"ada keributan apa ini?"
Tanya sebuah suara bariton mengagetkan semua orang yang ada di dalam kamar tersebut.
"m-maaf jika kami membuat kebisingan tuan Duke" jawab Hannah dengan terbata.
Wajah Hannah dan Sella sudah pucat pasi mendapat tatapan datar dari Duke Edwin yang tiba-tiba saja memasuki ruangan.
"apa yang kalian ributkan?" tanya Duke Edwin dengan nada datar andalanya.
"k-kami hanya m-mengagumi paras mereka tuan" jawab Sella memberanikan diri, sembari menunjuk ke arah si kembar yang duduk anteng di atas ranjang dengan tatapan polos ke arah mereka.
Ketika Duke Edwin mengalihkan atensi kepada dua kembaran itu, seketika ia terdiam di tempat dengan tatapan rumit. Walaupun ekspresinya datar tetapi batinnya menggeram menahan gemas.
Bagaimana tidak gemas jika kedua anak itu menatapnya dengan mata bulat yang jernih dengan kilatan lugu di dalamnya, ditambah dengan wajah mereka yang terlihat lumayan tampan dan di dominasi dengan keimutan, suatu perpaduan yang tidak pernah Duke Edwin sendiri lihat selama 30 tahun ia hidup di dunia ini.
Walaupun pipi kedua kembaran itu terlihat lumayan cekung dengan tubuh yang kurus milik mereka, tak di pungkiri aura menggemaskan mereka tetaplah terlihat.
Duke Edwin masih setia dengan keterdiamannya, ia mulai mendekati si kembar perlahan lalu mendudukkan dirinya di sebuah kursi yang berada di samping ranjang, tepat di depan si kembar yang masih menatapnya dengan penasaran.
"kalian pergilah" ucap Duke Edwin dengan masih menatap kedua anak di depanya.
Hannah dan Sella yang mendengar perintah itu pun membungkuk hormat lalu segera keluar dari kamar itu.
"siapa nama kalian?" tanya Duke Edwin setelah mendengar suara pintu yang tertutup.
Kedua anak kembar itu saling menatap satu sama lain, nampaknya mereka masih ragu-ragu untuk berbicara dengan sang Duke tiran.
"n-namaku Daniel dan ini adikku Darien" jawab Daniel pelan sembari memperkenalkan diri.
"usia?" ucap Duke Edwin.
"7 tahun" jawab Darien.
"7 tahun? apa kalian yakin? bahkan saat usia ku 5 tahun, tubuhku lebih besar dari kalian" ucap Duke Edwin dengan lugas.
Dan yaah...ini adalah rekor kata-kata terpanjang yang ia ucapkan hari ini.
"eum, benarkah?" tanya Darien sambil menatap mata Duke Edwin dengan mata bulatnya.
"ugh, ada apa dengan jantungku?" batin Duke Edwin.
"hm, bahkan baju yang kalian kenakan saja terlihat kebesaran" jawab Duke Edwin ketika melihat pakaian yang kebesaran di tubuh keduanya.
"kami masih dalam masa pertumbuhan kok! kalau sudah besar, pasti kami akan lebih besar dari tuan Duke! " seru semangat Daniel dan di angguki antusias oleh Darien.
Duke Edwin terkekeh pelan mendengar respon dari kedua anak di depanya, lalu tanpa sadar tangan besarnya mengelus lembut kepala mereka berdua.
"baiklah, ku tunggu saat itu tiba" jawab Duke Edwin.
"aku akan pergi, kalian tetap disini dan jangan kemana-mana" tambah Duke Edwin, lalu beranjak meninggalkan kamar itu.
Sepeninggalnya Duke Edwin, kedua kembaran itu masih termenung di tempatnya, dengan tangan mereka menyentuh bagian yang baru saja di usap oleh Duke Edwin.
"hangat" batin mereka bersamaan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, ini adalah elusan tulus pertama yang mereka rasakan. aah...di kehidupan sebelumnya terakhir kali, orang yang mengelus kepala mereka adalah nenek tua yang tinggal di sebelah mansion, tapi sayangnya tak lama setelah itu beliau sudah meninggal sebelum si kembar beranjak dewasa.
"Rien" panggil Daniel pelan sambil menggenggam tangan mungil Darien.
"aku tidak tahu apakah kehadiran kita di dunia ini adalah hal baik atau buruk, tapi sejauh ini orang yang memiliki aura tulus mirip seperti nenek hanyalah Duke Edwin" ucap Daniel seraya menundukkan kepalanya, ia berusaha menghalau kristal bening yang akan keluar dari kedua bola matanya.
Darien tahu kakaknya sangat menyayangi nenek itu, walaupun kebersamaan mereka sangatlah singkat. Tapi orang yang mereka sebut sebagai "nenek" itu adalah orang terhangat dan tertulus yang pernah mereka temui, dan mereka tidak akan pernah bisa melupakan sosok itu dalam hidup mereka.
"aku merindukanya Rien..." lirih Daniel dengan kristal bening yang mulai jatuh ke pangkuanya.
"kakak...hiks...jangan seperti ini hiks, Rien juga merindukanya" ucap Darien sembari memeluk kakaknya erat.
Siang ini kedua anak itu menangis, karena mengenang sosok hangat yang pernah memberikan sesuatu yang sangat berharga pada mereka, hingga mereka tertidur pun isakan kecil masih terdengar.
Keduanya tertidur damai sambil saling memeluk, tanpa mereka sadari ada sosok bergaun putih menghampiri mereka dengan senyuman hangat terpantri di wajahnya yang bercahaya. Sosok itu mendekati si kembar, lalu mengelus satu persatu surai keduanya. Sebelum pergi, sosok itu mencium kening kedua anak itu, lalu menghilang bersama hembusan angin lembut yang melewati jendela.
'semoga kalian selalu bahagia'
'Daniel, Darien'
Doble up
KAMU SEDANG MEMBACA
Became Duke Twins
FantasyBercerita tentang kehidupan dua anak kembar yang memiliki keluarga jauh dari kata harmonis. Tiba-tiba bertransmigrasi kedalam sebuah novel dan menjadi anak dari seorang duke tyran berdarah dingin dan kejam. Bukan hanya itu saja, fakta bahwa mereka...