Hari melesat cepat. 1 hari sebelum acara Putri Sekolah, semua peserta dari kelas dan jurusan berbeda dikumpulkan menjadi satu di aula besar sekolah untuk diberi penjelasan lebih rinci tentang acara besok.
"Seperti yang udah gue jelasin tadi. Acara dimulai pukul 8 pagi dan pembukaan akan diisi oleh ketua acara, Khai dari kelas IPS 2-1." Keisha selaku panitia berhenti bicara sejenak, menatap para peserta dengan berbagai raut wajah yang berbeda.
"Putri Sekolah akan berlangsung dua hari, hari ketiga sekaligus hari terakhir akan diadakan acara penutupan yang dimana semua siswa-siswi diwajibkan datang berpasangan dengan memakai dreescode yang ditentukan. Sampai sini ada pertanyaan?"
Semua siswi hanya diam, saling melempar pandangan, tidak ada yang terlihat ingin bertanya. Karena dirasa penjelasan sudah semua diberikan, para panitia mempersilakan untuk kembali.
Ailette melihat Liana yang tampak begitu terburu-buru, karena rasa penasaran ia mengikutinya. Gadis itu berlari menuju parkiran, terlihat dari kejauhan seorang siswa dengan motornya menunggu dengan setia.
Liana menepuk pundaknya, membuat laki-laki itu menoleh dan kini ia bisa melihat dengan jelas siapa orang yang menunggu Liana. Verron. Rupanya laki-laki itu menunggunya, padahal saat dirinya mengajak pulang bareng laki-laki itu selalu menolaknya dengan berbagai alasan.
Motor yang membawa pasangan sejoli itu berjalan meninggalkan area parkir, dan meninggalkannya sendiri dengan berbagai perasaaan tak menentu dan banyak pertanyaan dalam benaknya.
Ailette hanya bisa berdiam diri dengan tangan terkepal, menahan air mata yang bersiap turun dari pelupuk matanya.
༻༺ ༻༺ ༻༺
Setelah diadakan sebentar acara penyambutan, kini semua warga sekolah berbondong-bondong menuju aula besar, tempat perlombaan diadakan. Lomba pertama adalah alat musik, para peserta akan diberi pilihan alat musik dan bebas untuk memainkannya.
River Flows In You dengan piano sebagai alat musik, itu pilihan Liana. Karena tidak ingin kalah darinya, Ailette memilih untuk mengikutinya dan berniat untuk bermain lebih bagus darinya.
Ailette mengepalkan jemarinya, rasa iri begitu menyeruak dalam dadanya. Bagaimana tidak, permainan Liana begitu memukau. Melodi yang sederhana namun sangat indah. Melodi yang dihasilkan oleh piano dapat membuat hati yang gundah menjadi tenang.
Permainannya selesai dan disambut meriah oleh suara gemuruh tepuk tangan dari penonton, bahkan peserta lain yang ikut melihat juga bertepuk tangan.
"Bukankah dia murid baru 'itu'? Permainannya bagus sekali, gue gak yakin bisa menang dari dia," ujar salah satu peserta lain di sampingnya. Ailette sadar, banyak orang yang terlihat takjub dengan permainan Liana tadi dan itu membuatnya sangat kesal.
"Nama lo Liana? Permainan lo bagus banget," puji Keisha, salah satu panitia yang menghampiri Liana setibanya gadis di back stage.
Sementara gadis itu, Liana, tampak salah tingkah karena menerima pujian. "Terima kasih, tapi permainanku tidak sebagus itu."
"Astaga Liana! Permainan Liana itu bagus banget loh, bahkan Ailie terpesona melihatnya!" puji Ailette menghampirinya dengan menggebu-gebu.
"Gak, pasti permainan Ailette lebih bagus dari aku!" elak Liana.
Sebelum Ailette sempat membalas, namanya sudah dipanggil dan tiba saat dirinya untuk tampil.
"Semangat, Ailette!" seru Liana setengah berbisik. "Kamu pasti bisa."
Ailette membalas dengan senyuman.
Tentu bisa lebih darimu, Liana.
Begitu dirinya tiba di atas panggung, sorak sorai memanggil namanya memenuhi langit-langit aula. Ailette membalas dengan senyuman dan lambaian tangan. Ia mengambil tempat, bersiap memulai.
Gadis itu menutup matanya, mengambil napas dalam-dalam, kemudian
TING!
Semua penonton serta peserta lain tampak terkejut. Pasalnya, Ailette memulai dengan nada tinggi, tidak seperti yang seharusnya. Walau begitu, nada berikutnya sama seperti biasa. Hanya saja, dipermainannya yang terdengar sedikit lebih 'bertenaga' dibanding Liana sebelumnya.
Permainan selesai tanpa sadar. Semua penonton terdiam sejenak tampak terkejut kemudian bertepuk tangan dengan meriah, bahkan ada yang meneriaki namanya.
"Sudah kuduga, permainan Ailie lebih hebat dariku!" seru Liana menyambutnya.
Ailette tampak tersenyum bangga. "Terima kasih, Liana."
Setelah turun panggung, Ailette memilih untuk berdiam di pojokkan sembari menunggu lomba berikutnya. Sejak tadi, perasaan gundah menyelimuti dirinya. Perlahan, ia merasa tempatnya direbut oleh Liana. Perhatian, pujian, termasuk laki-laki yang disukainya pun terebut darinya. Tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi, gadis itu berusaha memutar otak untuk menyingkirkan Liana, perempuan yang merebut semua darinya.
Sebuah garis tipis berbentuk senyuman terukir di wajahnya, sebuah cara terlintas dalam benaknya. Hanya perlu menunggu waktu yang tepat untuk melakukannya, maka ia tidak perlu merasa khawatir.
༻༺ ༻༺ ༻༺
"Aku tidak menyangka akan semelelahkan ini," celetuk Liana bersender pada kursinya, botol airnya sudah tersisa setengah.
Waktu bergulir cepat, hari ini yang merupakan hari kedua sekaligus hari terakhir perlombaan telah selesai.
Ailette hanya tersenyum sebagai balasan. Gadis itu menegakkan punggungnya, menatap Ailette.
"Kamu terlihat tidak lelah, Ailette."
Kini Ailette tertawa kecil. "Karena Ailie merasa bersenang-senang, mungkin karena itu Ailie tidak merasa lelah," jawab Aliette meneguk air mineralnya.
"Besok kamu datang bareng siapa, Ailette?"
"Ada."
Liana tampak kebingungan dengan jawaban Ailette yang terdengar tidak masuk akal dengan pertanyaan yang ia lontarkan.
"Kapan kalian boleh pulang?" tanya Ansel yang tiba-tiba muncul bersama Verron.
"Sedikit-"
"Verron!" Aliette berlari kecil menghampiri laki-laki itu kemudian memasang senyuman khas dirinya. "Jadi pasangan Ailie untuk besok, mau ya?"
Tidak hanya Verron, hampir seluruh peserta termasik Ansel dan Liana terkejut dengan ungkapan Ailette yanh tiba-tiba.
"Tidak mau, ya?" tanya Ailette kembali mengulang ajakannya dengan wajah murung.
Laki-laki itu tampak bingung, ia melirik Liana yang menatapnya dengan raut wajah yang sulit diartikan.
"Tapi gue-"
"Pas tuh. Besok Ailette bareng Verron, biar Ansel sama aku," potong Liana cepat menyikut pelan Ansel yang langsung mengangguk. "Benar, gue sama Liana biar lo berdua."
Ailette senyuman berseri. "Bagaimana Verron? Liana sama Ansel, terus Verron sama Ailie."
Verron hanya membuang napas pelan kemudian mengangguk. Melihat amggukan kepala laki-laki itu, sontak membuat Ailette bersorak senang.
Kini rencana pertamanya berhasil, ia hanya perlu menunggu sisanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
Mystère / Thriller"Semua perhatian hanya akan tertuju padaku!" Ailette Kathleen. Siapa yang tidak mengenalnya. Siswi yang berhasil menarik perhatian warga sekolah karena kepintaran serta perilaku dan sikapnya yang ramah dan manis kepada siapa pun. Tidak ada yang meny...