"Bangsat! Sini lo!" Teriak seorang pria, yang kini tengah mengejar seorang pemuda lain berkulit tan yang berlari menghindarinya.
"Sorry, gue sengaja!" Pekik si pemuda berkulit tan, yang berlari menghindari pria berkulit putih itu yang mengejar sambil menggenggam tepung.
Mereka terus mengejar dan menghindari, sampai seluruh lantai ruangan yang mereka pijak, tercecer banyak tepung.
Tak hanya itu, pemuda lain yang lebih mungil daripada mereka juga terkena imbasnya. Lihatlah sekarang, wajah dan rambutnya putih semua, akibat salah lemparan sang kakak.
"Heh, anying! Bisa nggak sih, kalian berdua kalo ketemu nggak usah berantem? Sehari aja!" Teriak frustasi si pemuda mungil itu.
Teriakan itu membuat keduanya berhenti, lalu menatap si pemuda mungil. Mereka hanya diam, mendengarkan omelan dari si pemuda mungil.
"Liat noh, gara-gara kalian, tepung ada di mana-mana!" Ujarnya sambil menunjuk ruangan yang cukup berantakan.
Dua laki-laki tadi hanya diam, namun mereka malah menyenggol satu sama lain, dan berbisik saling menyalahkan.
Vanka yang melihat itu pun berkacak pinggang, "Bang Pondy! Gaven! Kalian dengerin gue nggak sih?!"
Pondy dan Gaven serentak terdiam, tak berkutik, "iya, kami denger," ujar mereka serempak.
"Sekarang bersihin semuanya! Gue mau mandi lagi. Kalo gue turun belum bersih juga, awas lo berdua!" Ancam Vanka, yang berjalan di anak tangga.
"Ya nyai!"
Brak
Klontang ... Klontang ...
Vanka melempar baskom yang sedari tadi di pegangnya.
Pondy dan Gaven yang tadi berselisih lagi menoleh ke arah tangga, dan mendapati Vanka masih berada di sana, sambil berkacak pinggang dan melotot ke arah mereka.
Mereka tersentak, kemudian mulai membersihkan kekacauan yang mereka berdua perbuat.
Melihat itu, Vanka pun melanjutkan langkahnya untuk mandi.
Gaven, si pemuda berkulit tan, menyapu tepung yang tercecer di lantai. Sedangkan Pondy, sang pria berkulit putih, mengelap meja.
Beberapa saat kemudian, mereka selesai. Tak lama, Vanka pun turun sambil menggosok rambutnya yang basah dengan handuk kecil.
Vanka mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, kemudian tersenyum senang, "Nah... kalo gini kan enak di lihat,"
"Yaudah, kita berdua pergi!" Ujar Gaven yang di angguki Pondy.
"Mau kemana?"
Gaven yang hampir membuka pintu tersentak, "mau ketemu sama Naka dkk!" Gaven tersenyum aneh, lalu cepat-cepat keluar.
"Mau ketemu klien Van, eh- iya halo, iya iya saya segera ke sana,"
Vanka hanya mengendikkan bahunya, lalu berjalan ke dapur. Alangkah terkejutnya ia saat melihat meja makan yang masih sangat berantakan, bahkan lebih parah dari sebelumnya.
Pasti mereka berantem lagi! Batinnya geram.
"BANG PONDY! GAVEN!" Teriaknya menggelegar, hingga terdengar oleh Pondy dan Gaven yang masih belum jauh dari pekarangan rumah.
"Lari bang! Lari!"
✧✧✧✧✧
210523
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Bastard!
FanfictionMusuhan sama temen? Udah biasa. Gimana kalau musuhan, sama abangnya temen? Yah, udah biasa juga sih. Ini terjadi sama Gaven dan bang Pondy. Gaven yang kesabarannya, seolah tisu di bagi 10, dan bang Pondy dengan kesabaran, yang lumayan tinggi dari Ga...