Bab 15 : Ulang Tahun

2 3 3
                                    

Sebuah kebetulan yang menarik. Dua hari sebelumnya gadis itu membagi-bagikan kartu ulang tahunnya pada semua orang, termasik dirinya, yang akan berlangsung besok.

Gadis itu tersenyum tipis, mengarahkan mobilnya ke pusat pembelanjaan untuk membeli hadiah yang sesuai kemudian membungkusnya di kamar saat ia tiba di rumah.

Esoknya, setelah 'bertukar sapa' dengan Sanica, Ailette segera berangkat menuju rumah pemilik pesta yang cukup jauh dari rumahnya. Sebenarnya Ansel mengajak berangkat bareng, tapi ia menolak karena mengatakan akan datang terlambat. Ia sengaja datang paling akhir karena yang terakhir itu biasanya membawa hal yang mengejutkan.

Setelah memarkirkan mobilnya, ia menuju ke ruang utama di rumah super megah itu. Ailette tersenyum  melangkah masuk dengan semua mata tertuju yang tertuju padanya, berbisik. Tapi gadis itu mengacuhkan dan berjalan lurus, menemui 'Tuan Rumah'.

"Selamat ulang tahun, Riana!" seru Ailette tersenyum memeluk Riana yang raut wajahnya terlihat pucat pasi bercampur kecanggungan.

"Te-terima kasih sudah datang, Ailette," balas Riana tersenyum kaku.

"Maaf ya Ailie terlambat, soalnya ada yang perlu Ailie siapkan," ujar Ailette dengan wajah bersalah sembari memberi kadonya.

"Gak apa-apa, yang penting lo bisa dateng," balas Riana menerima kadonya.

Setelah memberikan kado, gadis itu berpamit untuk menikmati pesta dengan yang lain.

"Wah gila, dia beneran dateng," celetuk Angela sepeninggal Ailette.

"Jaga omongan lo, banyak orang di sini," ucap Riana dengan nada memperingatinya.

"Lo kenapa?" tanya Angela yang merasa jika Riana menyembunyikan sesuatu darinya, terlihat jelas dari reaksi yang ia berikan.

Riana menggeleng pelan. "Bukan apa-apa. Gue mau ke kamar mandi dulu."

Angela menatap punggung Riana yang menjauh dengan penuh selidik. Tidak diragukan lagi, temannya itu menyembunyikan sesuatu. Merasa curiga, ia membututinya diam-diam. Tapi sayangnya, Riana tidak terlihat di mana pun membuatnya bingung karena tidak ada siapa pun di kamar mandi.

"Riana?" panggil Angela celingukan. Merasa sesuatu di belakangnya, gadis itu menoleh dan ....

Buk!

Sebuah benda keras mengenai kepalanya hingga membuatnya hilang kesadaran.

"Sayang sekali saat ini bukan giliranmu, tapi nanti ...." gumam orang itu kemudian pergi meninggalkan Angela.

༻༺ ༻༺ ༻༺

Gadis itu menyentuh kepala belakangnya yang terasa sakit, sementara mulutnya mengaduh kesakitan. Pandangannya masih terasa buram, tapi ia yakin jika masih ada di tempat tadi.

"Orang gila. Awas aja kalo ketemu, bakal gue balas!" caci Angela.

Gadis itu mencoba berdiri dengan kedua kakinya, tapi ia sulit menjaga keseimbangan karena kepalanya masih terasa pusing. Dengan bertatih ia berjalan kembali ke area pesta, mengira jika Riana mencarinya karena terlalu lama pergi.

Tidak terdengar canda tawa, melainkan suara tangis memilukan yang menyambutnya setiba di aula. Ia melihat beberapa orang menangis, satu dua berpelukan dan sisanya memasang wajah duka. Tidak ada Riana, tidak terlihat keberadaan. Sontak perasaan panik serta ketakukan menyimuti dirinya.  Tanpa memedulikan kepalanya yang masih terasa sakit, ia berlari menghampiri kerumuan.

"A-ada apa-"

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, seseorang menutup mulutnya dan membawa pergi menjauh dari kerumunan.

"Kinan!" seru Angela saat tangan gadis itu lepas dari mulutnya.

"A-ada apa ini sebenarnya? Di mana Riana?" tanya Angela setengah berteriak, gadia itu tidak dapat mengendalikan raut wajahnya.

"Diamlah, bodoh! Jangan berteriak kalau tidak mau dijadikan tersangka!" seru Kinan dengan teriakan tertahan.

Kinan mengambil napas panjang kemudian menatapnya tajam. "Jawab jujur. Di mana lo tadi?"

"Tadi gue pingsan, ada seseorang yang mukul kepala gue," jawab Angela menuruti perkataan Kinan.

"Sebelum itu?"

"Tadinya gue mau nyari Riana tapi tuh orang tiba-tiba langsung ngilang, terus ada orang yang entah dari mana mukul gue," jawab Angela menjelaskan kejadian yang ia alami.

"Lo tau siapa yang mukul," tanya Kinan sekali lagi.

Angela menggeleng. "Gak tau. Tapi kalau gue tau, tuh orang bakal gue abisin!"

"Sekarang dengerin gue." Kinan mencoba menahan air mata yang sejak tadi sudah bersiap meluncur. "Riana ditemukan dalam keadaan gantung diri, tepatnya sudah tidak bernyawa."

"L-lo pasti bohongkan? Lo bercanda, iyakan? He, jawab! Riana gak mungkin gantung diri, ini ulang tahunnya!" teriak Angela dengan napas tersengal. Air matanya turun dengan sendirinya, membasahi wajahnya.

"Ki, jawab jujur ke gue. Riana-"

"Dengan Saudari Angela?"

Mereka berdua menoleh, dua orang pria dewasa berpakaian polisi menghampiri mereka.

Angela mengangguk lemah. "Ada apa ya, Pak?"

"Saudari Angela, Anda ditangkap dengan tuduhan pelaku pembunuhan Saudari Riani," ucap polisi yang langsung memborgol tangan Angela dan membawanya pergi. Angela yang terlalu bingung dengan semua ini hanya bisa diam dan mencerna, tidak menyadari tatapan semua orang yang menatapnya ngeri.

Apa yang sebenarnya terjadi, Riana?  Inikan ... Pesta ulang tahun lo.

MINE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang