"beli keduanya..."
"Nope! Aku cuma butuh satu kenapa malah keduanya..." Keluh Lia sambil menimang tas di tangannya. Ya, dia sedang membeli keperluan untuknya kuliah Minggu depan. Semua sudah diurus oleh Suho yang tentu saja dengan cara cepat.
Satu tas ia suka warnanya, tapi dirasanya kapasitasnya tak akan mumpuni karena ukurannya kecil. Sedangkan tas satu lagi cukup besar tapi style nya terlalu mewah. Lia tak suka dengan tas seperti itu.
Kun yang mendengar jawaban Lia rasanya gemas juga. Dia bisa bahkan membelikan seluruh tas yang ada di toko itu. Namun sejak tadi kekasihnya itu benar-benar membeli sesuatu hanya sebutuhnya saja. Jika saja itu dirumah, sudah dia cium gemas kekasihnya itu.
"Yang ini saja. I love the style and you need it more,right?" Ucap Kun sambil menunjuk pilihan tas kedua.
"Hhmmm...yeah... You're right..."
Setengah hati Lia meletakkan kembali tas pertama dan akhirnya memutuskan membeli tas kedua. Kun yang melihat wajah sedih menggemaskan kekasihnya itu akhirnya tak tahan juga lalu memeluk Lia dari belakang dan mencuri ciuman di pipinya membuat Lia kaget.
"Kak Kun...!"
Kun tertawa pelan lalu memeluk erat kekasihnya itu saking gemasnya. Mungkin jika Lia bisa disimpannya dirumah, akan dia simpan kekasihnya itu untuknya sendiri.
"Kau disini juga, Kun?"
Lia dan Kun yang sedang bermesraan itupun menoleh ke sumber suara. Seorang wanita cantik dengan kulit putih bersih dan wajah emm... Agak sensual (?) mendekat ke arah mereka. Jujur saja, Lia tak suka melihatnya. Terutama tatapannya yang seperti sengaja dibuat-buat imut itu. Tak cocok dengan penampilan dan wajahnya yang nampak dewasa.
Diliriknya Kun yang nampak sudah memasang wajah datarnya. Sungguh, ingin Lia tertawa sekarang melihat respon Kun. Wanita itu nampak sekali sedang ingin menggoda kekasihnya itu namun Kun jelas nampak tak tertarik bahkan nampak terganggu dengan kehadirannya.
"Ahh.... Apa dia Shuhua?"
"Ayo sayang, kita ke kasir..." Ajak Kun cepat namun Shuhua sudah lebih dulu menahan tangannya.
Lia tak melawannya. Dia hanya menatap tangan Shuhua yang memegang tangan Kun lalu beralih menatap keduanya bergiliran. Dia ingin tahu sebenarnya bagaimana kelakuan wanita itu pada Kun sampai-sampai Kun nampak muak sekali dengannya.
"Kau belum menjawab ku..." Rengek Shuhua yang jujur saja membuat Lia ingin muntah. Jika disana ada Yeji atau Ryujin, mungkin dua anak itu sudah ingin mencabik-cabik nya sekarang juga.
"Aku tak ada urusan denganmu. Ayo sayang..."
"Jadi dia pacarmu? Lia,bukan?" Tanya Shuhua sambil beralih menatap ke arah Lia dengan tatapan yang seakan menilainya dari ujung kaki ke ujung kepalanya.
"Iya... Kau pasti Shuhua, ya?"
"Hhmmm... Apa Kun menceritakan tentang padamu?" Tanya Shuhua sambil tersenyum menyebalkan.
"Oh, bukan. Tapi mama Irene..."
Kun sebenarnya ingin segera membawa Lia pergi dari sana. Dia tahu Shuhua bisa saja meracuni pikiran Lia dengan kata-katanya namun nampaknya kekasihnya itu seperti sudah siap menghadapi Shuhua.
"Oh iya? Apa yang mama katakan?" Tanya Shuhua bersemangat.
"Cih...! Dia bahkan tak pernah mengizinkanmu memanggilnya mama..." Gerutu Kun kesal yang dibalas usapan pelan pada lengannya oleh Lia sementara Shuhua nampak kesal namun dengan cepat dia bisa menjaga ekspresinya.
"Emm...mama Irene hanya bilang untukku menjauhi sesuatu yang beracun..." Jawab Lia dengan tampang polosnya.
"Beracun?! Siapa?"
"Siapa lagi kalau bukan kau!" Ucap Kun kesal.
"Aku? Kenapa aku? Ah... Apa karena aku berhasil membuatmu—"
"Membuat Kun nampak buruk dimata keluarganya. Itu sebabnya kau disebut beracun..."
Shuhua menatap nyalang Lia yang nampak santai saja sedangkan Kun menunjukkan smirknya. Ya...kekasihnya memang sudah siap menghadapi kejamnya lingkungan hidupnya.
"Kau—"
"Kekasih Kun. Jadi..."
Lia melepas paksa tangan Shuhua yang masih memegang tangan Kun.
"Don't touch him. Because he's my man..." Ucap Lia pelan namun penuh penekanan yang membuat Shuhua makin kesal.
"Come on, dear... We need to get luch..."
Kun mencium pucuk kepala Lia lalu keduanya pun meninggalkan Shuhua yang kebakaran disana menatap tajam keduanya.
"You mess with wrong person, Lia..."
"Kamu gak cemburu?"
"With her?"
Lia tertawa pelan melihat wajah khawatir Kun. Padahal Kun sendiri sudah cukup khawatir jika akan menghadapi kesalnya wanita saat cemburu. Namun Lia nampak sangat tenang saja.
"Cemburu dengannya maka mama Irene akan menertawaiku..."
"Aku malah lebih ngerasa kasihan sama dia. Sampe segitunya dia ngerendahin dirinya sendiri sebagai wanita..." Jawab Lia santai yang membuat Kun mengeratkan pelukannya.
Posisi mereka kini sudah ada di kamar Lia. Kun yang duduk di ranjang dan Lia dalam pangkuannya.
"Bukan karena kamu gak cinta kan sama aku?" Tanya Kun lirih yang seakan cukup membuat lidah Lia sedikit kelu dan senyumnya sedikit memudar.
"Aku gak akan pergi sejauh ini kalau aku gak percaya sama kamu..." Ucap Lia sambil mengusap pelan kepala Kun yang memang bersandar di dadanya. Pria itupun memejamkan matanya merasakan bagaimana lembutnya Lia padanya. Sungguh, rasanya tak jauh berbeda seperti merasakan kasih sayang dan kelembutan mamanya.
"Setahun itu lama. Dan aku harus nunggu kamu selesai kuliah yang bertahun-tahun lamanya. Apa gak bisa dipercepat saja?" Gerutu Kun kesal yang membuat Lia jadi berpikir yang tidak-tidak sekarang.
"Kita sudah serumah. Apalagi masalahnya?"
"Masalahnya itu kamu belum seratus persen punyaku. Hak milikku. Kalau sudah menikah kan beda lagi..."
"Otakmu saja yang sepertinya sudah jauh pikirannya..."
Kun terdiam sedikit malu karena memang benar yang dikatakan Lia. Hei... Dia laki-laki normal dan bersama orang yang dicintainya sedekat dan seintim sekarang, pastilah membuat sesuatu bangkit dalam dirinya.
"Tenang Kun...sabar...tahan kalau masih mau bernyawa dirumah ini. Jangan membangunkan macan yang sedang tidur atau macan itu yang ngegoreng kamu dengan tangannya sendiri..."
Macan : Mama cantik
.
.
.Keknya cerita ini gak ada yang menarik ya?
Apa author unpub aja ya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Big Boy Baby. [✓]
FanfictionCerita ini hanyalah fiktif belaka dari author amatiran yang kurang kerjaan