Transmigrasi Alice||10

112 7 0
                                    

Alice berjongkok untuk melihat keadaan bocah lelaki yang secara tak sengaja terdorong olehnya saat ia sedang memperhatikan gaun kedua pilihan varra.

"Kau tidak papa?" Tanya Alice pelan dengan suara yang lembut. Bocah lelaki berambut hitam pekat itu mendongak, manik matanya yang berwarna merah terang itu menatap manik mata biru langit milik alice.

Tersirat raut wajah kesal miliknya yang di tutupi dengan raut datar yang lebih mendominasi. "Maafkan saya" pinta Alice dengan tulus.

Bocah itu segera bangun, membersihkan tubuhnya dari debu lantai. "Ya tidak papa" ucapnya datar.

"Apa kau tau, jawabanmu itu tidak pantas bagi seorang putri kerajaan y--" Teguran Varra berhenti seketika saat Alice memberi isyarat pada nya untuk diam.

"Syukurlah, apa kau kesini sendirian?" Bocah itu tak menjawab, tingkahnya kelihatan sedikit gelagapan dengan pertanyaan Alice, seperti ada sesuatu yang disembunyikan nya.

"Y-ya" jwabnya ragu.

"Kenapa ragu?, Tenanglah aku tidak makan manusia kok" kikik alice melihat tingkah gemas bocah didepannya. "Apa ada sesuatu yang ingin kau beli disini?" Tanya nya lagi.

"A-aku.. aku datang kesini untuk melihat gaun gaun" ucapnya seraya mengalihkan pandangannya kemana saja asal bukan menatap seorang gadis di depannya.

"Wah! Aku tidak tau bahwa ada seorang lelaki yang tertarik dengan gaun, berapa umurmu?"

"Kau tau, meskipun kau seorang putri. Apakah boleh meremehkan rakyatnya", jujur alice tidak bermaksud meremehkan bocah di depannya. Ia hanya bermaksud memberikan pujian, namun sepertinya bocah itu tak mengerti maksudnya.

"Aku tak bermaksud meremehkan mu, kalau begitu umurmu berapa tahun?"

"12 tahun, Namaku Felix Magath " ucapnya singkat.

"Kau tinggal dimana?"

"Aku tidak punya rumah" gugupnya.

Prok!

Alice mempertemukan kedua tangannya, dengan tersenyum lembut gadis itu membelai kepala bocah di depannya. "Kalau begitu maukah kau kuangkat menjadi bagian dari anggota keluargaku?" Tawar alice.

Felix yang semulanya tak menatap alice, menjadi menatap gadis didepannya dengan intens. Tergambar raut bahagia di wajahnya yang tampan. "Bolehkah?"

"Tentu saja, kalau begitu mari ikut saya" ajak Alice menggandeng bocah itu seperti menggandeng seorang anak.

Alice berniat ingin menjadikan felix sebagai Anak angkatnya, tapi sebelum itu ia harus membawanya pulang dan membiasakannya hidup di lingkungan bangsawan dan kerajaan, sekaligus mendidiknya untuk tumbuh menjadi seorang kesatria hebat menandingi Galix.

Varra sedikit khawatir, ia takut jika ternyata Galix tak menyukai bocah itu dan malah mengusirnya, Tapi ia tak punya hak untuk menentang keinginan Alice.

Bocah ini bisa kulihat punya bakat terpendam, sepertinya ia bisa mempelajari sesuatu dengan cepat hanya dengan melihatnya dan mengamatinya.

Meskipun belum terbukti benar, tapi alice akan mencobanya dengan mengajarkan bocah itu beberapa pelajaran.

•••

Ringkikan kuda terdengar lantang begitu galix mengerem langkah kaki kuda hitam miliknya, ya pria itu sudah tiba di kediamannya bersama ajudan setianya dan beberapa kesatria lainnya yang ikut bersamanya.

"Selamat datang kembali tuan muda" sapa Delvin, membungkuk dengan maksud menyambut kedatangan sosok yang ia hormati.

Tidak ada perubahan di wajah galix, ia menyambut sambutan itu dengan wajah datar dan tenangnya, pria tampan itu segera turun dari kudanya lalu memasuki nya kekandang.

Bersamaan dengan itu varra dan Alice datang dari arah Gerbang depan. Dengan wajah berseri, varra segera mendekati Galix untuk membantu pria itu tanpa persetujuan sang empu.

Alice tak mau kalah, ia segera mensejajarkan diri nya dengan delvin tak lupa felix juga ikut serta disampingnya. "Selamat datang Tuan duke" sapanya.

Galix sedikit melirik untuk mengetahui sumber suara lembut nan merdu yang di dengarnya. "Bagaimana keadaan mu setelah pulang?" Tanya Alice yang tak di gubris oleh galix.Pria itu lebih memilih menatap bocah kecil yang sedang di gandeng oleh tunangannya dengan tatapan heran ditutupi wajah datarnya.

"Siapa dia!" Tanya galix menunjuk felix dengan sorot matanya.

"Ah! Dia adalah bagian dari keluarga kita di masa depan!" Seru alice dengan tersenyum riang tanpa melepaskan genggaman tangannya.

"Kau terlalu percaya diri untuk bersanding dengan ku" ketus galix berlalu begitu saja.

Untung saja galix itu tampan, kalau tidak ia tidak akan berlaku baik di depannya. Benar benar pria Arogan!

Alice terus menatap punggung galix yang kian semakin menjauh dengan tatapan datar.

"Tidak usah dimasuki hati ya, felix" ucap alice lembut dengan maksud menghibur Felix. Meski sebenarnya ia tau siapa yang lebih pantas untuk di hibur.

Felix sedikit menunjukkan ekspresi tersenyum miliknya, otomatis alice segera berbinar mencubit gemas pipi milik Felix. "Astaga kau terlihat tampan dengan tersenyum!"

Dengan tanpilan sedikit lusuh saja ia sudah tampan, apalagi bila di kenakan pakaian yang rapi. Ukh! Pasti ia akan sukses membuat ku mimisan

__Bersambung__

Halo para readers!!

Makasih banyak ya yang udah dukung cerita aku dengan memberikan vote kalian.

Huhu aku gak nyangka votenya bisa sampai seratus lebih 😭😭

Thank you bangettttt

Another World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang