Lisa membuka pintu rumahnya.
"Lisa-ya, ayahmu pulang"
Lisa menoleh saat suara adik tirinya menyapanya.
"Dia juga ayahmu, bodoh" kata Lisa.
Watanabe Haruto, remaja berusia 16 tahun. Adik tirinya sejak 5 tahun lalu. Ibu Lisa maupun Ibu Haruto sudah meninggal, tersisa ayah mereka. Ayah kandung Lisa yang merupakan ayah tiri Haruto sekarang.
Haruto tertawa, "Nilaiku turun, ayah memukulku" katanya dengan menunjukan punggungnya yang memiliki beberapa garis merah.
Bekas tongkat golf.
Hati Lisa mencelos.
Ia memaksakan tersenyum dan mengusap kepala Haruto, "Kalau begitu belajarlah lebih giat" katanya.
Haruto cemberut, "Belajar itu menyusahkan"
Lisa tertawa dan memukul lengan Haruto pelan, "Jika kamu bisa masuk 10 besar maka aku akan membelikanmu motor terbaru yang kamu inginkan"
Mata Haruto berbinar, "Benarkah? Aku pegang kata-katamu, Lalisa" katanya kemudian berlari ke arah lantai 2. Kamar lelaki itu berada.
Lisa kemudian menghela nafas, ia berjalan ke arah ruang kerja ayahnya.
"Lisa datang, ayah" kata Lisa memasuki ruang kerja ayahnya.
Ayah Lisa. Aroon Manoban. Lelaki berusia 50 tahun.
"Nilai adikmu turun. Apa kamu tidak bisa membimbingnya dengan benar?" tanya ayahnya.
Lisa meletakkan kedua tangannya didepan badan dan menunduk, "Maaf ayah"
"Semester depan, pastikan nilai adikmu naik dan ia masuk 3 besar. Dan kamu harus menjadi juara umum disekolahmu"
"Baik ayah"
"Ayah juga ingin kamu memiliki prestasi lain. Terakhir kali kamu mendapatkan juara tiga pada lomba matematika. Kamu harus bisa mendapat juara satu"
Lisa mengangguk.
"Satu lagi, menangkan medali emas untuk cabang olahraga renang. Teman ayah ingin membuka bisnis pelatihan renang dengan skala internasional. Ayah ingin kamu menjadi modelnya, jadi menangkan medali emas itu" katanya.
Lisa lagi-lagi hanya mengangguk.
Ayah Lisa kemudian mendekat. Berdiri dihadapan Lisa.
Kemudian menyentuh wajah Lisa dan mengusapnya.
"Kamu tau kan mengapa ayah sangat keras denganmu dan Haruto?"
Lisa mengangguk. Ayah Lisa tersenyum dan memeluk Lisa.
"Semua yang ayah lakukan demi kebaikanmu dan Haruto, jadi kamu pasti mengerti" katanya.
Lisa diam. Ia hanya balas memeluk ayahnya.
Demi kebaikan?
Lisa tertawa dalam hati. Ia lebih tau apa yang terbaik untuknya.
.
.
.
Pada pagi harinya.
Lisa memasuki kelasnya saat bel masuk akan berbunyi. Ia tersenyum melihat Rosie yang tengah serius menonton drama melalui ponselnya.
Kemudian,
Dug!
Lisa menendang kaki meja Rosie. Membuat perempuan dengan tinggi 169cm itu memekik kaget.
"Sialan! Jangan ganggu aku" kata Rosie.
Lisa hanya tersenyum dan mengusap kepala Rosie pelan. Lisa akan duduk dibangkunya namun Jungkook lebih dulu menarik tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After School
Fanfiction"Apa kamu kekasihnya?" -Lalisa "Apa aku harus jadi kekasihmu?" -Jungkook