Short Story

Alice

Suara gemericik air di atas atap membuatku langsung berlari ke halaman belakang untuk mengambil jemuran kain yang sudah kujemur sesudah sholat subuh tadi. Huu bisa bisa pakaianku tidak kering hari ini karena aku tidak mungkin meninggalkan diluar saat hujan. Karena pakaianku tidak banyak terpaksa aku mengeringkannya di dalam kamar kost ku. Kemudian aku bersiap siap untuk berangkat kerja.

Namaku Alicia Antarin seorang anak yang ditinggal orang tuanya di panti asuhan. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepada mereka apakah masih hidup atau sudah meninggal karena ibu panti juga tidak tahu tentang identitas dan keberadaan mereka. Tinggiku lumayan pendek hanya 155 cm dan tubuhku lumayan kurus karena berat badanku hanya 40 kilo. Aku memiliki rambut ikal panjang berwarna hitam. Walaupun masuk kategori orang tidak mampu tapi aku selalu menjaga kebersihan sehingga kulitku putih bersih dengan wajah cantik seperti artis citra kirana.

Aku bekerja di sebuah perusahaan perhotelan sebagai resepsionis. Di kantor aku termasuk pegawai teladan bukan aku membanggakan diri tapi karena aku beberapa kali memenangkan "employee of the month" dan membuat aku di segani pegawai pegawai lain walaupun ada juga yang tidak suka. Ya namanya hidup kita tidak bisa mengatur seseorang untuk menyukai kita. Karena itu aku tidak pernah ambil pusing dengan mereka yang tidak menyukaiku dan bekerja sebaik mungkin karena kehidupanku bergantung kepada gaji dari perusahaan.

Sebastian Martin Piorren adalah pemilik hotel tempatku bekerja. Dia adalah pimpinan yang masih sangat muda berumur dua puluh enam tahun dan dia sudah di beri kepercayaan untuk memimpin perusahaan. Dengan tinggi 180 cm wajah sedikit indo karena dia terlahir dari ayah yang berasal dari Amerika dan ibu asli pribumi dan rambut yang berwarna merah kecoklatan membuatnya banyak digilai baik para karyawannya ataupun rekan bisnis yang mengincar untuk dijadikan menantu. Tapi sayang sekali dia tidak tertarik dan mengabaikan mereka semua.

Karena hari ini aku shift pagi membuat pekerjaanku selesai di sore hari setelah pergantian shift aku langsung keruang loker untuk mengganti pakaian kerjaku dengan pakaian biasa. Aku berjalan ke arah lift. Begitu lift terbuka aku dikejutkan karena ada seseorang yang mendorongku masuk dan memencet tombol turun. Aku merasakan bibirku di bungkam oleh ciuman lembut yang membuatku terlena. Saat aku mulai sesak aku memukul bahunya agar melepaskanku.

"Ckk kebiasaan main nyosor aja, kalau di lihat yang lain gimana?. Ngapain kamu naik lift karyawan?"

"Nggak romantis kamu. Ketemu pacar bukannya di sayang sayang gitu. nanya kabar kek ini malah di semprot. Kamu itu kalau nanya satu satu sayangku biar aku bisa jawab." katanya sambil cengengesan.

"Kamu itu selalu buat aku sport jantung tahu nggak. Kalau ada orang lain yang lihat aku yang kena imbasnya. Kamu ya enak yang bakalan digosipin aku. Mereka pasti bilang kalau aku menggoda kamu bla.. bla... bla...."

"Itu karena kamu nggak mau kusuruh naik keruanganku ya jadi aku yang menemuimu. Aku itu kangen dan dua hari lagi aku harus keluar kota selama beberapa hari jadi aku mau charger dulu sama kamu". kemudian dia membungkam bibirku yang hendak melayangkan protes.

Ting..

Suara lift yang berbunyi membuatnya melepaskan ciuman dan aku merapikan diri. Walaupun kami hanya berciuman tapi siapa tahu saja penampilanku berantakan. Pintu lift terbuka dan kami keluar lift dan berpapasan dengan manager perusahaan. Aku langsung menunduk hormat dan berpamitan. Setelah mereka mengangguk aku berjalan ke arah pintu luar. Samar samar aku masih sempat mendengar percakapan mereka.

"Pak Martin kok pakai lift karyawan?"

"Oh tadi saya sudah coba pencet lift nya tetapi tidak mau terbuka Pak Arya. Karena saya buru buru jadi pas lift karyawan terbuka saya ikut masuk. Saya permisi dulu ada hal yang harus saya urus"

Aku berjalan ke arah halte bus yang berjarak tiga ratus meter dari area hotel. Sesampai disana aku duduk sendirian karena tidak ada orang lain yang menunggu angkutan.