22

97 9 0
                                    

Lia duduk di balkon kamar yang disediakan untuknya dengan menggunakan baju tidur berwarna putih pemberian Irene. Ia melamun dengan pikiran, hati, dan jiwanya yang semua dirasanya sedang sangat lelah.

"Lia..."

Kun menyentuh pelan bahu Lia yang membuatnya kaget.

"pak Kun..."

Lia langsung bangkit dan membungkuk pelan.

"maaf lancang, tapi dari tadi aku panggil kamu gak nyaut..." ucap Kun.

"maaf pak...saya tadi...aduh... ada yang bisa saya bantu?" tanya Lia tanpa sadar yang membuat Kun tertawa pelan.

"apa kamu selalu ngomong seformal itu ke semua orang?"

Lia terdiam sejenak lalu menepuk pelan keningnya merutuki kebodohannya.

"maaf pak... kebiasaan..."

"aku cuma mau ngobrol aja sama kamu. Itupun kalau kamu gak keberatan..."

Lia terdiam sesaat.

"boleh pak... saya juga belum ngantuk..."

Kun tersenyum dan duduk di salah satu kursi yang kosong.

"kamu sama Bangchan..."

"temen..."

Kun mengangguk pelan.

"kalian gak pernah keliatan deket. Tapi kok dia bisa di rumah mu?"

"oh itu...saya sama Bangchan satu sekolah dari SD. Emang gak akrab, cuma emang sering keluar bareng..."

Kun mendengar itu pun langsung mengerutkan alisnya.

"gak akrab, tapi sering keluar bareng? maksudnya?"

Lia tertawa pelan mengingat betapa bodohnya hubungan pertemanannya dengan Bangchan.

"iya gitu...kita emang berteman dengan cara yang beda. Kita jarang bicara, tapi kita sering keluar bareng. Dan itupun kita gak banyak bicara. Cuma ya gitu aja, jalan, makan tanpa ngobrol..."

Lala yang terbangun dari tidurnya langsung berlari dan naik ke pangkuan Lia. Lala sudah cantik dan wangi karena tadi Kun meminta pengawalnya untuk membawa Lala ke petshop dulu. Untung saja anjing itu jinak dan pintar sekali. Bahkan pengawal Kun sangat senang bercanda dengan Lala. Dia seperti bola bulu kecil diantara para Titan.

"apa dia papanya Lala?"

"gak...Lala aja gak akrab sama dia..."

"kalian temenan apa gimana sih? baru kali ini saya denger orang temenan kayak gitu..."

Lia tertawa mendengar nada kesal dari Kun dan menoleh ke arah pria itu.

"gatau...tapi ya biasa aja kayak gitu. Malah rasanya aneh kalau kita banyak ngomong..."

"kamu suka sama dia?"

Pertanyaan Kun langsung membuat senyum di wajah Lia memudar.

"gak...gak sedikitpun..."

"apa karena Soobin?"


Lia terasa seperti di tampar kembali oleh kenyataan. Iya, dia menutup hatinya karena Soobin. karena Soobin dia tidak bisa mencintai orang lain lagi.

"entah..." jawabnya singkat.

"tapi Soobin udah punya pasangan. Apa kamu masih nungguin dia?"

Lia menggeleng pelan.

"gak...aku bukan perusak hubungan orang lain..."

"lalu, kamu mau buka hati kamu?"

Lia menunduk tak tau harus menjawab apa. Kun menyentuh dagu Lia dan membuat gadis itu menatapnya.

Big Boy Baby. [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang