34. ( `o')_θ☆

3.5K 533 32
                                    

Happy Reading
Typo tandai ya
.
.
.
.

Hawa dingin yang kentara saat ini menguar dari ruang tamu, lebih tepatnya hawa tidak menyenangkan ini keluar dari tubuh seorang pria tampan nan gagah dengan wajah datar andalannya.

Namun kali ini pria tampan yang sering di sapa Tuan Duke atau Duke Edwin ini memiliki aura yang lebih dingin dari biasanya. Hal ini membuat semua orang yang berada di ruangan menjadi tegang dengan bulir-bulir keringat membanjiri punggung mereka.

Terkecuali dua orang, siapa lagi jika bukan si kembar Daniel dan Darien. Mereka saat ini malah mengikuti gaya sang Duke dengan menatap lekat pada orang-orang yang duduk sembari menunduk di depan mereka.

Mata bulat mereka menatap dengan permusuhan ketiga orang itu, dengan kedua alis yang saling menukik tajam. Tetapi bukannya menyeramkan, jatuhnya malah membuat orang-orang ingin tertawa.

Apalagi di dukung dengan sudut-sudut bibir mereka yang belepotan krim dari kue awan yang baru saja mereka makan. Bagaimana bisa tampilan seperti ini dapat membuat orang takut?

Ben sendiri yang berdiri di samping sofa kebesaran Duke Edwin, hanya bisa mengginggit pipi dalamnya untuk menahan diri agar tidak mencubit pipi si kembar. Pria tampan itu tidak ingin merusak suasana yang diciptakan sang Duke.

Mari kita tinggalkan mereka dengan tingkah ajaibnya.

"apakah menyenangkan tinggal disini?" tanya Duke Edwin dengan suara dingin.

Ketiga kepala yang tengah menunduk itu terperanjat ketika mendengar suara bariton pria di depan mereka. Mereka bahkan tak sanggup untuk sekedar mengangkat kepala barang sedikit pun. Mulut mereka terkunci rapat dan punggung mereka terasa dingin karena merasa was-was.

Keheningan terjadi selama beberapa saat. Tak ada jawaban dari ketiga manusia itu. Hal ini membuat Duke Edwin menjadi semakin kesal.

"apa kalian tidak mempunyai mulut untuk berbicara?" tanya Duke Edwin lagi dengan menekan perkataannya.

"maafkan kami tuan Duke!" ucap mereka serempak.

"haah...."

Duke Edwin menghela nafas jengah dengan tingkah bertele-tele ketiga orang yang bisa dikatakan sebagai penyusup karena masuk kerumah orang lain tanpa meminta izin sama sekali.

"Ben, bagaimana menurutmu?" tanya Duke Edwin pada Ben yang sentiasa berdiri di sampingnya.

"menjawab Tuan Duke, apapun yang ingin anda lakukan, lakukan saja"  jawab Ben sekenanya.

Pria bermarga Barrack itu memang sudah sangat lama tidak menyukai ketiga serangkai yang telah mengganggu hidupnya selama bertahun-tahun itu. Jika bertemu dengan mereka, sudah dipastikan tidak akan ada kejadian baik yang terjadi.

Duke Edwin menyeringai mendengar jawaban dari tangan kanan sekaligus sahabatnya itu. Sebenarnya ia hanya berbasa-basi menanyakan hal itu kepada Ben, tetapi karena Ben sendiri sudah mengatakannya, ia tidak akan segan-segan lagi.

"ap-apa maksud perkataanmu itu Ben?" tanya gugup Joseph. Ia merasakan firasat buruk dari perkataan Ben tadi.

"apalagi memangnya. Kalian sudah berbuat semena-mena di rumah orang lain, apalagi yang akan terjadi selanjutnya jika bukan. konsekuensi" jawab enteng Ben sembari mengedikkan bahunya acuh, ia juga menekankan pada kalimat terakhirnya.

Became Duke TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang