kimetsu no yaiba - 4

374 35 5
                                    

Author POV

Setelah beberapa lama mereka berjalan, terlihat ada rumah kecil di pegunungan. Terlihat ada pria tua yang memiliki rambut warna putih karena usianya dengan memakai topeng tengu (kalau nggak salah) berwarna merah dan memakai haori biru dan gambar awan sedang membawa tumpukan kayu.

Sabito dan Giyuu yang melihat dia segera berteriak. "Sensei!! Kami pulang!!" Sambil melambaikan tangan mereka kepadanya.

Kakek-kakek yang melihat kedatangan mereka berdua yang baik-baik saja menjatuhkan tumpukan kayu miliknya dan segera menuju Kearah mereka.

Sabito dan Giyuu menuju kearah guru mereka tersebut, tapi yang mereka pikirkan sekarang cukup berbeda ketika melihat kelakuan guru mereka yang memeluknya kedua muridnya sembari menangis dibalik topengnya.

"Syukurlah kalian berdua tidak apa-apa." Ucap Urokodaki ke mereka yang sedang dipeluk olehnya, mereka yang merasakan pelukan hangat dari gurunya pun ikut memeluknya.

Shiro yang melihat itu hanya menjauh sambil tersenyum, tidak ingin menganggu waktu reunian mereka.

Didalam rumah Urokodaki.

Sekarang mereka semua berada didalam rumah milik Urokodaki sambil menceritakan kepadanya apa yang terjadi saat di seleksi akhir beberapa hari yang lalu.

Mereka juga menceritakan tentang pengalaman mereka sambil menunggu seorang gadis yang sedang menyajikan teh untuk mereka.

Urokodaki terkejut saat mendengar cerita dari dua muridnya tersebut saat di seleksi akhir, tentu dia berterima kasih pada Shiro kerena menyelamatkan muridnya.

Urokodaki terkejut saat mendengar cerita dari kedua muridnya tersebut, sontak saja dia berterimakasih kepada Shiro karena sudah menyelamatkan muridnya.

Shiro terkejut melihat Urokodaki membungkukkan badannya, segera ia menerima terimakasihnya lalu buru-buru memintanya untuk tidak membungkukkan badan.

Lalu datang seorang gadis yang membawa nampan berisi teh untuk mereka semua, lalu duduk disebelah Urokodaki dengan tenang tanpa beban.

Gadis tersebut berumur 13 tahun yang memakai yukata (kalau nggak salah) dan memiliki pola bunga berwarna putih merah muda disetiap polanya, memiliki mata berwarna hijau gelap dan memiliki senyum yang menawan.

"Terimakasih Makomo" ucap Sabito dan Giyuu ke gadis tersebut yang ternyata bernama Makomo.

"Penampilan Makomo jauh lebih cantik daripada dia animenya ya" pikir Shiro melihat penampilan Makomo.

"Ah! Terimakasih untuk tehnya" ucap Shiro sedikit membungkukkan badannya. Makomo yang melihat itu hanya menganggukkan kepalanya saja.

Sebelum mereka menuju ke sini Sabito sempat bercerita ke Shiro kalau dirinya dan Makomo yang diadopsi oleh Urokodaki ketika mereka masih kecil hingga saat ini.

Tentu Shiro hanya pura-pura terkejut, kerena dirinya sudah mengetahuinya dari anime yang dia tonton sebelum dia berpindah ke dalam game lalu berpindah lagi ke sini.

Sekarang, Urokodaki yang sedang melihat dan mengobservasi Shiro, dia menganggukkan kepalanya ketika dia melihat Shiro berbakat dalam seni berpedang.

"Hm... Kerja bagus, untuk gadis muda sepertimu sudah menguasai pencapaian yang cukup tinggi hingga ketahap dimana orang dewasa belum mencapainya." Sahut Urokodaki ke Shiro, memujinya tentang teknik berpedangnya.

"Ah.. Kau terlalu baik kek, tapi terimakasih dengan pujiannya" ucap Shiro dengan tertawa kering.

"Aku bisa sekuat ini gara-gara aku latihan di dimensiku dan sedikit menggunakan skill ku" batin Shiro mengingat skill space-time miliknya.

"Dan semoga aku tidak merepotkan kalian semua saat aku berada disini" lanjut Shiro.

"Tidak apa-apa, kau bisa tinggal disini selama yang kau mau, Makomo, bisakah kau antar nak Shiro ke kamarnya yang kosong" ucap Urokodaki melambai tangannya saja, lalu meminta Makomo untuk mengantarkan shiro kekamar yang kosong.

"Baiklah sensei" jawab Makomo sambil menganggukkan kepalanya lalu berjalan menuju kekamar yang kosong pada Shiro, Shiro yang melihat itu meminta izin ke kamarnya pada mereka lalu mengikuti Makomo.

Sabito, Giyuu dan Urokodaki yang melihat itu hanya menganggukkan kepalanya saja lalu melanjutkan pembicaraan mereka.

Di Kamarnya.

Sekarang Shiro sudah berganti baju miliknya dengan baju lainnya yang dia buat sendiri dan pakaian sebelumnya sudah ia cuci dan sudah dikeringkan.

Untungnya dia sudah terbiasa melihat dirinya telanjang, kerena... oi! Sudah 1 tahun pakai tubuh perempuan massa nggak terbiasa sama tubuh sendiri.

Shiro saat ini sedang berbaring sedang mencoba untuk tidur, tapi karena dia tidak bisa tidur, dia pun bangun dari tempat dia tidur.

"Mungkin sedikit melatih diri Tidak apa-apa"

Memasang sesuatu disana pakai skill space-time miliknya, agar dia mengetahui orang yang akan masuk kekamarnya.

Setelah itu dia sedikit bergumam "my world" dan langsung berteleport ke dimensi miliknya, penampakan dalam dimensinya masih sama seperti terakhir kali dia kesana.

Shiro mengubah tempat itu menjadi hutan, lalu dia menciptakan katana, dia juga menciptakan mahkluk untuk latihannya.

"Baiklah mari kita latihan"

Shiro POV

Mahkluk itu langsung membuat tubuhnya bermutasi dan memunculkan banyak tentakel dan tangannya yang berubah menjadi tajam dan besar lalu menyerang aku.

"Pernapasan bulan bentuk kedua:bunga mutiara cahaya bulan"

Aku membuat tebasan pedang Yanga melindungi diriku dari serangannya, saat dia mendekati ku, tangannya langsung terpotong membuat dia menjauh dariku.

Aku berlari mendekatinya dengan kecepatan diatas manusia normal.

"teknik Pernafasan bulan bentuk ketiga:rantai keputusasaan bulan kematian"

Mengeluarkan tebasan pedang bulan sabit yang membentuk rantai kearahnya, dia yang melihat itu membuat serangan yang menghancurkan tebasan milikku juga menghancurkan hutan disekitarnya.

Dia menyerang diriku dengan 8 tentakel yang keluar dari punggungnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Aku menghindarinya sembari menebas berapa tentakel.

"Teknik pernafasan bulan bentuk kesebelas:pelangi bulan sabit"

Aku mengeluarkan rangkaian tebasan bulan sabit yang menyerang secara vertikal yang sangat banyak sampai membuat tanah dibawahku retak.

Dia yang melihat seranganku mencoba untuk menghindari sembari mencoba untuk menyerang namun aku langsung mengeluarkan teknik pernafasan buatan ku sendiri.

"Teknik pernafasan bulan bentuk keduabelas: tarian Dewi bulan"

Aku bergerak dengan sangat cepat kearahnya sembari memunculkan rentetan bilah bulan sabit kearah, lalu dengan sekali tebasan ditubuhnya mahkluk tersebut langsung menghilang seketika.

"Hm... Teknik ini masih belum sempurna, aku harus lebih banyak latihan lagi."

Hah... Kapan sih dimensional travelku bisa digunakan lagi.

Aku melanjutkan latihanku seperti tadi menciptakan mahkluk lalu mengalahkannya, menciptakannya mahkluk lalu mengalahkannya dan terus seperti itu hingga aku merasakan ada yang mau ke kamarku.

Aku dengan cepat menyelesaikan latihannya dan meneleport diriku ke dalam kamarku, dan tidur.

Chapter end

A/N: aku benci sekolah...

Anime TravelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang