Thalita

8.1K 149 0
                                    

Thalita Khanza Agustina
Ghifary Elvano Wiryawan

Suamiku adalah anak bungsu dari dua bersaudara yang mana kakaknya laki laki yang tua dua tahun diatas suamiku. Kami sudah dua tahun menikah dan belum dikaruniai anak. Sedangkan kakak iparku juga sudah menikah dan dikaruniai anak perempuan.

Saat ini kami sedang menginap di tempat mertuaku karena kebetulan mereka ada hajatan memperingati hari jadi pernikahan mereka yang ke empat puluh. Aku yang memang dekat dengan keluarga mertuaku tentu sangat senang karena ini dijadikan sebagai ajang kumpul keluarga karena sangat sulit untuk berkumpul bersama akibat kesibukan masing masing.

Tok...tok...

Aku membuka pintu kamar dan melihat Mbak Septi berdiri di depanku lengkap membawa zahra putri kecilnya yang baru berusia lima bulan.

"Atha bisa bantu mbak nggak ngambil perhiasan mbak dirumah mbak soalnya kata mama kita harus pakai itu pas acara. Mbak nggak bisa pulang kamu lihat sendiri zahra agak rewel" ucapnya memohon.

"Aduh mbak mana berani aku masuk rumah mbak apalagi ini masuk kamar. Aku juga nggak tahu dimana letaknya."

"Nanti mbak minta tolong mas ghifar antar kamu ya. Please bantu mbak." akhirnya aku mengangguk dan minta izin ganti baju terlebih dahulu. Aku turun dan mendapati mas ghifar sudah siap dengan kunci mobilnya. Tak lama kami pamit pergi kerumah kakak iparku yang jaraknya lumayan jauh karena biasanya akan menghabiskan waktu hampir satu jam.

Kami sampai didepan rumah dan mas ghifar langsung memasukkan mobil ke garasi.

"Mas kenapa mobilnya masuk garasi kita kan cuma bentar ambil barangnya mbak Septi ujarku heran karena mas ghifar bahkan mengunci pintunya."

"Aku nggak mau nanti mobilnya ganggu orang lewat. Ayo?'

Akhirnya aku mengekor di belakangnya menuju kamar mereka. Kembali aku berhenti saat berada didepan kamar, karena aku ragu untuk masuk kedalam yang merupakan tempat privasi kakak iparku ini.

"Mas aja yang masuk, saya tunggu di luar."

"Aduh mas nggak tahu perhiasan yang mana yang mau diambil. Masuk aja nggak papa." ujarnya sambil membuka pintu kamar dan mempersilahkan aku masuk. Aku segera masuk dan berjalan kearah tempat penyimpanan mereka. Setelah menemukannya aku segera berbalik dan shock sampai menjatuhkan barang yang baru kuambil. Aku berjalan mundur hingga mentok ke pinggir tempat tidur saat melihat mas ghifar berjalan kearahku sudah dalam keadaan telanjang bulat. Apa aku begitu lama mengambil barang sampai dia sudah telanjang dan aku tidak sadar.

"Mas, jangan mendekat." ujarku saat mendengar langkah kakinya. Aku bahkan tidak berani melihat ke arahnya. Aku berusaha menghindar dengan berlari kearah pintu tapi tangannya lebih sigap menangkap pergelangan tanganku dan mendorongku hingga berbaring dikasur.

Dia segera menindih tubuhku saat aku melakukan perlawanan. Dengan sigap dia mengikat kedua tanganku dengan dasi dan mengikatkannya ke kepala ranjang sehingga membuat tanganku tidak bisa bergerak yang entah dari mana asalnya.

"Mas aku mohon jangan lakukan ini." ujarku saat tangannya sudah berada di kedua payudaraku dan meremasnya.

Aaahhhhh sssshhhh mas jangan....

Aku masih berusaha menyadarkannya ditengah tindakannya yang mulai membuka kancing kemejaku satu persatu hingga terlepas semua dan jatuh kesisi tubuhku.

"Sudah lama aku ingin merasakan ini." ujarnya tanpa menpedulikan permohonanku dan mulai membuka kaitan bra ku yang kebetulan letaknya ada di depan. Tubuhku menggelinjang saat dia memasukkan salah satu payudaraku kedalam kehangatan mulutnya dan mulai menghisap kuat hingga menimbulkan bunyi saat terlepas. Dia melakukannya beberapa kali dan itu membuat kepalaku pusing dan libidoku langsung beranjak naik.

Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang