Bab 14 : Kecurigaan

4 3 0
                                    

"Sanica? Apa ... Terjadi sesuatu padanya?" tanya Ailette dengan raut wajah khawatir.

"Kau tidak tahu? Bukankah dua hari lalu kalian bersama?" tanya Juri menatapnya penuh selidik.

"Memang," jawab Ailette meremas ujung roknya. "Tapi Sanica pulang malam, saat Ailie mau mengatar tapi Sanica menolak ... Telepon dan pesanku pun tidak dibalas olehnya."

Juri mengusap wajah gusar, sejak kemarin hatinya tidak tenang. Rasa khawatir karena perkataan perempuan itu sebelumnya membuatnya menjadi takut, terutama dengan Ailette yang menurut Sanica terlihat mencurigakan.

"Apa kau sudah memeriksa ke rumahnya?" tanya Juri memastikan sekali lagi.

Ailette mengangguk lemah. "Sudah, tapi tidak ada siapa pun. Mamah Kana sedang pergi keluar kota," jawab Ailette menyebutkan nama ibu Sanica.

"Begitu ya ...." gumam Juri meremas jemarinya. Laki-laki itu terlihat pucat memikirkan kemana perginya sang pacar yang menghilang secara tiba-tiba. Sejujurnya ia mencurigai Ailette, tapi tidak ada cukup bukti untuk itu.

"Kalau begitu, kabari jika sudah ada kabar tentang keberadaannya padaku," pinta Juri yang kemudian pamit kembali ke kelas. Ailette menatap punggung laki-laki itu yang semakin menjauh lalu menghilang.

Tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan sebuah pesan masuk.

Perempuan gila! Aku sudah melihat semua yang kau lakukan, dan akan kubeberkan semuanya!

Senyum tipis terukir di wajahnya, sebuah perasaan menggebu dalam dirinya. Entah siapa pun yang mengirim, Ailette sangat menyukai keberaniannya itu karena mengirimkan ancaman untuknya.

"Sepertinya aku harus mencarinya terlebih dahulu ...."

༻༺ ༻༺ ༻༺

"Gue gak mau. Untuk apa gue susah-susah bantu cewek kek lo," tolak Hans, sepupunya, secara mentah-mentah.

"Adik Sepupu, kamu menolak permintaan tolongku?" tanya Ailette mencoba membujuknya, tapi pendirian laki-laki itu cukup kuat karena menolak semua tawaran yang ia berikan.

"Omong-omong ... Bagaimana keadaan Adelio, ya? Apa Kakakmu baik-baik saja?" tanya Ailette tersenyum miring.

Seketika bulu kuduk Hans berdiri, perasaan tidak mengenakan saat melihat senyum itu.

"Jangan bertindak aneh-aneh!" ancam Hans setengah berteriak.

Ailette mengangkat bahunya acuh. "Ailie hanya bertanya keadaan sepupu sendiri, apa salah?"

Perempuan gila! Hans memakinya dalam hati. Salahnya sendiri karena menuruti permintaan Ailette untuk bertemu, seharusnya ia mengacuhkan ajakannya.

"Jadi bagaimana, Sepupu Hans? Apa tidak mau membantu Ailie?" bujuk Ailette menyudutkan Hans.

Laki-laki itu membuang napas kasar.Dengan pasrah ia mengiyakannya karena dirinya tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginannya jika ingin hidup.

Ailette tersenyum puas. "Anak pintar. Tugasmu cukup mudah, cukup lacak dan cari siapa yang mengirim pesan ini."

Hans membaca sekilas pesan yang diterima gadis itu. "Sungguh orang yang sangat berani," ucapnya sedikit mengagumi keberanian si pengirim pesan. "Dan bodoh ...."

"Gue hanya perlu lacak dan cari tahu si pengirim?" tanya Hans memastikan.

"Benar sekali, Sepupu Hans."

Hans bergumam pelan, memusatkan fokusnya pada layar komputer dengan membelakangi Ailette yang tersenyum puas.

Tidak perlu waktu lama baginya untuk mengetahui serta melacak si pengirim. Hans mengirim data yang ia temukan ke ponsel Ailette.

"Mungkin lo kenal dengan orang ini, coba lo periksa," pinta Hans menatap Ailette yang sibuk menatap layar ponselnya sembari tersenyum tipis kemudian mengangguk.

"Aku tahu orangnya, dan aku sudah tahu apa yang akan kulakukan padanya ...."

"Hei. Jangan terlalu berlebihan, itu akan memberatkan Paman dan berimbas ke lo," ujar Hans memperingatinya.

Gadis itu mengacuhkan perkataannya, menganggapnya hanya angin lalu. Ia sudah tidak peduli. Siapa yang berani menganggunya, maka orang itu harus bersiap menerima balasan.

Ailette pamit untuk pulang, meninggalkan Hans yang menghela napas lega karena kepergiannya sekaligus meninggalkan rasa cemas dan khawatir. Ia sudah mengenal gadis itu sejak lama, tahu semua tentang dirinya, termasuk perasaan yang menurutnya mengarah pada obsesi yang aneh. Hans berpikir jika Ailette sudah keterlaluan, tapi tidak ada yang bisa dilakukannya selain memberi peringatan.

Laki-laki itu mengusap wajah gusar. Berpikir jika perhatian berlebih yang Ailette terima sejak dulu dari semua orang membuat gadis itu gelap mata.

MINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang