Bab 2: Maison Factoria

5.2K 32 0
                                    

Delvin memarkirkan mobilnya di halaman bar yang sudah jelas ramai pengunjung. Ia mengecek pintunya sebelum masuk ke dalam bar, tak di sangka jika Gerry sudah berada di dalam sana lebih dulu.

Delvin menyimpan ponselnya dan memasuki bar. Terdengar sangat berisik karena keadaan bar yang lebih ramai dan biasanya. Ada beberapa anak muda yang merayakan ulang tahun di sana, sehingga bar terlihat lebih penuh dari biasanya.

Tak sengaja seorang wanita dengan pakaian yang sangat terbuka menabraknya, "ck," ucap Delvin.

"Oh, sorry sirr....." lirih wanita itu kemudian menatap siapa yang ia tabrak, "you? Mr. Delvin right?" Tanyanya.

"Kamu ngapain ada di sini?" Tanya Delvin melihat Tasha dengan kondisi setengah mabuk.

"Teman ku, mengadakan pesta ulang tahun, dan aku salah satu temannya."

"Ah, jangan minum terlalu banyak," ucapnya kemudian pergi meninggalkan Delvin.

"Sial, kenapa aku tidak menahannya lebih lama,"batin Tasha sambil tersenyum kecil. Itu adalah obrolan yang santai untuk pertama kalinya.

"Woiii, Tasha! Ayo sini," panggil teman pria nya menyuruh Tasha untuk naik ke atas, Tasha dengan senang hati menerima ajakannya - Gnyno, itu adalah teman Tasha saat bersekolah di sekolah lama.

"Wooooooohhhhh!!!!!" Teriak semuanya.

Delvin akhirnya menemukan keberadaan Gerry, "tumben ya hari ini rame banget," ucap Gerry.

"Hmm," jawab Delvin kemudian duduk tepat di depan Gerry.

"Mereka mengingatkan ku pada saat remaja dulu." Gumam Gerry.

"Tapi anak remaja sekarang jauh lebih nakal dari kita dulu Gerrr," sahut Delvin.

Gerry mengangguk. "Hei apa kau sudah tau tentang murid baru di kelas ku? Ah kau pasti sudah bertemu dengannya bukan? Kau memiliki jadwal mengajar di sana hari ini."

"Hmm ya, ada apa dengannya?"

"Tidak, dia hanya terlihat seperti anak bodoh, tapi ternyata aku salah, saat kelas bahasa prancis tadi, dia membuat percakapan yang cukup panjang hingga kelas berakhir, aksen juga sangat tepat."

"Oh, mungkin dia banyak berlatih bahasa asing."

"Mungkin saja, tapi pakaiannya sangat minim, ia terlihat sangat menggairah dengan buah dadanya yang cukup besar."

"Hei, kau sangat cabul!" Ucap Delvin.

"Itu normal bro."

"Ya tapi dia anak didik mu."

"Ck, ku dengar kedua orang tuanya adalah orang yang cukup penting."

"Ya baguslah, dia memiliki orang tua yang layak."

---

Jam menunjukkan pukul satu pagi. Gerry sudah pergi entah kemana dengan wanita yang tersedia di bar itu. Sedangkan pesta perayaan ulang tahun masih berlangsung hingga kini.

Delvin memutuskan untuk pulang, sebab esok ia masih harus kembali bekerja. Ia meneguk gelas terakhir bir-nya dan berjalan keluar bar. Tak disangka ia bertemu dengan Tasha yang sedang merokok di luar.

Keduanya hanya bisa beradu pandangan Delvin menelan ludahnya saat melihat pakaian Tasha yang sudah tak terkondisikan. Dengan sisa kesadarannya, Delvin  berjalan memasuki mobil dan menghiraukan Tasha.

Bruk!!!

"Shit!" Umpat Delvin sambil memukul stir mobilnya.

Delvin menarik rambutnya frustasi, kenapa rasanya saat melihat Tasha dirinya seperti tersengat listrik bertekanan rendah. Seluruh tubuhnya tiba-tiba saja terbangun dalam sekejap Biasanya jika Delvin menata wanita yang ada di bar, tidak pernah mengeluarkan reaksi secepat itu. Kini berbeda. Ya ini Tasha, bukan wanita-wanita yang ada di bar.

Tokkk... Tokkkk...!

Jendela mobilnya diketuk oleh Tasha. Delvin menghela nafas dan membuka jendelanya, "apa?"

"Boleh izinkan aku masuk?" Ucap Tasha.

"Untuk apa?"

"Cepat bukankan saja pintunya."

Delvin membuka pintunya, membiarkan Tasha duduk di kursi depan, Tasha menutup pintunya juga jendela yang kembali Delvin tutup.

"Pakaian mu sangat minim."

"Ck, ini di luar sekolah, jangan beri aku aturan," pinta Tasha.

"Oke sekarang apa?? Kenapa kau meminta masuk?"

Tasha menoleh ke arah Delvin dengan tatapan yang sangat sexy. Perlahan jari jemari Tasha berada di atas paha Delvin, satu tangannya mengelus wajah Delvin yang sangat tampan malam ini.

"Uhhh, kau sangat tampan Mr. Delvin." Bisiknya dengan sangat sexy, tak disangka ia memberi jilatan kecil pada telinga Delvin.

"Tasha apa yang kamu lakukan."

"Sssstttt, kau itu pria dewasa, aku tau bagaimana caranya membuat mu seneng Mr. Delvin."

"Tasha!" Bentak Delvin, kemudian menjauhkan tangan Tasha dari semua bagian tubuhnya.

"Ck, ayo selesaikan terlebih dahulu, lihat! Junior mu bahkan terlihat senang." Ucap Tasha membuat emosi Delvin semakin meluap.

"Keluar."

"Ck, ayolah Tasha hanya bermain sebentar," ucapnya sembari kembali menggoda Delvin.

"Tasha keluar!" Teriak Delvin.

"Ck, dasar pria dewasa yang kasar!" Umpatnya kemudian keluar dari mobil Delvin.

"Arghhhh shit, sekarang bagaimana dengan ini?" Bingung Delvin sambil menatap ke arah juniornya yang sudah siap untuk bermain.

"Tasha bener benar gila" ucap Delvin mengambil tisu dan pelumas yang ada di mobilnya. Dengan cepat ia menyelesaikan masalah yang Tasha buat.

Entah apa yang ada di pikiran Tasha hingga ia berani melakukan itu dengan Delvin. Dan bagaimana bisa Tasha selihai itu. Delvin benar-benar heran, Tasha memang salah pergaulan sepertinya, itu mengapa Tasha menjadi se-brutal itu.

Selesai Delvin dengan urusannya. Ia dengan cepat melajukan mobilnya untuk kembali ke rumahnya. Delvin memang tinggal seorang diri. Ia memilih untuk tinggal mandiri tanpa orang tuanya, sejak dirinya berusia 24 tahun. Kini ia sudah berusia 28 tahun, sudah 4 tahun ia tinggal seorang diri, hanya di temani oleh kesibukannya sebagai guru dan pemilik cafe yang berada di pusat kota.

Delvin sampai di rumah, ia langsung membersihkan dirinya dibawah guyuran air yang dingin. Kemudian ia memilih untuk langsung tertidur karena 3 jam kemudian ia sudah harus bangun dan bekerja seperti biasa.

Perlu di ketahui jika Delvin melakukan semua pekerjaan rumahnya seorang diri. Ia benar-benar tidak menggunakan jasa untuk bersih-bersih rumah sekalipun, untuk sarapan saja ia akan membuatnya sendiri. Begitupun dengan pakaian kotor dan hal lainnya.

[Bersambung]

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang