Bab 11: Special exercises

2.5K 22 0
                                    

Seharian penuh Delvin berada di dapur, saat hari libur seperti ini cafenya memang menjadi tujuan banyak manusia. Belum lagi pendatang yang tak sengaja lewat, kemudian berakhir dengan membeli. Ia mengganti pakaian nya, sudah sore, waktunya ia untuk pulang, tugas setelahnya akan di lanjutkan oleh semua karyawannya. Ia menyempatkan untuk melihat ponselnya dulu, khawatir ada hal penting yang terjadi.

Benar saja, ada sebuah pesan masuk.

Tasha: Aku masih seorang pemula, maukah kau memberiku pelatihan khusus untuk lomba nanti?

Delvin menyeringai, ia dengan keluar dari cafe dan masuk ke dalam mobilnya.

Delvin: Tunggu, aku akan sampai 10 menit lagi.

Dengan kecepatan diatas rata-rata, ia melajukan mobilnya, sangat beruntung karena jalanan tidak ramai. Ia bisa tiba lebih awal dari perkiraannya. Ia berlari menuju unitnya, ia sudah sangat ingin bertemu dengan Tasha. Ia juga khawatir jika Tasha sudah menunggu. Namun sampainya di sana, tidak ada siapa pun. Delvin segera membuka ponselnya untuk menelpon Tasha.

"Tasha dimana kau?"

"Aku baru akan keluar lift," jawabnya.

Tinggg!!!!

Pintu lift terbuka, Delvin tersenyum melihat kedatangan Tasha dengan barang bawaannya, ia menghampirinya untuk membantu membawakan barangnya. Mereka masuk terlebih dahulu ke dalam apartement. Karena di jam seperti ini, biasanya kolam renang banyak digunakan oleh pengguna unit lainnya, terlalu ramai.

Tasha tidak masalah dengan keramaian, namun Delvin bersih keras menolak. Salah satu alasan terbesarnya ya karena ia tak ingin tubuh Tasha di lihat oleh banyak manusia mesum di luar sana, apalagi pria berhidung belang.

Saat Delvin merasa kolam renang sudah tidak digunakan oleh siapapun, ia mengajak Tasha untuk berlatih. Sampainya di sana, benar saja kolamnya sudah sepi, tidak ada satupun orang yang berada di sana.

Sepertinya kekhawatiran Delvin sebelumnya benar-benar terjadi, lekuk tubuh Tasha erbentuk sesaat setelah dirinya turun ke dalam air, tubuh Delvin bahkan seperti tersentuh oleh aliran listrik bertegangan kecil. Delvin dengan penuh keyakinan dan pertahanan diri akhirnya turun ke dalam air juga. Berulang kali ia harus mengatur nafas, menelan saliva nya, bahkan memalingkan pandangan.

"Lumayan dalem juga ya," kata Tasha.

Seperti dugaannya lagi, semua gerakan Tasha sudah sangat sempurna, tidak ada yang perlu di komentari apalagi di perbaiki, "kau pernah mengikuti kelas renang sebelumnya?"

Tasha membalikkan tubuhnya, "orang tua ku yang menyuruh," katanya kemudian kembali menyelam.

Sungguh bukan sebuah kejutan untuk Delvin, karena memang semua gaya yang di lakukan sangat sempurna, bahkan gerakan kaki dan tangannya sangat tenang.

"Aku juga pernah mengikuti lomba loncat indah sebelumnya," katanya.

Jelas, semuanya sudah nyaris sempurna, mungkin seharusnya dirinya tidak perlu meminta pelatihan khusus. Jika seperti ini, Delvin sangat terlihat seperti seorang ayah yang sedang menunggu putrinya selesai berenang. Walaupun sesekali Delvin juga ikut berenang bersama.

Entah setan dari mana yang merasukinya  sehingga sebuah ide yang sanga berbahaya muncul di pikiran Tasha. Ia mendekat ke arah Delvin, meletakkan kedua tangannya pada bahu Delvin. Jelas, buah dadanya sangat dekat dengan tubuh Delvin. Seolah olah sebuah listrik bertegangan tinggi mengalir di dalam kolam renang saat itu. Tidak menjadi sebuah hambatan, mereka tetap melanjutkan ciumannya.

Semakin panas, Delvin merasa dirinya sudah di ujung tanduk. Ia membawa Tasha naik ke permukaan, dengan sisa tenaganya, ia menggendong Tasha sampai ke kamar dengan keadaan yang masih basah Mereka melanjutkan ciumannya begitu saja sepanjang perjalanan menuju kamar, dengan Tasha yang melingkari kakinya di pinggang Delvin agar tidak terjatuh. Beruntung karena sepertinya tidak ada yang melihat kegilaan mereka itu.

Delvin menutup pintu dengan cepat, melewati begitu saja kedua kucingnya yang menghampiri mereka. Ia berjalan ke arah kamar, kejantanannya sudah mengerang di bawah sana, bahkan Tasha bisa merasakan itu. Mereka memasuki toilet, ia mendudukkan Tasha di atas closet. Dengan gerakan yang cepat ia membuka celananya dan melempar dengan asal.

Terlihat jika kejantanannya sudah sangat siap, sialnya ia hanya bisa bemain blow job untuk sementara. Tasha yang peka dengan kondisi tersebut, ia langsung memasukkan kejantan itu ke dalam mulutnya, membuat Delvin mendesah dengan sangat panjang, "aahhhhhh- fasss---terrrr."

Delvin menggerakkan pinggulnya dengan cepat. Rasanya Tasha tak kuat menampungnya di dalam mulut, ia sudah tak sanggup. Ia berdiri dan justru meletakkan kejantanan Delvin pada bagian luar vagina (Petting).

Delvin tersentak, betapa terkejutnya dengan tindakan Tasha hingga ia terdiam sejenak, "gesekkan, jika kau berani memasukkannya akan ku patahkan junior mu!" Ucap Tasha dengan mata yang membulat, tak sempat menjawab ucapan Tasha ia langsung menggesekkannya.

"Ahhh-aaaahhhh----ahhhh."

"Tasssshh-aaaa--aaa--a-aahhh."

"Gunakan tangan mu, cepat!" Perintah Delvin.

Tasha beralih mengocok benda itu dengan kelihaian tangannya, damn. Delvin sampai pada klimaks, Tasha benar-benar mengocoknya hingga tetes terakhir sperma yang keluar. Delvin menghembuskan nafas lega, seluruh beban di dalam dirinya seketika hilang.

"Mengapa kau berani melakukannya?!" Marah Delvin dengan nada sedikit meninggi.

"Aku hanya berusaha untuk membantu mu."

Delvin menghela nafas, "lain kali, tetap gunakan tangan dan mulut mu saja, aku tidak bisa menjamin keselamatan mu, bagaimana pun aku adalah pria dewasa."

Penjelasan Delvin membuat Tasha hanya bisa menunduk sedari tadi, seperti seorang anak yang sedang di marahi oleh ayahnya.

Tasha masih terdiam, sepertinya Delvin terlalu keras saat berbicara, "ayo cepat mandi."

Tasha mendongak, "gila, kau mandi lebih dulu, baru aku."

"Cih, kau seperti perawan saja," jawab Delvin yang mendapatkan tatapan tajam dari Tasha, "ahahahaha iya iya baiklah, sana keluar, aku mandi lebih dulu," ujar Delvin.

Tasha mengambil handuk dan keluar. Dengan keadaan yang masih basah, ia menyelimuti dirinya dengan handuk agar tidak terkena flu, karena pendingin udara di dalam kamar juga menyala.

20 menit berlalu, Delvin selesai. Tasha berganti untuk membilas tubuhnya. Tak lupa ia membawa semua baju gantinya ke dalam toilet. Delvin mengambil ponselnya untuk memesan hidangan makan malam. Ia cukup lelah jika harus makan keluar ataupun memasak Lagi pula, semenjak deket dengan Tasha ia tak pernah menghabiskan waktu di luar, bahkan saat Gerry mengajaknya untuk pergi ke bar, dan ia menolak.

Khawatir dengan Tasha yang akan datang mendadak untuk bertemu dengan Lego dan Hugo, jadi ia berdiam di rumah sambil mengerjakan pekerjaannya, dari pada harus pergi lalu tiba-tiba Tasha datang, kasian jika Tasha terus menunggu di depan pintu.

Tasha selesai dengan mandinya. Ia mengiringkan rambutnya dengan handuk. Delvin menyodorkan sesuatu padanya, "simpan ini."

Itu adalah kartu akses apartement, Delvin memiliki dua dan kini ia memberikannya kepada Tasha agar Tasha tidak perlu menunggunya lagi jika ingin bertemu Lego dan Hugo. Tasha menatap Delvin tanpa mengambilnya.

"Ambilah, gunakan ini jika kau merindukan Lego dan Hugo."

Tasha mengangguk dan menyimpannya. "Jika kau merindukan ku, kau juga bisa menggunakan itu."

"Ck, percaya diri sekali kau."

[Bersambung]

Hot TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang