BAB 20 || MILIK GUE

78 12 2
                                    

Rafa mengambil langkah lebar setelah meninggalkan Gavin seorang diri di taman kantin sana. Tubuhnya lekas mendekat ke arah Afra dan berhasil membuat lawan bicara di depannya itu menatapnya bingung.

"Kenapa?" Kepala Afra mendongak dengan tatapannya yang tak berkedip. Kepalanya menatap sekeliling dan berakhir bernapas lega karena kantin sudah tidak seramai tadi.

Rafa tak langsung menjawab. Cowok berseragam kusut dengan wangi parfum yang cukup khas itu terlebih dahulu mengambil duduk dengan tangannya yang melipat tenang di depan dada. Dia memilih untuk diam dan menghiraukan tatapan menyelidik dari Ayla yang masih berada di kantin--duduk di meja yang sama dengan Afra.

"Tumben lo mau dekat Cewek!" Ayla bersuara setelah lama hanya diam. Jiwa keponya terasa meronta ingin keluar dengan apa yang saat ini tengah dia lihat.

"Ra!" Kepalanya menatap Afra bingung. Dia ingin mendengarkan penjelasan apa dari sahabatnya itu sebagai jawaban atas rasa ingin tahunya yang belum terjawab.

Afra yang mengerti akan hal itu mengangkat dua bahunya acuh. Dia sendiri tidak tahu maksud dari kedatangan Rafa yang secara tiba-tiba--seperti ini.

"Gelang lo." Tangan Rafa terulur cepat dengan sodoran benda kecil berbentuk bulat yang dihiasi oleh permata kecil yang terlihat indah. "Gue ga sengaja nemu di saku jas gue. Punya lo?" Tanyanya dengan tatapan mata yang cukup lama menatap lawan bicaranya itu lekat.

Afra menggeser cepat segelas jus yang tengah ia minum. Tangan kecilnya mengambil alih gelang itu dan berakhir mengembangkan senyumnya yang teramat manis. "Ko bisa di kamu? Aku aja ga nyadar kalau gelang aku hilang." Afra memasang kembali gelang kecil itu di pergelangan tangan kirinya. Hal itu tak lepas dari penglihatan Rafa yang seolah berhasil menemukan ciri khas yang semula hilang dari gadis di depannya.

"Ciri khas lo kembali ada."

"Maksudnya?"

Rafa menarik napasnya kasar. Dia lupa kalau Afra bukanlah tipikal orang yang akan langsung mengerti akan apa yang dia ucapkan dengan kalimat singkat tanpa adanya sebuah pengulangan.

"Ciri khas lo." Rafa mendekatkan wajahnya dengan tatapan mata yang saling beradu tatap dengan bola mata berwarnakan coklat terang di depannya. Satu tangannya lekas mengambil pergelangan tangan Afra dan bersuara, "Gelang ini adalah ciri khas lo yang berbeda," ujarnya dengan suara yang terdengar lembut.

"Woi! Sadar! ada gue di dunia ini." Gebrakan keras Ayla berhasil membuat dua manusia itu saling beradu tatap. Keduanya menatap dengan penuh canggung namun tidak dengan Ayla yang diam dengan wajahnya yang menekuk sebal.

Dirasa sudah tidak setegang tadi, dua tangan Ayla perlahan melipat tenang di depan dada disertai dengan tatapannya yang seolah ingin mengintrogasi. "Raf!" Panggilnya kemudian, menatap Cowok di samping kirinya itu dengan lekat.

Rafa membalas balik tatapan mata itu. Tidak terlalu lama, hanya beberapa detik, kemudian kembali beralih menatap ke arah depan--lebih tepatnya sedikit mencuri pandang terhadap objek di depannya.

"Lo berdua jadian? Pacaran gitu maksudnya." Ayla memperjelas ucapannya. Dia tidak ingin berbicara berbelit-belit jika jiwa keponya sudah tidak bisa dia tahan.

"Ga."

Bukan Rafa, melainkan Afra. Gadis itu menatap Ayla cepat ketika mendengar lontaran pertanyaan Ayla yang terlalu tidak masuk akal. Tidak mungkin jika ia dan Rafa menjalin hubungan. Melihat visualnya saja, Afra sudah kalah terlebih dahulu jika harus disandingkan dengan Cowok misterius seperti Rafa. Tunggu? Kenapa ia malah insecure? Bukankah ia tidak ada hubungan apa-apa?. Afra mendengkus sebal.

Al-BirruWhere stories live. Discover now