Bab 38: Cooking class

461 4 0
                                    

"Mom, bagaimana aku harus mengirisnya?" Tanya Tasha dengan sangat repot-nya, tangan kanannya memegang pisau, dan tangan kirinya memegang tomat.

Mommy menggeleng pelan, "di potong kotak Tasha," ucapnya.

"Belah menjadi dua lebih dulu, baru di potong menjadi lebih kecil lagi setiap bagiannya."

Tasha memotongnya sesuai dengan instruksi, "mommmmm, kenapa menjadi hancur seperti ini," ucapnya.

Mommy tertawa karena potongan tomat yang tak beraturan karena seluruh isinya yang berantakan, "sudah kamu mending masukin bumbu aja ke dalam sup nya," suruh mommy.

Tasha berdiri di hadapan panci dengan sayuran yang sudah matang namun belum di beri bumbu apapun.

"Mom, apa yang harus ku masukkan?" Tanyanya dengan bingung menatap semua bumbu dapur yang entah apa saja itu.

"Masukkan micin, sedikit," suruhnya.

Tasha dengan percaya diri memasukkannya, di lanjutkan dengan bahan bahan lainnya. "Selesai," ucapnya lalu bersiap untuk membantu mommy membuat brownies.

"Apa yang bisa ku bantu mom?" Tanya Tasha melihat mommy yang sedang membereskan meja, menggantinya dengan bahan bahan untuk membuat brownies.

"Kau duduk saja dulu Tasha, apa kau tidak lelah?" Ucap mommy.

"Tidak, aku sudah terbiasa dengan perut ku yang sudah membesar ini."

Betul. Kehamilannya sudah memasuki bulan ke empat, dua minggu lagi akan memasuki bulan ke lima, itu mengapa rasanya lebih lelah karena merasa kesulitan dalam mengatur nafas. Namun kehamilannya yang sudah membesar membuatnya semakin bosan karena harus berdiam diri saja di rumah. Hanya ketika hari libur ia bisa keluar karena Delvin akan mengajaknya untuk berjalan jalan.

Dari pada mati kebosanan lebih baik Tasha pergi ke rumah mommy nya untuk belajar memasak. Ia harus bisa masak, agar bisa melayani Delvin dengan baik. Lagi pun sejak awal, Delvin yang selalu memasak, karena ia sangat pandai memasak, hampir semua masakannya sangat enak, Tasha menyukainya.

"Makanan apa yang Delvin suka Tash?" Tanya mommy sambil mengaduk-aduk sayur yang masih ada di atas kompor, ia hendak mencicipi.

"Entah, Delvin selalu memasak makanan yang berbeda, ku rasa dia bisa makan apa saja," ucapnya sambil melihat ekspresi mommy yang aneh saat sedang mencicipi sayurnya.

"Walaupun dia bisa makan apa saja, tapi ku rasa dia akan terkejut ketika mencoba sayur pertama buatan mu," ucap mommy.

"Bukankah itu enak?" Tanya Tasha mendekat ke arah mommy namun di larang untuk mencoba, "bawakan saja untuk Delvin, tidak perlu kau coba."

Tasha mengangguk. Dering ponsel Tasha berdering, panggilan masuk dari Delvin. Tasha pergi ke taman belakang untuk mengangkat telponnya.

"Apa kau merindukan ku sayang?" Tanya Tasha langsung saat ia mengangkat telponnya.

Terdengar dari sana Delvin terkekeh.

"Sejak kapan kau percaya diri Tasha?"

"Sejak dulu jika kau lupa."

"Aahahhha benar, apa yang kau lakukan hari ini bersama dengan mommy?"

"Aku memasak, dan membuat kue, kau harus mencobanya nanti."

"Iya baiklah, aku akan mencobanya, jam berapa aku harus menjemput mu?"

"Entahlah, aku akan menghubungi mu nanti, jam berapa kau akan pulang dari sekolah?"

"Aku ingin secepatnya pulang dan bertemu dengan mu Tasha."

"Kalau begitu pulang lah lebih awal."

"Hmmm.. aku akan secepatnya menyelesaikan kerjaan ku. Kabari aku jika akan pulang."

"Baiklah."

"Love you..."

"Love you too."

Panggilan tertutup. Tasha kembali masuk melewati pintu dapur. Ia terkejut melihat seorang pria asing yang sedang berbincang dengan mommynya. Mommy yang menyadari kehadiran Tasha langsung menghampirinya.

Sial, Tasha baru teringat jika itu adalah pria yang ia lihat beberapa bulan lalu. Pria asing yang bercinta dengan mommy nya saat itu. "Tasha kenalkan, dia Ferry, dia adalah teman dekat mommy saat sekolah dulu.."

Tasha hanya mengangguk pelan dan berlalu ke dapur, sedangkan mommy menyuruh Ferry untuk menjauh dari Tasha. Mereka kembali melanjutkan kegiatan mereka, membuat brownies.

Tasha memecahkan telur, sedangkan mommy yang bagian mengaduknya. Mata Tasha tertuju pada Ferry yang bermain laptop di sana. "Dia baik Tash, kau harus mencoba berbicara dengannya," ucap mommy melihat Tasha yang selalu melirik ke arah Ferry.

"Mommy menyukai-nya?" Tanya Tasha.

Mommy tertawa sangat lepas, "apa yang kau pikirkan Tasha? Dia hanya teman dekat mommy."

"Ck, tapi kalian waktu itu bercinta," lirihnya.

"Itu sudah berlalu Tasha, saat itu mommy benar-benar kacau, itu juga tejadi karena mommy, dia sudah menahan dirinya dengan baik," jelasnya.

Sial, Tasha teringat Delvin yang melakukan hal yang sama juga padanya dulu.

"Kalau begitu, jangan sampai ada adik untuk ku mom.." Pintanya.

Mommy kembali tertawa lagi, "kau berkata apa Tash, itu tidak akan terjadi," ucapnya.

"Aku sudah cukup benci dengan anak dari wanita itu, jika memang om Ferry bisa membuat mommy jauh lebih baik, aku tidak keberatan," katanya.

Mommy terkejut, "benarkah?"

Tasha mengangguk. Mommy langsung membawa Ferry bergabung dalam kegiatan masak mereka. "Ferr, kau harus mencicipi masakan Tasha," ucap mommy menyodorkan sendok ke arah Ferry.

"Mommm!" Ucapnya malu karena mommy meledek masakannya.

Benar saja saat Ferry mencicipinya, raut wajahnya langsung berubah, "tidak buruk, tapi lebih baik kau sering sering kesini untuk memasak bersama."

"Aahahahhhhha!" Tawa mommy dengan lepas.

"Ck, kalian sangat kompak, akan ku beritahu pada Delvin, dia pasti akan membela ku," ucapnya. Mommy tertawa bersama dengan Ferry, sanga lucu melihat Tasha yang kesal karena terus di jahili.

Hari sudah semakin sore, Tasha memutuskan untuk pulang dengan membawa masakannya. Ia mengabari Delvin untuk tidak usah menjemputnya, karena mommy memaksa agar Ferry yang menghantarkannya saja.

"Saya tau jika kamu masih berat hati," ucap Ferry sambil fokus menyetir.

"Saya hanya merasa jika semuanya..." kata Tasha sulit untuk melanjutkan kalimatnya.

Mereka sampai di halaman rumah. "Mommy sangat senang karena kamu berkunjung ke rumahnya, berkunjunglah sesering mungkin," kata Ferry sebelum Tasha keluar dari mobil.

Tasha menghela nafas, "usahakan untuk tidak memberiku adik, aku mempercayai mu om Ferry," ucap Tasha kemudian keluar dari mobil.

Kaca mobil terbuka, "akan ku usahakan Tasha," teriak Ferry dari dalam mobil.

[Bersambung]

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang