Bab 17: New friend

1.2K 11 0
                                    

Tasha dengan tenang membaca buku di salah satu meja yang tersedia di perpustakaan sekolah. Ia sendiri, di sudut ruangan yang menjadi tempat ternyaman untuk belajar baginya. Seseorang tiba-tiba saja berdiri di hadapannya, menghalangi sinar matahari yang masuk, ia menoleh, lalu dia berkata "Tash, lo di cariin pak Gerry, katanya suruh ke ruangan," ucap Aliyya dengan pelan agar tidak menganggu yang lainnya.

"Kenapa?" Tanya Tasha, rasanya ia tak memiliki masalah apapun, lalu mengapa Gerry memanggilnya, "duh gue kurang tau deh, lo ke sana aja dulu," sarannya.

Tasha mengangguk, ia membereskan bukunya dan langsung menuju ruangan Gerry. Di depan pintu perpustakaan, tak sengaja Tasha berpapasan dengan Delvin layaknya seorang siswa pada umumnya, Tasha menyapa Delvin dengan senyum dan menundukkan sedikit kepalanya.

Delvin menghentikan langkahnya kala Tasha tak mengucapkan sepatah kata pun, justru berjalan dengan cepat melewatinya, hanya sebuah senyuman kecil, Delvin menatap punggung gadis itu yang berbelok memasuki lift.

Langkah kakinya dengan cepat memasuki ruangan pak Gerry, mengetuk pintu terlebih dahulu. Betapa terkejutnya ia melihat ada Jovan di dalam, Tasha akhirnya di persilahkan duduk oleh Gerry.

"Ekhem, maksud saya panggil kalian berdua, saya minta kalian untuk berkolaborasi dalam tugas mudik."

"Kok gitu pak?" Tanya Jovan.

"Nilai Tasha ada yang masih kosong, sedangkan beberapa hari lagi akan ujian akhir, jadi lebih menghemat waktu kalo kalian berkolaborasi," jelas Gerry.

"Saya mau kamu bantu Tasha, karena nilai kamu sempurna Jovan."

Tasha mengangguk kecil, "untuk alat musiknya, saya minta Tasha untuk bermain biola, dan kamu piano untuk apa yang akan kalian bawakan, saya serahkan sama kalian, waktu kalian gak banyak, jadi tolong berikan nilai tebaik."

"Baik pak," jawab Tasha singkat dan jelas. "Kalau begitu kami permisi pak," ucap Tasha menarik tangan Jovan untuk keluar juga. Tasha tak bisa membaca pandangan mata Jovan yang tidak menerima tugas ini.

Tepat setelah mereka keluar dari ruangan Gerry, Jovan berjalan mengikuti langkah Tasha, "lo serius mau jalanin tugas itu?" Tanya Jovan.

Tasha menghentikan langkahnya dan berbalik ke hadapannya, "lo pikir? Pak Gerry bilang kalo nilai gue masih ada yang kosong, jadi gue harus penuhin itu," ucapnya melipat kedua tangannya di depan dada, lalu kembali berjalan. Langkahnya masih di ikuti oleh Jovan.

"Tapi waktunya udah mepet banget Tash? Ini beberapa hari lagi! Dan apa waktu kita cukup? Masih banyak mata pelajaran yang harus kita kejar," jelas Jovan.

"Lo gak mau bantuin gue? Ayolah, gue pasti cepet kok inget-nya," jelas Tasha.

"Gue mau bantu lo," jawab Jovan.

"Tapi kenapa pak Gerry gak ngasih tugasnya sehabis ujian akhir aja? Arghhh?!" Kesal Jovan.

Masih ada beberapa pelajaran yang harus Jovan dalami, karena nilainya tidak akan tertolong jika harus mengajari Tasha.

Tasha berjalan untuk mengambil biola yang akan ia mainkan, Jovan bersiap duduk di kursi piano. Tasha menarik gorden agar matahari bisa masuk, ia membuka jendela agar ada udara yang masuk.

"Pirates of caribbean, lo bisa nada nya kan?" Tanya Tasha.

Jovan membulatkan mata ke arahnya, "lo serius kita main itu? Kenapa ga Canon in D."

"Udah ayo, lo bisa kan?" Tanya Tasha lagi meyakinkan Jovan.

Dia mengangguk, jarinya bersiap di atas pianonya, menganggukkan kepalanya pelan, tanda jika mereka sudah bisa memulainya bersamaan. Jovan dengan kemampuannya, menekan not  yang ia ingat, telinganya mendengar suara biola Tasha. Jovan terkagum saat mendengar suara biola yang Tasha mainkan, nadanya sangat sempurna, mereka hanya perlu menyempurnakan dua alat musik ini, agar nadanya terdengar menjadi sempurna tanpa kekurangan sedikit pun.

Ruang musik yang kerap suara, membuat semua orang yang berlalu lalang di luar tidak mengetahui apa yang terjadi di dalam. Suara yang mereka mainkan dengan hebat benar-benar tidak bisa terdengar. Namun orang yang berada di lapangan dapat mendengarnya melalui jendela terbuka.

Hingga sore, bel pulang sekolah berbunyi, mereka menyudahi latihan mereka, meletakkan kembali biola pada tempatnya, "lo jago ya, gue liat-liat tangan lo gak pernah salah," kata Jovan berdiri di belakang Tasha sambil menggendong ranselnya.

Tasha tersenyum kecil, "biasa aja, lo lebih keren," puji Tasha mengambil ranselnya yang tergeletak di lantai.

"Lo balik sama siapa?" Tanya Jovan berjalan mengikuti Tasha keluar dari ruang musik.

Tasha melambatkan jalannya agar tidak meninggalkan Jovan, "sendiri," ucapnya menoleh ke arah Jovan.

"Mau bareng gak?" Tanya Jovan.

"Boleh?" Tanya Tasha, ia tak enak jika harus menumpang kepada Jovan yang baru ia temui beberapa hari belakangan.

"Why not?"

Tasha menangguk kecil, mereka memasuki lift, bersamaan dengan siswa lainnya yang hendak pulang juga. Sampainya di parkiran, Jovan membukakan pintu untuk Tasha, mempersilahkannya masuk, "sabuk pengaman," ucap Jovan mengingatkan Tasha.

Tasha yang lupa langsung meraih seatbelt disampingnya, merapihkan juga rambutnya sambil berkaca di ponselnya. "Nanti malem lo sibuk?" Tanya Jovan mengisi keheningan, Tasha mengingat-ingat kegiatan apa yang akan di lakukannya malam ini, "kebetulan kosong, kenapa?" Jawab Tasha.

"Mau jadi partner gue gak?"

Tasha menoleh menatap Jovan yang masih fokus dengan jalanan, "temen gue ada yang ulang tahun, dia adain party gitu di rumahnya, gue bingung harus ajak siapa," jelas Jovan menyadari yang bertanya-tanya.

Tasha mengangguk, berpikir sejenak, "boleh aja si, dresscodenya apa?" Tanya Tasha.

"Bebas si, tapi gak formal gitu," jelas Jovan.

"Uhm okei," jawab Tasha.

Mereka sampai di persimpangan jalan, Tasha memintanya untuk menurunkan di sana saja, "tunggu," kata Jovan menahan Tasha sebelum keluar dari mobil, tak lupa ia memberikan kain berwarna biru kepada Tasha, "nanti pake ini ya, iket di rambut atau di pergelangan tangan lo," jelas Jovan.
Tasha tau alasan Jovan memberikan itu, "VIP, right?"

"Aahahhha, special edition."

"Okei, nanti gue pakai, see you!"

"See you!"

Tasha berjalan sambil terus menatap kain biru itu. Itu biasa di gunakan untuk membedakan golongan. Biasanya memiliki arti yang berbeda-beda setiap warna. Tasha pernah menggunakan cara seperti itu dengan teman-teman di sekolah sebelumnya, mereka mempunyai sebuah circle yang sangat  terjaga dari manusia-manusia rese.

[Bersambung]

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang