Lia mengantongi 1 walkie talkie sambil membawa sebuah handuk yang dipesan oleh tamu.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah 10 malam dan ia kurang suka suasana sepi saat malam hari.Ya, dia takut kegelapan. walaupun dia suka menyendiri, tapi dia lebih baik berada di keramaian saat malam seperti ini. Setidaknya, ada lah satu atau dua orang yang terlihat. Namun kali ini dia benar-benar sendirian di koridor tersebut.
Dia takut gelap bukan tanpa alasan. saat kecil, Lia sering bermimpi berada di tempat gelap nan sepi, dan mendengar suara-suara aneh di mimpinya. Dia juga sering merasa melihat bayangan aneh sejak masih kecil. Meskipun tak separah dulu, namun ia masih bisa merasakan jika ada sesuatu disekitarnya. Itu sebabnya dia takut saat gelap dan sepi.
"kamar 226...226..."
Lia terus mengulang-ulang kata itu untuk menghilangkan rasa takutnya.
Saat tiba di kamar yang di tuju, Lia memencet bel kamarnya beberapa kali. entah kenapa dia menoleh ke sebelah kanannya dan merasa ada sesuatu yang mendekat.Angin berhembus entah dari mana membawa hawa aneh yang Lia rasakan. Dia merasa sesuatu seperti tengah berjalan ke arahnya membuatnya kembali memencet bel kamar berharap ada yang segera muncul.
Sampai akhirnya dia menutup matanya ketakutan dan meringis.
"ayo...cepat buka..." ucapnya gemetar sampai akhirnya pintu kamar VVIP itu terbuka dan ternyata itu adalah Kun.
Kun yang melihat Lia memejamkan matanya ketakutan, langsung melihat sekeliling.
"apa yang terjadi padanya?" batinnya.
"Lia?"
Lia yang sejak tadi panik sampai tak sadar pintu sudah terbuka pun akhirnya membuka matanya dan bisa bernafas lega.
"ini pak handuknya..." ucapnya seraya menyodorkan handuk pada Kun.
"kamu gapapa? kenapa tadi kamu kelihatan ketakutan?"
"gapapa...saya permisi dulu..."
"tunggu sebentar...tunggu disini..."
Kun masuk kedalam kamarnya.
"apa lagi sih ni orang? aku mau cepet balik ke office..."batinnya.
Setelah beberapa saat, Kun muncul dengan membawa sebuah coklat lalu...
"hhhaaaaaahhhh.....!!!!"
"Bapak.....!!!"
Lia terperanjat kaget dan tanpa sengaja memeluk Kun. Kun yang juga mendengar suara samar-samar itupun ikut kaget. Segera dia menarik tubuh Lia masuk kedalam kamarnya lalu menutup pintunya.
Kun bisa merasakan tubuh Lia yang gemetaran dan ketakutan.
"apa dia takut karena ini, tadi? tapi, kenapa aku malah grogi?"
Kun berusaha menenangkan Lia dengan mengusap rambutnya. Gadis yang tingginya tidak sampai se bahunya itu benar-benar ketakutan hingga tubuhnya terasa dingin.
"udah...udah...semua udah aman. gak ada apa-apa..." ucap Kun menenangkan.
Untuk beberapa saat, Lia masih kalut dalam rasa takutnya sampai dia membuka mata dan menyadari apa yang telah dia lakukan. Segera dia melepaskan pelukannya dan mundur beberapa langkah.
"maaf pak, saya gak sengaja..." ucapnya menunduk malu.
"gapapa...ini makan dulu coklat biar enakan moodnya..." ucap Kun tersenyum sambil memberikan coklat pada Lia.
" gak usah pak, nanti—"
"udah, ambil aja..."
Kun menarik tangan Lia dan meletakkan coklat di genggaman nya.
"makasi pak...iya udah saya permisi dulu, pak..."
"mau saya antar?"
Walaupun sebenarnya Kun juga sedikit takut karena suara tadi, tapi dia tidak mungkin tega membiarkan Lia berjalan sendiri dengan suasana seperti tadi.
"gak usah pak...saya permisi..."
Lia segera keluar dari kamar tersebut dan menutup pintunya lalu pergi.
"tadi suara apaan, ya?"
Bangchan dan Lia baru saja menyelesaikan tugasnya mengepel lantai yang kebetulan basah karena tamu yang menumpahkan minuman. Merekapun memutuskan untuk beristirahat di pantry.
Saat tengah duduk, Lia teringat pada coklat yang diberikan oleh Kun dan mengeluarkannya.
"nih..." ucapnya sambil menyodorkan coklat pada Bangchan.
"dia bawa coklat? ada angin apanih?" batinnya.
"mau gak?" tanya Lia kesal karena tidak mendapatkan respon.
"iya mau lah...siapa yang nolak coklat...btw, makasih..." ucap Bangchan sambil membuka coklat tersebut.
"hhhmmm..." jawab Lia cuek.
"ngasi hadiah kayak gak ikhlas banget. Tapi itu kan emang sifatnya dia. Gengsi banget ni anak..." batin Bangchan.
Dia mematahkan coklatnya dan menyodorkannya ke mulut Lia.
"nih..."
"gak makasi..."
"aish...mana enak makan sendiri. buka mulutmu..." paksa Bangchan.
Lia pun memakan coklat yang disuapkan Bangchan padanya.
"nah...gitu kan enak, nurut..."
Lia hanya bisa menggeleng pelan lalu kembali men scroll layar Hpnya.
Diam-diam Bangchan pun menatap ke arah Lia."apa dia suka sama aku? Tapi, dia gak keliatan kayak cewek lain yang nunjukin rasa suka nya. Eh,tapi dia kan emang beda dari yang lain. Gak mungkin lah dia terang-terangan nunjukin kalau dia suka..." batinnya.
Lia yang merasa ada yang memperhatikannya langsung melirik tajam ke arah Bangchan.
"kenapa?!"
Bangchan pun segera memalingkan wajahnya.
"gapapa..."
Lia berdecih pelan lalu kembali menatap layar Hpnya.
"manis...tapi galak banget...."
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy Baby. [✓]
FanfictionCerita ini hanyalah fiktif belaka dari author amatiran yang kurang kerjaan