11

130 11 0
                                    

Selesai makan, Bangchan mengajak Lia ke pantai karena hanya itu tempat yang ia tau sering Lia kunjungi.

Lia memang sangat suka pantai. entah kenapa dia merasa tenang saat mendengar suara deru ombak dan hembusan angin.

Bangchan pun hanya mengikuti langkah kaki Lia dari jauh memastikan dirinya tidak menganggu ketenangan Lia.





"aku gak tau sampai kapan aku bisa bertahan. kadang aku ngerasa dunia terlalu jahat. semua orang menjauh , bahkan seakan aku tidak pernah ada sama sekali. aku lelah...


di rumah, disekolah, di manapun aku berada, aku merasa lelah diperlakukan tidak adil. orang-orang mengatakan jika itu hanya perasaanku saja, jika itu hanya dari sudut pandang ku saja. tapi mereka belum merasakan diposisiku. selalu menjadi yang harus mengalah, dan selalu diabaikan..."











Lia mengusap air matanya yang sudah tidak terbendung lagi.
dari belakang, Bangchan bisa tau bahwa Lia sedang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Tapi dia tidak tau harus berbuat apa. dia hanya ingin bisa menemani dan menghibur Lia entah dengan alasan apa. Meskipun tak mau melakukannya dengan kata-kata.




"Lia...ayo balik. udah jam 9..." panggil Bangchan.

"iya..."


Lia segera berbalik dan berjalan menyusul Bangchan.

Mereka memang kurang akur, tidak bisa berkomunikasi, tapi mereka dekat. dekat dalam hal sering keluar bersama, menemani satu sama lain walaupun sedikit komunikasi. Itupun baru sejak mereka melalui masa PKL bersama. Sebelumnya ya.... Biasa saja selayaknya teman yang lain.





Tidak, tidak ada seorangpun yang tau masalah itu. orang lain melihat mereka tidak sedekat itu. mereka menyembunyikan hubungan alam bawah sadar mereka. Bangchan karena gengsi, Lia karena memang tidak suka dibicarakan orang lain.





Bangchan memberikan helm pada Lia, tanpa berbicara sepatah katapun sepanjang perjalanan sampai tiba di rumah Lia. Hanya satu hal yang mereka rasakan berbeda. Ketika Lia memeluk Bangchan dari belakang saat berkendara. Lia merasa sedikit rasa kesepiannya hilang, dan Bangchan yang merasa sedikit gelitikan aneh di perutnya.






bahkan saat Bangchan meninggalkan rumah Lia pun mereka tidak berbicara lagi.










(adakah yang seperti itu? ada, tentu saja. aku yakin di dunia ini ada yang pernah mengalami hubungan seperti itu.)








Saat Lia memasuki halaman, terlihat Enhyuk duduk di kursi teras rumahnya sambil memainkan ponselnya.



"bapak udah pulang?"



Enhyuk yang mendengar suara Lia melirik lalu melepaskan kaca matanya.


"kamu tengkar lagi sama ibu mu?"


"biasa lah pak... " jawab Lia sambil tertawa pelan.


"Lia, ngalah sama ibumu. kamu tau kan sifat ibumu kaya gimana?"


Lia  memutar bola matanya malas. Selalu sama perintahnya.


"ngalah gimana lagi sih pak? ibu itu pilih kasih banget. nyuci baju aja sempat-sempatnya misahin bajuku sama baju anaknya yang lain. padahal pake mesin cuci. emang apa bedanya sih aku sama anak kalian yang lain?" keluh Lia kesal.




"Put...adikmu masih kecil, kakakmu masih belum stabil sejak perceraiannya dulu..."


"gitu aja terus sampe gajah bisa terbang. Dia aja udah bisa beberapa kali ganti pacar! Aku masuk ke kamar dulu pak..."

Big Boy Baby. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang