Cantika

11K 179 0
                                    

Kisah Cinta
Cantika Arumi
Fariz Hendrawan

Braakkk....

Ya ampun mati aku, gara gara buru karena kesiangan membuatku membawa motor agak sedikit ugal ugalan. Tiba tiba ada seekor kucing melintas yang membuatku berusaha menghindar agar tidak melindasnya dan sekarang sepeda motorku sukses menabrak sebuah mobil mewah yang aku yakin harganya milliaran.

Mobil merah yang terparkir cantik di sisi jalan itu kini sedikit berubah warna setelah motorku dengan tidak cantiknya mencium paksa sehingga menciptakan beret memanjang yang terlihat sangat jelas dan membuat mobilnya tak lagi cantik.

Seorang pemuda tampan aku lihat keluar dari dalam cafe dan setengah berlari memeriksa mobil yang aku yakini sebagai miliknya itu dengan wajah marah.

"Saya minta maaf mas tadi nggak sengaja nabrak gara gara ngindarin kucing."

"Saya akan maafkan kalau mobil saya kembali seperti semula mbak. Terserah mbak kasih uangnya ke saya langsung atau mbak bawa mobil saya ke bengkel"
ujarnya yang membuatku keringat dingin. Mobil semewah ini sudah jelas akan memakan biaya yang tidak sedikit untuk membuatnya kembali mulus seperti semula.

"Tapi mas saya nggak punya uang sebanyak itu untuk ganti rugi. Saya sungguh sungguh minta maaf" ujarku memohon dan berharap dia sedang berbaik hati untuk menganggap kalau kejadian ini sebagai musibah dan mau melepaskanku dari tanggung jawab.

"Ya nggak bisa gitu dong mbak, kalau dengan minta maaf bisa menyelesaikan masalah tentunya tidak akan terjadi permusuhan ataupun perang di dunia ini."

"Tadi saya sudah bilang mas kalau saya nggak sengaja, kok mas malah sampe ngomongin perang. Gini aja mas gimana kalau kita bahasnya nanti setelah saya pulang kantor karena saya buru buru hari ini karena kantor saya kedatangan bos baru yang katanya orangnya kejam, sok ganteng, sombong dan juga diktator. Sekalian saya minta tolong bawain motor saya ke bengkel yang dekat sini aja mas" ucapku dengan tidak tahu malunya. aku segera mengeluarkan kartu namaku dan meletakan ditangannya kemudian kabur karena aku benar benar akan dipecat kalau sampai telat ke kantor.

Dengan langkah seribu aku bergegas meninggalkannya yang kulihat masih mematung di tempatnya berdiri tapi aku tidak perduli karena nasib pekerjaanku ada diujung tanduk dan tidak bisa di toleransi lagi.

Dengan tubuh berkeringat karena berlarian dari halte menuju kantor akhirnya aku sampai dikantor tepat waktu. Aku tidak tahu lagi bentukanku karena aku sama sekali tidak perduli. Aku terduduk dengan nafas yang masih satu satu setelah selesai absen masuk tepat di jam batas kehadiran.

"Loe kenapa seperti kucing kecebur got Cantika? bentukan loe nggak banget." ujar Naina salah satu teman satu divisiku. Aku menormalkan nafasku baru menatap kearahnya yang mungkin heran karena tidak biasanya aku ke kantor dengan tampilan seperti ini. Setelah memintanya berjalan bersama keruangan kami aku menceritakan kejadian naas yang menimpaku tadi dijalan.

"Ya ampun, kasihan banget nasib loe. Terus gimana loe mau ganti rugi buat makan aja pas pasan." ucap Naina yang langsung kubenarkan karena memang aku sama sekali tidak punya simpanan tabungan setelah minggu lalu mengirim uang ke orang tuaku di kampung.

"Aku nggak tahu Nai, mana orangnya kayaknya galak lagi." ujarku sambil membayangkan mas mas tadi yang sepertinya akan membuatku dalam kesulitan.

"Kawan kawan kita disuruh kumpul di Aula. Mau perkenalan dengan pimpinan baru." pembicaraan kami terpotong saat Dinda datang dan mengajak ke aula kantor.

Kami semua berkumpul untuk menyambut pimpinan baru yang menurut kabar yang aku dengar merupakan anak dari direktur lama yang memutuskan pensiun setelah anaknya kembali dari luar negeri setelah menyelesaikan pendidikannya.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang