8

152 9 1
                                    

Kun27 tahunAnak tunggal pemilik perusahaan Neo Corp

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kun
27 tahun
Anak tunggal pemilik perusahaan Neo Corp










































"pak...yang tadi itu siapa pak?" Tanya Lia penasaran.

"Yang mana?"

"Yang sama pak Markus itu..."

"Oh dia... Dia pak Kun. Anak pemilik perusahaan yang menaungi hotel ini. Kenapa? Ganteng ya?" Canda pak Juna.

"Namanya juga cowok pak, pasti ganteng. Gak mungkin saya bilang cantik..." Jawab Lia sekenanya. Dia bukannya tertarik seperti bayangan supervisor ya. Dia hanya penasaran, bagaimana pria itu bisa ada disana.


"Kamu ini ada aja..." Pak Juna tertawa pelan.

"Pantesan kemarin bilang dirumahnya banyak jaket. Orang kaya ternyata. Tapi sombong banget baru punya jaket banyak..." Batin Lia. Padahal dia sendiri tanpa sadar mengakui kualitas jaket milik Kun memang nyaman dan hangat.





Setelah tiba di office yang sudah mulai ramai oleh para supervisor dan roomboy yang mengumpul room report, Lia segera merapikan pekerjaannya lalu pamit untuk pulang.




"Lia...tunggu..." Panggil Bu Dita yang membuat Lia menghentikan langkahnya. Orang-orang yang berada disana pun menoleh pada mereka.




"Iya Bu?"




"Bu Jihan, besok ada banyak jadwal dari meeting sampai dinner. Bisa gak Lia besok yang tugas GC lagi? Soalnya kerjanya cepet dan rapi..." Ucap Bu Dita pada Bu Jihan yang merupakan kepala housekeeping supervisor.





"Oh gitu, boleh. Nanti saya buatkan jadwalnya. Berarti Lia, besok kamu pagi lagi, ya..." Ucap Bu Jihan yang diangguki oleh Lia.




"Iya Bu..."


Bu Dita menoleh pada Lia dan tersenyum seakan memberi semangat membuat Lia merasa senang. Setidaknya dia merasa memiliki kelebihan sekarang.


"Saya pamit dulu..."

"Iya... Hati-hati di jalan Lia..." Ucap Bu Dita tersenyum dan Lia pun segera meninggalkan kantor office HK itu.



"Beneran anaknya bagus kerjanya, Bu?" Tanya pak Sanjaya.

"Iya pak...nurut juga anaknya. Terus pas gak ada kerjaan, dia malah bersih2 rak. Katanya bosen duduk. Liat sendiri tuh raknya rapi semua..." Jawab Bu Dita sambil menunjuk rak penyimpanan barang yang ada di sana dengan dagunya.



"Iya pak, kemarin sama saya di room juga kerjanya cepet. Awalnya saya juga ragu soalnya badannya kecil, tapi tenaganya super..." Sambung Eric sambil tertawa pelan.


"Yah...baguslah kalau gitu. Semoga dia terus bisa diandalkan. Kalian yang lain, jangan malah ngomongin dia di grup. Kasian kalau anaknya tau nanti minder dia..." Sanggah pak Juna.




"Iya maaf Bu..." Jawab beberapa staf lain.


"Fir...masukin dia kedalam grup. Kasian dia..." Ucap Okta pada temannya, Firman.


"Tapi aku gak punya nomor hpnya..."



"Minta aja sama temennya, Karina, Yeji atau Ryujin itu. Masa kamu minta nomor mereka tapi gak minta nomor Lia..."

"Ah...kamu aja yang minta..."

"Aish kalian... Kenapa sih pada sensi banget sama dia?" Tanya Okta kesal.

"Salah anaknya...emang kamu gak ngerasa dia agak aneh gitu keliatannya? Diem-diem Bae..."

"Dia itu normal...cuma emang anaknya gak suka banyak omong aja..." Jawab Eric.

"Adeh...iya-iya...nanti aku masukin ke grup. Puas?" Keluh Firman.

"Kalian masih mau debat? Perlu saya siapin pedang sekalian?" Tanya pak Sanjaya yang terkenal tegas itu membuat semua staff merinding juga.

"Hehe...enggak pak. Ni udah deal, sekarang mau pulang. Permisi pak..."
Anak-anak staff pun berlari keluar mencari aman sebelum disemprot oleh pak Sanjaya.

"Dasar anak-anak muda jaman sekarang. Ngeliat sesuatu dari fisik aja. Yang cantik, dibaikin. Yang beda dikit pasti dikucilkan..." Keluh pak Juna.

"Tapi kalau dilihat-lihat, Lia itu cantik sebenernya. Manis malah. Cuma mungkin kurang merawat diri aja. Dari tadi saya ajak ngobrol, anaknya baik, cerdas dan banyak ilmu juga..." Jawab Bu Dita.


"Eemmm....kata pak Markus, dia memang salah satu anak berprestasi di sekolahnya. Cuma ya begitu, anaknya tertutup dan kurang suka bergaul..." Sambung Bu Jihan.


"Kalau dipoles aja dia sedikit, pasti cantik kok. Kecil, tapi imut..." Jawab Bu Dita.

"Kenapa jadi kalian sekarang yang ngomongin anak orang?" Tanya pak Sanjaya.

"Iya kan ngomonginnya yang baik pak...santai..."

Pak Sanjaya menggeleng pelan sambil tertawa.


"Dasar ibu-ibu rumpi..."













.
.
.









Lia berhenti di pos pemeriksaan depan hotel dan membiarkan security mengecek tas dan motornya. Tanpa sengaja, dia melihat Kun yang ditemani beberapa orangnya tengah memandangi dari jauh.








"Tumben..."










Lia menunduk pelan ke arah Kun dan dibalas senyuman oleh pria itu. Sedikit malu juga karena dia sekarang menggunakan jaket milik pria itu.







"Dia memakai jaket itu. Apa dia sadar badannya terlalu kecil? Tangan dan badannya hilang didalam jaket..." Batin Kun sambil tersenyum dan menggeleng pelan.


Setelah selesai pengecekan, Lia menaiki motornya dan siap pergi.


"apa gak ada motor yang lebih besar lagi?" Tanya seorang security sambil tertawa seperti meledek.

"Badanmu terlalu kecil buat motor Vario. Cocoknya pakai Mio atau Beat, biar pas, gak kegedean motor..." Sanggah security yang lain.




Lia hanya bisa menunduk sedih dan menjalankan motornya pergi dari tempat itu.

Kun yang melihat kejadian tersebut pun merasa kesal sekaligus tidak enak hati.





"Apa dia selalu mendapat perlakuan seperti itu dari orang-orang? Apa salahnya jika dia harus bertubuh kecil? Itu bukan kemauannya, kan?" Batinnya.






"Pak Yoga?"

"Iya pak Kun?"


Pak Yoga yang menjadi direktur di hotel tersebut menelan ludah kasar. Dia tau akan ada hal buruk yang dikatakan oleh atasannya itu setelah melihat kejadian kurang menyenangkan tadi.


"Beri SP pada mereka. Tidak sopan menghina fisik orang lain..." Ucap Kun sambil merapikan jasnya.

"Ba...baik pak Kun..."


Pak Yoga hanya bisa menghela nafas.








"Untung cuma SP, gak sampai dipecat..."


















.
.
.




















Big Boy Baby. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang