Bab 37: New home

493 6 0
                                    

Delvin melajukan mobilnya menuju pinggir kota, udara sejuk menerbangkan rambut Tasha yang terurai panjang. "Kenapa kita kesini Del?" Tanya Tasha.

"Kenapa memangnya?" Tanya Delvin masih fokus melajukan mobilnya.

"Aku sungguh ingin segera beristirahat."

Delvin mengelus kepala Tasha dengan satu tangannya, "kita akan segera pulang."

Delvin melajukan mobilnya dengan cepat, agar bisa secepatnya sampai. Hingga akhirnya mobil mereka memasuki sebuah halaman rumah. Tasha terlihat sangat bingung dengan semua ini. "Dell?"

Delvin mengajak Tasha untuk masuk, sangat kaget karena melihat Delvin mengeluarkan kunci dari saku nya.

"Del.. Ini?" Tasha tercengang karena isi rumah yang sangat aesthetic, pemandangan juga sangat indah karena langsung menuju view pantai, bahkan angin berhembus sangat kencang dari balkon.

"New home," ucap Delvin memeluk Tasha dari belakang yang masih memandang ke arah laut.

"Bagaimana dengan apartement mu?" Tanyanya.

"Sudah ku sewakan, bukan kah dulu kau mengatakan jika senang jika bisa tinggal di sini?" Kata Delvin.

Mata mereka beradu pandangan, "kapan kamu menyiapkan semuanya?" Tanya Tasha.

Sungguh Tasha benar-benar tersentuh melihat semua yang telah Delvin lakukan sejauh ini. Delvin mengangguk, "kau senang?"

Tasha mengangguk, "aku benar-benar senang," ucapnya mencium Delvin sekilas.

"Istirahat sana, aku beresin barang di bawah dulu," kata Delvin menyuruh Tasha untuk tertidur lebih dulu di kamarnya.

Tasha lebih terpukau saat memasuki kamarnya, balkonnya sangat luas, pemandangannya sangat indah, lebih indah dari pada di lantai bawah tadi. Tasha langsung tertidur karena ia benar-benar lelah.

---

Tasha terbangun di pagi hari, tubuhnya terasa remuk. Ia melihat ke arah Delvin yang tertidur dengan tenang di sebelahnya. Tasha memutuskan untuk mandi karena sejak kemarin ia tidak mandi. Hingga selesai mandi, Delvin masih pulas tertidur. Ia memutuskan turun ke bawah, betapa terkejutnya saat melihat semua barang yang sudah tertata rapih.

Tasha menuju dapur untuk membuat sarapan, ia sungguh lapar karena melewatkan makan malam. Tasha bahkan membuat tiga sandwich, dua untuknya, satunya untuk Delvin. Jam menunjukkan pukul 5.30 AM. Ia berencana untuk membangunkan Delvin karena Delvin harus berangkat ke sekolah, bersamaan dengan dirinya yang akan mengurus surat kelulusan.

Sampainya di kamar, Delvin masih terpejam. Ia menaiki ranjang dan membangunkan Delvin dengan menciumi wajahnya berulang kali hingga Delvin terbangun.

"Ini masih malam Tasha," ucap Delvin justru menjauh dan kembali tertidur, Tasha tertawa kencang, "ini sudah hampir pukul tujuh pagi, dimana letak malamnya?" Ucapnya menarik tangan Delvin agar terbangun. Mendengar sudah pukul tujuh, Delvin terkejut, "kenapa kau tidak membangunkan ku?!" Katanya menyibakkan selimut dan langsung mandi. "Bajunya sudah aku siapkan di atas ranjang," teriak Tasha dari luar toilet.

Tasha memutuskan untuk memasukkan sandwich nya ke dalam kotak makan, karena sudah siang, tidak ada waktu jika harus sarapan di rumah, jadi Delvin sarapan saat di perjalanan. Kepindahan rumahnya membuat jarak menuju sekolah semakin jauh.

"Kabari aku jika terjadi sesuatu," ucap Delvin dan mencium kening Tasha. Dia turun di persimpangan jalan, dan harus jalan kaki sampai ke sekolah. Semua dilakukan hanya agar tidak ada kecurigaan.

Sampainya di kelas, Tasha mengatur nafasnya karena merasa lelah. Aliyya baru saja tiba langsung menuju kursinya. Dia menatap Tasha dari atas hingga bawah, "lo tumben baju lo gedean, biasanya lo pake yang minim minim." Kata Aliyya menatapnya heran.

Tasha bingung harus menjawab apa.

"Lo tobat? Aneh lo, udah lulus baru pake sesuai aturan."

Tasha terkekeh, "ya gimana ya, kemaren gue liburan, trus seragam gue ketinggalan," jelasnya. Bohong, karena Delvin melarang untuk menggunakan pakaian minim agar tidak sesak.

"Yukkk ke aula, kepala sekolah mau kasih pengumuman," ajak Aliyya.

Kepala sekolah memberikan arahan mengingat mereka semua akan lulus, ia memberikan wejangan terkait siswa-siswa berprestasi untuk lebih fokus dalam menggapai cita-cita. Mereka selesai setelah dua jam membawakan pidato.

Seluruh siswa melakukan kegiatan bebas, begitu pun dengan Tasha yang memilih untuk menghabiskan waktu bersama dengan teman-temannya, sudah lama  sejak ujian terakhir itu mereka bertemu.

Sedangkan Delvin sibuk bergelut dengan pengisian nilai dan juga penyambutan siswa baru. Pintu ruangannya terbuka, Gerry masuk sambil membawa beberapa berkas yang perlu di periksa oleh Delvin.

"Wawancara kapan Del?" Tanya Gerry duduk di hadapannya.

Delvin memijat pelipisnya, "nanti gue liat di jadwal," katanya. Gerry terheran-heran, "lo gak biasanya se pusing ini Del, tahun-tahun sebelumnya juga se padat ini."

Delvin menggeleng, "di otak gue, gue mikirin banyak hal."

"Cailah, pusing amat keknya. Ada apa si?"

"Anak kelas dua belas udah pada balik Ger?"

Gerry menggeleng, "harusnya si mereka bebas, karena belum di bolehin balik."

"Eh lo gimana sama Tasha?" Tanya Gerry tiba-tiba menjerumus ke situ.

"Baik-baik aja, semakin baik malah."

"Ngaku, lo kemaren cuti karena liburan sama dia kan!" Seru-nya.

"Gue balik ke prancis."

Gerry terkejut, "lo bawa dia ketemu keluarga lo?"

Delvin mengangguk. "Lo udah bener-bener jauh bro."

"She's pregnant."

Gerry terdiam membatu.

"Karena itu gue harus bergerak lebih cepet dari yang gua bayangin."

"ANJING! LO GAK PAKE PENGAMAN EMANG?!" Ucap Gerry dengan masih terkejut.

Delvin menghela nafas, "sumpah bro, itu semua terjadi bener bener cepet."

"Trus? Berarti sekarang..."

Delvin mengangguk. "Untung aja udah mendekati kelulusan Del..."

"Itu dia, masih ada untungnya dikit," ucap Delvin.

Gerry masih tak habis pikir, "gue udah yakin si kalo lo gak akan tahan deket sama dia, gila sebagus itu body nya brooo, semua cowok juga demen," kata Gerry.

"But, she's mine."

[Bersambung]

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang