Transmigrasi Alice||15

96 3 0
                                    

"cukup!"

Gadis yang ada di hadapannya tersenyum manis, kemudian berlalu keluar sembari menepuk pundak galix begitu saja.

Biasanya, Gadis cantik itu akan merengek atau memulai tingkah konyolnya.

Tetapi, nyatanya tidak seperti itu sekarang, berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Kecuali... Hanya kejadian beberapa menit yang lalu.

Galix terdiam, emosinya langsung turun seketika melihat kelakuan yang tak biasa dari istrinya.

Beberapa saat, sampai Liam datang dengan membawakan jas hitam.

"Tuan, ini jas yang tuan minta" ucapnya.

Berbalik, mengambil jas itu dari tangan Liam lalu bergegas memakainya sembari menuju taman belakang dengan langkah terburu-buru.

Taman tempat Alice sering merenung menatap langit yang indah.

•••

Alice menyapu bangku taman sebelum menduduki nya. Angin musim dingin menerpa tubuhnya membuat rambutnya ikut bergoyang mengikuti irama angin.

Haburan bintang malam ini sangat indah untuk di nikmati seorang diri.

"Kalo begini terus, apa aku harus jadi es juga?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

"Tidak!"

"Aku tak perlu menjadi es, aku hanya perlu menikmati alur ini" imbuhnya lagi.

Angin bertiup sedikit lebih kencang, Alice memejamkan matanya merasakan hembusan angin yang cukup dingin.

Ntah mengapa, malam ini mengingatkan awal mula ia masuk kedalam raga ini.

Alice merasakan ada seseorang yang memeluknya dari belakang, bahkan hembusan nafasnya dapat terdengar jelas saking dekatnya.

"Alice..." Bisiknya di telinga Alice, membuat gadis itu sedikit terkejut ditambah jantungnya berdegup kencang untuk yang pertama kalinya.

"Sorry..." Lanjutnya lagi.

Alice memalingkan wajahnya ke samping, wajah pertama yang ia lihat.

Wajah seorang pria berekspresi dingin khasnya plus tampan.

"Berani sekali kau melakukan itu!" Protes Alice.

Galix menjauhkan kepalanya dari telinga Alice. "Kenapa? Kau ingin aku mengulanginya lagi?"

"Tidak!, Kutebak pasti kau berfikir dengan melakukan ini aku dapat memaafkan mu begitu saja?"

Galix mengangguk pelan.

"Tidak semudah itu!" Ucap Alice memanyunkan bibirnya.

Galix tak peduli, ia kembali mendekatkan bibirnya ke telinga Alice dan kembali menyebut nama istrinya dengan pelan.

"Alice..."

"Hentikan sikapmu yang menjijikkan itu!" Protes Alice menarik dirinya dari pelukan Galix.

"Sikapmu saja yang pandai merayu pria, tetapi kau lemah jika di rayu" bantah Galix.

"Ti-tidak kok"

"Sebentar lagi kereta akan berangkat, para pelayan sudah menunggu ayo kita berangkat"

"T-tunggu aku perlu merapikan hiasan ku"

"Tak perlu, begini saja sudah cukup"

"Emm, baiklah"

"Kuharap kau akan menyesal telah melakukan begini pada ku!" Ujar Alice, menghentakkan kakinya berkali kali meninggalkan galix sendirian.

__Bersambung__

Hai  jangan lupa vote kalian.

Tata

Another World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang