Bab 16: School exams

1.6K 13 0
                                    

Hari ini semua siswa disibukkan dengan persiapan ujian sekolah yang selalu terjadi tiap semeter. Banyak siswa yang hetic dengan datangnya ujian. Mulai dari kumpulan siswa dengan peringkat teratas yang memenuhi ruangan perpustakaan. Kumpulan siswa caper juga memenuhi ruang guru untuk meminta nilai lebih dan juga bocoran-bocoran soal.

Tasha sendiri hanya mengikuti kemana Aliyya akan mengajaknya. Aliyya sebagai siswa yang menduduki peringkat 3 besar, termasuk dalam siswa yang hetic. Namun, semua ia lakukan karena tuntutan dari kedua orang tua. Impian kedua orang tuanya untuk memasukkannya ke dalam universitas negeri bergengsi dengan jurusan kedokteran membuatnya setengah gila.

Itu menjadi hal yang biasa di sekolah itu. Hampir semua siswa mengincar perguruan tinggi yang bergengsi, semua itu karena dorongan dari orang tua mereka. Apalah Tasha yang kini tidak memiliki motivasi untuk bertahan hidup lebih lama.

Tak jarang siswa yang meminta kelas tambahan agar bisa maksimal dalam ujian. Tasha yang bukan tipikal anak yang mengejar nilai se gila itu, dia hanya mengikuti kemana Aliyya pergi. Sebab ia sebenarnya juga tidak tertarik untuk belajar lebih dalam. Semua baginya sudah cukup. Karena walaupun tidak belajar, nilainya akan tetap sempurna. Jika di ingat, ia bahkan tidak pernah mendapat angka 7 apalagi 8 di hasil belajarnya.

Kesibukan barunya membuatnya tidak berkomunikasi dengan Delvin, sudah hampir dua minggu. Sejak sekolah kembali di mulai setelah istirahat panjang karena internasional competition, ia sendiri tidak lagi berusaha menghubungi Delvin, ia bahkan tidak membaca atau mengangkat panggilan Delvin.

Ia melarang keras Delvin untuk datang menemuinya langsung di unitnya. Dan Delvin tidak pernah melanggar perintah Tasha, walaupun mungkin kenyataannya ia ingin memeluk Tasha dengan erat.

Tasha melangkahkan kakinya memasuki lift yang akan tertutup. Sial karena penuh dan hanya bisa satu orang saja yang masuk, yaitu; Aliyya. Terpaksa ia harus menunggu untuk menyusul ke perpustakaan. Pintu lift tak lama terbuka, kosong. Namun seseorang dengan cepat masuk sebelum pintu tertutup. Itu adalah Delvin, orang yang masuk sebelum pintu lift tertutup.

"Ekhem, kenapa kau tidak membalas pesan ku?" Tanya Delvin di tengah kesempatan.

"Aku lupa."

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya nya menatap ke arah Tasha dengan raut wajah yang khawatir. Tasha terlihat semakin kurus, di tambah dengan potongan rambut barunya, terlihat sangat berbeda.

"Ya, seperti yang kau lihat."

"Apa aku melakukan kesalahan?"

Ting! Pintu lift terbuka, "emmm saya permisi Mr."

Tasha keluar dan berjalan dengan cepat menuju perpustakaan. Ini bukan yang pertama, sudah sangat sering Delvin menegurnya saat berada di sekolah. Bahkan sering juga menawarkan untuk pulang bersama, namun Tasha menolak dengan keras.

Di tengah kesibukannya, Delvin berpikir jika mungkin Tasha perlu waktu karena akan menghadapi ujian.

Jam istirahat berbunyi. Aliyya mengajak Tasha untuk pergi ke kantin, perut mereka perlu di isi agar nantinya bisa berpikir dengan jernih. Bersama dengan Aliyya, ia membawa makan siang nya dan mencari tempat duduk. Tiba-tiba segerombolan siswa laki-laki datang dengan berlarian, sehingga salah satu dari mereka menabrak Tasha.

Bruk!

Suara benda terjatuh yang taklain adalah makan siang Tasha yang sudah berjatuhan di lantai. Aliyya menoleh ke arah sumber suara, semua memandang ke arah Tasha, sedangkan sekumpulan siswa laki-laki itu terdiam, "Jovan! Lo apaan si, hati-hati dong kalo jalan!" Omel Aliyya kepada laki-laki yang kerap bernama Jovan.

"Eh, sorry, gue ganti deh, lo tunggu aja di sana, sorry banget ya." Ucap Jovan.

Dari kejauhan seorang guru mengawasi mereka, berjaga-jaga takut akan terjadi perkelahian, namun ternyata tidak.

Tasha duduk di hadapan Aliyya, menunggu makanannya diganti oleh Jovan. Tak lama Jovan datang, membawa dua paket makan siang, "gue boleh ikut gabung juga gak?"

Tasha tak keberatan dengan itu, mendapatkan persetujuan Aliyya, ia duduk di sebelah Tasha. Entah mengapa Jovan tak bergabung dengan teman laki-lakinya. "Be the way, gue kayak pernah liat lo deh," Jovan membuka pembicaraan di tengah kegiatan makan mereka.

Tasha berpikir sejenak, "dimana?"

"Di Antlantis Beach Club," jawabannya membuat Tasha semakin mengingat-ingat.

"Ahhh, iya gue pernah kesana," jawabannya membuat Aliyya membulatkan matanya, ia tak menyangka jika Tasha akan familiar dengan kehidupan malam seperti itu. Tasha sendiri baru teringat jika ia pernah mengambil job sebagai Dj di sana, tepat saat Delvin menyeretnya pulang kala itu.

"Jadi lo emang suka party ya," kata Jovan.

Tasha mengangguk, "ya gitu deh, namanya anak muda, masih penasaran." Jelasnya.

Mereka selesai, membawa alat makan yang sudah kotor untuk di letakkan di tempatnya. "Gue duluan ya Van," pamit Aliyya. Jovan mengangguk, lalu ia berniat kembali ke kelas.

Jovan - siswa murid kelas sebelah. Pandai dalam kegiatan non akademik. Pernah mengikuti lebih dari satu lomba yaitu; renang dan bela diri. Merupakan anak dari salah satu penyumbang terbesar di sekolah. Memiliki nilai sempurna di kelas renang dan seni musik. Namun untuk segala hal yang berkaitan dengan menghitung dan teori, sudah pasti nilainya berantakan.

"Tash, ayo ke ruang serba guna," ajak Aliyya untuk ke sekian kalinya dengan membawa beberapa buku pada genggamannya.

"Hah? Ngapain ke sana?"

"Pak Delvin adain kelas tambahan buat yang belum ngerti."

"Ya udah, lo duluan aja, gue mau cari buku dulu," katanya sambil membuka ranselnya.

Aliyya pergi lebih dulu, ia berniat untuk menjaga satu tempat duduk untuk Tasha. Tak kunjung menemukan bukunya, ia memutuskan untuk membawa buku yang ada saja dan langsung menyusul Aliyya, dari pada kelas segera di mulai.

Sampainya di depan pintu, ia melihat sekeliling, mencari keberadaan Aliyya. Ternyata tak jauh dari deretan depan, namun tepat di belakangnya, ada Jovan dan teman-temannya. Aliyya melambaikan tangan agar Tasha menyadari keberadaanya. Delvin datang, ia langsung dengan cepat berjalan menuju mejanya.

"Hai Tash, ikut kelas tambahan juga?" Sapa Jovan.

"Hmm.."

Kelas tambahan pun berlangsung. Tak di sangka jika kelas akan sepenuh ini. Bahkan hingga ada yang duduk di lantai sebab tidak kebagian kursi.

[Bersambung]

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang