"Loh? Andra?!"
"Chelsy?"
Chelsy langsung mengambil tangan Andra dan berdiri
"Kamu lagi apa disini? Kamu sendirian?" Tanya Chelsy sambil menggelayut manja di tangan Andra. Sedangkan Andra hanya tersenyum kikuk. Nih cewek lagi ngapain sih
"Ya disini emang ngapain? Mabok? Berak? Mandi? Ya belanja tolol" Raffa mengucap kesal melihat tingkah manja Chelsy
Chelsy menatap ke arah Raffa, dia tidak sadar bahwa Raffa berada disana sebelumnya.
"Dih! Ngapain lo disini?! Lo nguntit gue ya!"
Raffa menatap heran ke arah Chelsy, apaan sih nih bocah. Ke geeran banget.
"Yang nguntit lo sape? Gue tanya. Nguntit cewe bibir bengkak kaya lo? Mending mati gue mah!"
Chelsy menatap ke arah Andra "Andra~ Liat deh adkel itu... Masa gak sopan banget sih sama kakel." Chelsy menunjukkan muka nya yang dibuat buat seperti sedih
'Jijik banget gue liatnya' Ucap Raffa dalam hati
"Maaf chel, gue disini lagi belanja sama Raffa"
Raffa melototkan matanya, dia mau bilang ke Chelsy kalo kita saudara gitu?! Walaupun bukan saudara kandung! Tapi itu akan merepotkan Raffa nanti. Banyak cewek yang bakal menggerumuni Raffa cuma buat dapetin nomornya si Andra.
"Hah? Kamu ngapain belanja sama dia?"
Andra menatap ke arah Raffa, Raffa sudah melototkan matanya dan menggeleng pelan. Andra tersenyum kecil.
"Gue kebetulan ketemu sama Raffa dijalan, jadi gue belanja bareng sama dia"
Chelsy menatap Raffa sinis.
"Apa lo liat liat gue? Mau berantem?" Ajak Raffa
"Apasih! Andraa~ liat deh, masa dia mau ajak aku berantem siii~"
'Cih, pengadu' Ucap Raffa pelan
"Andra! Mending belanja sama aku deh, kamu tau? Minuman yang aku ceritain ke kamu itu udah ada disini!"
"Whoa? Beneran?!" Andra terlihat berbinar, dia sudah lama menginginkan minuman itu.
"Iyaa~ makanya ayok sini ikut aku~!" Chelsy langsung menarik lengan Andra meninggalkan Raffa sendirian disana. Andra menoleh ke arah Raffa
"Cuma sebentar, kamu duduk dulu di depan"
Setelah itu Andra benar benar di bawa pergi oleh Chelsy menuju rak rak minuman. Raffa hanya diam, kemudian melangkah keluar dari supermarket.
1 jam telah berlalu, Andra belum juga muncul. Perut Raffa mulai merasa lapar, dia menatap sekeliling. Ada batagor! Mata Raffa berbinar. Namun...
Saat ini Raffa sedang tidak membawa uang nya, Andra bilang dia akan mentraktir nya, karena itu Raffa tidak membawa dompetnya. Raffa memegang perutnya yang keroncongan. Yang dilakukan Raffa sekarang hanya bisa diam melihat orang masuk dan keluar dari supermarket.
.
.
.
Raffa akhirnya memainkan ponsel nya, tidak lama setelah itu Andra keluar dari supermarket.
"Raffa, maaf... Kakak lama ya? Kamu mau ke suatu tempat dulu? Ini belanjaan nya udah kakak bayar"
Raffa mematikan ponselnya dan langsung berdiri "Gak usah. Gue mau pulang"
"Kamu gak mau makan dulu? Kamu pasti laper, sedari pagi kamu cuma makan roti sama cake"
Raffa terus berjalan tanpa mempedulikan Andra. Andra mengerutkan dahinya, berjalan mengikuti Raffa.
"Raffa! Dengerin kakak! Kamu denger kakak gak?"
Raffa terus berjalan tanpa menoleh ke arah belakang, Andra mulai merasa kesal dan menarik lengan Raffa.
"RAFFA! KAMU DENGERIN KAKAK GAK SIH?! NGAPAIN KAMU BERSIKAP KAYAK GINI?!" Andra kehilangan kesabarannya, dengan tidak sadar dia membentak Raffa. Raffa sedikit menunjukkan keterkejutannya. Namun dia langsung menunduk
"JAWAB!" Andra semakin berteriak, Andra semakin mencengkram lengan Raffa.
"NGAPAIN DIEM AJA?! KAKAK SURUH KAMU JAWAB!! NGAPAIN KAMU BERSIKAP KAYAK--" Andra memegang pipi Raffa dan mengangkat kepala nya sehingga Andra bisa melihat wajah Raffa sudah penuh dengan air mata.
Andra langsung tersadar dari kelakuannya "A-ah! M-maaf..." Andra melepaskan tangannya dari lengan Raffa yang terlihat memerah.
"Maafin kakak... Sakit ya? Maafin kakak, kita ke apotik dulu ya beli salep?"
Raffa mulai menangis semakin keras. Andra langsung panik dan segera menariknya ke dalam mobil. Andra memasukkan Raffa ke dalam mobil lalu kemudian dia juga ikut masuk ke dalam mobil.
"Maafin kakak... Sini biar kakak liat" Andra hendak memegang lengan Raffa kembali. Namun Raffa menyentaknya dengan keras
"Gausah sentuh gue!"
Andra terkejut mendengar itu, entah kenapa akhir akhir ini dia menjadi sangat emosional.
"Kamu kenapa sih Raffa?! Tiba tiba kamu gak mau bicara sama kakak! Apa masalah kamu?! Kamu marah karena kakak ninggalin kamu?! Kan kakak udah bilang tunggu aja di luar. Kakak tau kakak agak terlambat tapi emang harus kamu sampe marah san gak mau ngomong sama kakak?! Hah?!" Bentak Andra
"LO BILANG LO SUKA GUE?! INI RASA SUKA LO KE GUE?! LO KALO SUKA GUE LO BERJUANG! TAPI LO MALAH PERGI SAMA CEWEK LAIN! LO MIKIR GAK SIH KALO LO ITU BODOH TINGKAT TINGGI?! GUE BENCI LO KEANDRA!! GUE BENCI LO!! LO JAHAT! LO BENTAK BENTAK GUE, LO PIKIR LO SIAPA?!" Raffa mengeluarkan emosinya, membuat Andra terkejut mendengar itu dan spontan langsung memeluk Raffa.
"Maafin kakak... Maafin kakak, maaf kakak gak perhatiin kamu.. Maaf kakak kurang peka dalam hal ini. Kakak akan berusaha yang terbaik.. Maafin kakak" Andra memeluk Raffa dengan erat, seolah olah dia takut untuk kehilangan Raffa.
"Hiks... Gue nungguin lo lama, gue laper gua ga punya uang. Lo jahat. Gue tau gue belum bales perasaan lo, tapi emang harus lo sejahat ini sama gue?" Raffa menangis di pelukan Andra, sedangkan Andra semakin memeluknya erat sambil mengelus punggung Raffa naik dan turun.
"Maafin kakak, kita makan sekarang ya ke restoran... Kamu mau makan apa?"
"Hiks... Pizza"
Andra terkekeh "Kamu mau pizza? Kakak beliin buat kamu... Apa yang enggak buat kamu hm?" Andra melepaskan pelukannya. Menghapus air mata Raffa.
Andra menikmati sebentar wajah Raffa yang sehabis menangis, sangat lucu. Hidung nya yang memerah, matanya yang sembab. Dan suara nya yang masih sedikit bergetar
"Kamu lucu, kakak boleh cium kamu?"
"... Gue tonjok"
Andra terkekeh gemas, lalu melajukan mobil menuju restoran. Sesampainya mereka berdua langsung memesan Pizza lalu kemudian pergi setelah menghabiskannya.
"Jadi? Raffa maafin kakak?"
Raffa mengangguk, sangat lucu saat Raffa malu malu seperti itu
"Good boy~"
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Brother? [End]
RastgeleSeorang saudara yang berbeda ibu. Raffa dan Keandra adalah seorang saudara tiri. Raffa awalnya tidak pernah mau menerima keberadaan ibu tirinya dan kakak tirinya. Namun... Siapa sangka, lama kelamaan Raffa memiliki perasaan terhadap kakak tirinya. K...