langsung merinding ketika mendengar itu, wajahnya memerah.

Andra terkekeh "Kamu lucu kalo lagi malu, mau goda kakak?"

"Diem! Udah gausah ngetawain gue. Gue mau tidur dari tadi aja susah banget, sial banget gue."

Andra meletakkan tangannya ke kepala Raffa. Lalu menidurkannya di pangkuannya.

"Tidur aja, nanti kakak bangunin kalo udah bel masuk"

Raffa menatap Andra. Andra itu memang tampan, tak heran banyak yang suka padanya. Padahal dia bisa mendapatkan hati siapa saja dengan mudah, namun kenapa dia memilih Raffa yang biasa saja?

"Woy." Panggil Raffa

Andra menoleh ke bawah melihat Raffa, Andra memainkan rambut Raffa yang halus. Aroma lemon dari rambut Raffa juga sangat menyegarkan.

"Apa?" Tanya Andra

"K-kalo..."

Andra mengerutkan dahi nya

"Kalo.. semisal gue.... Manggil lo, kakak? L-lo bakal gimana?"

.

.

.

Raffa menjadi kesal ketika Andra tidak menjawab pertanyaan nya sama sekali.

"Ck! Lo ngapa--"

*Cup

Raffa membeku, Andra menciumnya. Apa ini? Dunia seakan akan telah berhenti sekarang, Raffa sama sekali tidak bisa bergerak. Perlahan wajah nya mulai memerah.

"B-bodoh!" Raffa menonjok perut Andra. Andra langsung kesakitan. Tonjokan Raffa bukan main main, wajah doang cantik tenaga badag.

"K-kan gue udah bilang! K-kalo lo cium gue bakal gue tonjok!" Raffa langsung berdiri dan menjauh dari Andra.

Andra hanya terkekeh "Gimana rasanya? Apa itu... First kiss mu?"

Raffa melotot dan wajahnya semakin memerah

"G-GAK PERLU TAU!"

Andra tertawa terbahak bahak melihat Raffa begitu memberi jarak pada mereka, Andra mengambil tangan Raffa. Lalu mendudukkan Raffa di pangkuannya.

Andra menyenderkan kepala nya di bahu Raffa "Kamu lucu. Kakak gak kuat"

Raffa melotot, sialan nih bocah. Ngapain udah *keras aja? Emang nya gue ngapain?

*Keras : ngaceng.

"M-mesum! Lepasin gue"

"Biarin kayak gini dulu... Nyaman kan?" Andra memeluk Raffa begitu erat.

Raffa ingin menepis pikirannya, namun memang benar. Pelukan Andra sangat hangat, maklum saja badannya yang besar itu membuat Raffa nyaman. Bahkan tangannya lebih besar dari Raffa. Raffa hanya diam, perlahan memejamkan mata. Sepertinya dunia paling nyaman sekarang adalah saat ini.

Just Brother? [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang