Lisa mengetukan jemarinya di meja perpustakan sebelum menarik kursi Rosie mendekat.
"Astaga. Berhenti membuatku kaget" kata Rosie saat kursinya tiba-tiba ditarik.
Lisa tersenyum kemudian menumpukan tangannya diatas meja, "Rosie-ya, apa jika ada seseorang yang menyukaiku. Itu berarti dia akan mencari tau segala hal tentangku?" tanya Lisa.
Rosie menatap Lisa. Kemudian menutup buku yang sedang dibacanya.
"Aku bisa mengatakan 95% mereka yang menyukai seseorang akan mencari tau segala hal tentang seseorang itu" kata Rosie.
"Untuk apa melakukannya? Bukankah itu seperti stalker?" tanya Lisa.
Rosie ketawa pelan sebelum ikut meletakan tangannya diatas meja, "Itu untuk kesenangan mereka sendiri. Tidak juga berbahaya"
"Lisa-ya, kita misalkan. Jika ada yang menyukaimu dengan benar maka dia akan mencari semua hal tentangmu. Bahagiamu, kesukaanmu bahkan hingga lukamu"
"Dia bisa mendekatkan dirinya menjadi kebahagiaanmu tapi bisa juga hanya menyimpan rasanya untuk dirinya sendiri" kata Rosie.
"Jika itu disimpan untuk dirinya untuk apa? Tidak berguna" kata Lisa.
Rosie benar-benar terhibur dengan kepolosan juga sakasti Lisa dalam percintaan.
"Jatuh cinta dalam diam juga menyenangkan. Apakah kamu belum pernah merasakannya?" tanya Rosie.
Jatuh cinta dalam diam? Merasakannya?
Tentu saja.
Hidup didunia selama 19 tahun, mana mungkin belum pernah merasakan jatuh cinta. Hanya saja Lisa tidak menganggapnya jatuh cinta dalam diam.
Mungkin Lisa menyukai, jangan menyebutnya cinta dahulu. Itu menggelikan.
Lisa hanya menyukai wajah Jungkook, tubuh Jungkook dan tatapan Jungkook. Ia menyukai apa yang ada pada Jungkook. Sedikit rahasia, bahwa tipe Lisa adalah good boy dengan sedikit tampilan bad boy. Dan Jungkook sangat memenuhi kriterianya.
Jadi tidak ada salahnya Lisa menyukainya bukan?
"Seseorang ingin membantuku meraih kebahagianku" kata Lisa tiba-tiba. Rosie menoleh dengan kaget.
Bagaimana mungkin Lisa mengatakan hal bahkan Rosie tidak pernah bayangkan sebelumnya.
"Aku sendiri tidak tau apa kebahagiaanku. Mengapa dia berani menawarkan hal yang aku tidak tau? Sangat tidak masuk akal" katanya. Tanpa mau menatap Rosie. Karena mata berbinar Rosie yang tertarik pada cerita Lisa membuatnya silau. Terlalu berbinar terang.
Rosie tertawa pelan kemudian menutup mulutnya. Mereka sedang di perpustakaan, astaga. Rosie kemudian mendekat dan berbisik.
"Ini masalah hati. Maka logika tidak memiliki urusan"
.
.
.
Lisa melemparkan botol air mineral ke dalam tempat sampah. Setelah dari perpustakaan, Rosie memiliki latihan vocal bersama Jimin untuk perlombaan menyanyi. Entahlah, Rosie mulai dekat dengan Jimin. Awalnya Lisa sedikit cemburu. Wajar, Rosie adalah sahabatnya. Namun saat Lisa mengatakan bahwa Rosie terlalu sibuk dengan Jimin, Rosie tertawa.
Setelahnya, 'Kamu adalah cinta pertamaku. Tidak ada yang lebih berharga daripada kamu setelah orangtuaku, Lisa-ya'. Itulah kalimat yang terlontar dari mulut manis Rosie sebelum mengecup pipi Lisa dan pergi.
Lisa tidak tau Rosie mengatakannya hanya menenangkannya atau memang tulus, tapi setidaknya mood Lisa membaik setelah mendengar kalimat picisan itu.
"Hai"
Lisa menoleh.
Jeon Jungkook. Siapa lagi memangnya?
"Apa pelatih sudah menghubungimu?" tanya Jungkook membahas mengenai pelatih renang. Ingat saat Jungkook membawa Lisa ke kolam renang? Itu sebenarnya Jungkook mendaftarkan Lisa pada pelatihan renang disana.
Itu cukup menjamin.
"Aku sudah berlatih sejak 3 hari lalu" kata Lisa.
Jungkook sedikit kaget, "Aku bahkan baru mendaftarkanmu 5 hari lalu dan kamu sudah langsung berlatih?"
"Itu gila"
Lisa mendecih kemudian tertawa, "Menjadi gila itu perlu"
Jungkook ikut tersenyum. Meskipun percakapan keduanya terkadang bisa seperti percakapan alien yang tidak tentu arah tapi itu sangat menyenangkan. Jungkook seperti merasakan dunia baru.
"Apa nanti kamu akan berlatih?" tanya Jungkook.
"Kurasa"
"Aku-"
"Tidak perlu. Aku bisa mengurus diriku sendiri" potong Lisa. Ia tau bahwa Jungkook pasti akan meminta untuk menemaninya.
Lisa memasuki kelas bersamaan dengan Jungkook dibelakangnya.
Keadaan kelas selalu saja berisik. Apa anak-anak jaman sekarang memang sangat hobi berbicara dengan nada tinggi?
Sampai,
"Aishh"
Salah satu siswa perempuan menabrak Lisa saat bercanda dengan temannya.
"Meja bukanlah tempat untuk pantatmu, bodoh" kata Lisa mengomentari siswa itu karena mereka bercanda dengan duduk diatas meja. Saling mendorong hingga berakhir salah satu jatuh dan menabrak Lisa yang tengah lewat.
Bahkan pinggang Lisa menabrak meja disebelahnya.
"Kamu terlalu berlebihan" balasnya.
"Tentu saja berlebihan untuk seseorang yang tidak memiliki otak sepertimu" kata Lisa.
Siswa itu memandang Lisa kesal, "Kamu itu perempuan tapi sangat kasar. Apa orangtuamu tidak pernah mengajarimu sopan santun Lisa?"
Lisa akan menjawab namun Jungkook menyentuh lengannya.
"Lisa-ya, sudahlah" kata Jungkook.
Namun Lisa menepis tangan Jungkook.
"Memang. Aku hidup dengan uang jadi aku lupa dengan aturan sopan santun. Tapi bagaimana denganmu? Apakah orangtuamu juga tidak mengajarkan tata krama untuk berlaku seperti perempuan anggun?" kata Lisa dengan melirik teman-temannya yang masih duduk diatas meja.
"Kami hanya duduk diatas meja. Tapi kamu selalu berkata kasar, bukankah kamu lebih buruk?"
Lisa mendorong bahu siswa didepannya, "Siapa yang lebih buruk dari memamerkan pahanya dengan duduk diatas meja? Dan lihatlah apakah kalian memiliki celana yang cukup untuk menutupi dalaman kalian"
Siswa itu tentu saja sangat kesal namun Jungkook lebih dulu menarik Lisa untuk menjauh. Menuju bangkunya.
"Lisa-ya, kendalikan emosimu" kata Jungkook.
Lagi-lagi Lisa menepis tangan Jungkook.
"Aku tau, mereka memang membuatmu kesal. Tapi berhentilah berkata kasar"
"Kamu itu perempuan" kata Jungkook lirih. Ia tidak ingin lagi memarahi Lisa secara terang-terangan.
"Diam" kata Lisa.
Jungkook menggeleng, "Tidak. Dengar, apalagi kamu membahas hal sensitif tadi. Lain kali perhatikan cara bicaramu"
Lisa mendorong dada Jungkook hingga lelaki itu menabrak loker dibelakangnya.
Suara benturan yang cukup keras membuat anak-anak kelas menoleh ke arah keduanya.
Lisa menghela nafas kasar kemudian pergi meninggalkan kelas.
Jungkook ikut menghela nafas kasar dan meremat rambutnya.
'Susah sekali membuatnya jinak'
Jungkook-ah, jangan sampai Lisa tau jika kamu ingin menjinakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
After School
Fanfiction"Apa kamu kekasihnya?" -Lalisa "Apa aku harus jadi kekasihmu?" -Jungkook