Bab 03 : Hanyut

7 4 0
                                    

"Kakak Sepupu, sedang apa di sini?"

Ailette menoleh, menatap orang yang menyapanya lalu tersenyum tipis dan kembali membuang wajah.

"Aku tahu, pasti terjadi sesuatu yang seru," tebak Hans, sepupu laki-laki dari pihak ibunya.

"Tutup mulutmu, Ailie sedang tidak ingin berbincang," tolak Ailette tanpa mengalihkan padangan.

Bukannya pergi atau diam, laki-laki itu justru terkekeh dan ikut bersandar pada pembatas balkon.

"Kudengar, ada siswi baru yang menarik perhatian dan ...." Hans menggantung kalimatnya, tersenyum miring lalu berbisik di telinga Ailette, "Posisi Kakak Sepupu terancam karenanya."

Prang!

"Aile, ada apa?" tanya Tuan  Faheem, ayah dari Ailette. Terlihat beberapa orang lainnya yang ikut berkumpul penasaran keributan apa yang terjadi karena terdengar suara benda yang dibanting hingga pecah.

Ailette menoleh, tersenyum. "Tidak ada apa-apa, Papah. Tangan Ailie hanya licin hingga gelasnya terjatuh. Benar begitu bukan, Hans?"

Hans yang terkejut dengan sikap gadis di hadapannya itu hanya mengangguk patah-patah. "Benar, Paman. Kami hanya mengobrol, melepas rindu."

Tuan Faheem mengembus napas lega, lalu kembali keluar bersama orang-orang yang tengah berbisik tentang dirinya dan Hans.

"Apa kau gila?" tanya Hans setengah berteriak. Beruntung di luar sana ada banyak orang, jika tidak, ia tidak tahu bagaimana nasibnya.

Ailette memandang pecahan kaca dan menginjaknya dengan sepatu high heels yang dipakainya hingga menjadi pecahan-pecahan kecil. 

"Sudah kuperingatkan dari awal, jangan membuatku mengatakan hal yang sama untuk kedua kalinya jika tidak mau bernasib sama seperti Adelio."

Bulu kuduk Hans berdiri, ia tahu jika Ailette sudah berkata seperti itu maka gadis itu tidak main-main.

Ailette mendongak, tersenyum berseri. "Jadi, Ailie tidak berniat lama-lama di sini. Ailie pergi dulu."

Gadis itu melangkah dengan sengaja menginjak pecahan kaca, meninggalkan sedikit rasa takut pada sepupu laki-lakinya.

Sungguh, perasaannya saat ini sangat jelek karena seseorang yang belakangan ini selalu membuatnya merasa gelisah. Ditambah saat ini ia tengah menghadiri acara bersama sang ayah, tidak hanya keluarga besarnya yang hadir, ada juga tamu-tamu penting ayahnya.

Ailette menggigit bibir bawahnya, setelah menemui sang ayah untuk berpamitan, ia menyalakan mobil dan melaju cukup tinggi hingga hampir membuatnya menabrak mobil lain.

"Sial! Ini tidak bisa Ailie biarkan," berang Ailette melempar sembarang tas yang dipakai saat tiba di kamarnya.

༻༺ ༻༺ ༻༺

"Ailette, lo udah liat poster terbaru di mading tadi?" tanya Shasa setengah berteriak saat ia baru saja menginjakkan kaki di kelas.

Ailette menggeleng. "Ailie belum sempat liat. Ada berita apa, Shasa?"

"Jadwal acara 'Putri Sekolah' udah keluar, 1 minggu lagi di mulai," jawab Shasa.

Ailette mengangguk-ngangguk kepala. "Nanti saat istirahat Ailie lihat. Sekarang Ailie mau lanjut baca buku dulu, nanti-eh. Sanica, mau ke mana?"

"Mau ke perpus sebentar, balikin buku. Ailie mau ikut?" ajak Sanica yang sudah berdiri dari kursinya. Ailette mengangguk, berjalan beriringan menuju perpustakaan.

Saat melewati lapangan, sesosok berpakaian olah raga yang berdiri sedikit jauh berhasil menarik perhatiannya. Sosok itu tak lain dan tidak bukan adalah Verron, tapi laki-laki itu tidak sendiri, terlihat beberapa temannya dan Liana yang tengah mengerubunginya.

"Ada apa, Ailie?" Sanica yang menyadari perubahan raut wajah Ailette berhenti dan menatap khawatir.

Gadis itu menoleh dan menggeleng. "Tidak ada apa-apa, Sanica."

Ailette berjalan mendahului Sanica, membiarkan gadis itu tertinggal di belakangnya.

"Ailie." Panggilan Sanica membuat gadis itu kembali berhenti dan menoleh.

"Ada apa, Sanica?"

Sanica tidak langsung bicara, membiarkan keheningan menyelimuti mereka.

"Apa pun yang kamu lakukan, aku pasti akan tetap menjadi temanmu."

Ailette tertawa keras, merasa jika ucapan Sanica sangat tidak masuk akal.

"Memangnya, Sanica pikir Ailie akan melakukan apa?" tanya Aliette dengan sengaja.

Sanica memalingkan wajah. "Entahlah, tapi aku selalu percaya padamu."

"Sanica tidak tahu Ailie akan melakukan apa, tapi Sanica percaya. Itu lucu, Sanica. Kenapa?"

Netra coklat milik Sanica beradu pandang dengan iris hitam Ailette.

"Karena itu Kamu, Ailie. Kamu pasti akan menggunakan semua cara untuk menjaga milikmu."

MINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang