12

207 24 3
                                    

Lisa terdiam.

Jungkook pun ikut terdiam.

Hanya ada helaan nafas pelan dari keduanya. Setelah Lisa mengatakan beberapa hal itu, membuat keduanya terdiam.

Lisa sedang menetralkan segala gejolak emosinya. Jungkook tengah memutar otaknya untuk bisa merespon apa yang baru saja terjadi.

Lisa dengan kasar menyandarkan kepalanya ke belakang. Helaan nafas pun semakin berat.

"Aku mulai frustasi dengan semuanya" kata Lisa.

Jungkook jujur saja merasa sedih dan kasihan melihat Lisa yang memang terlihat sangat frustasi. Ia tidak tau jika Lisa memiliki beban seberat ini.

"Hei, Jeon Jungkook" panggil Lisa tanpa repot menoleh.

Jungkook berdeham pelan.

"Jalankan mobilnya. Aku harus pulang" kata Lisa. Jungkook terdiam beberapa saat sebelum akhirnya kembali menjalankan mobilnya.

Disisa waktu perjalanan hanya ada sunyi diantara keduanya. Tidak Jungkook maupun Lisa sepertinya sama-sama memilih untuk fokus pada dunianya sendiri. Sampai 20 menit terlewati.

"Ini rumahku. Aku, ayah, dan Haruto adikku. Kami tinggal bertiga sejak beberapa tahun ini" kata Lisa.

Lisa turun dari mobil dan diikuti oleh Jungkook. Keduanya berdiri disamping mobil dengan menatap kerumah besar milik keluarga Lisa.

"Ayah mengatakan padaku bahwa tujuan hidupku saat ini adalah menjadi yang terbaik"

"Selain itu, aku tidak memiliki ijin darinya"

"Termasuk memiliki seseorang dalam hidupku" baru setelahnya Lisa menatap Jungkook.

Jungkook masih diam menatap ke depan. Hanya Lisa. Hanya perempuan itu yang selalu setia menatap wajah Jungkook.

Lisa sendiri sudah tau.

Jungkook akan berpikir berkali-kali untuk melanjutkan hubungan mereka. Demi Tuhan, siapa yang mau bersama dengan perempuan dengan hidup dramatis?

Penuh omong kosong?

Lisa menghela nafas pelan. Ia menyisir rambutnya dengan jemari lentiknya.

"Terimakasih untuk hari ini. Kamu bisa pulang" kata Lisa sebelum melewati Jungkook untuk memasuki halaman rumahnya. Meninggalkan Jungkook yang entah sudah sejak kapan membisu.

Mata Jungkook masih terus menatap punggung Lisa sampai benar-benar hilang dibalik pintu utama rumah besar itu.

. . . . .

Malamnya.

Jungkook bersama Jimin berada dibalkon kamarnya.

"Apa ini bentuk sebagai kesombonganmu karena hidup sendiri" tunjuk Jimin pada beberapa botol alkohol yang ada dimeja balkon. Yang mana sudah habis pada Jungkook 2 botol itu.

Jungkook tersenyum tipis, "Jika kamu iri, bilang saja"

Jimin mendecih. Tentu saja ia iri. Orangtua Jimin cukup ketat padanya. Alkohol? Bahkan Jimin tidak dibolehkan pulang melebihi pukul 1 malam.

Jimin tau ada yang sedang menganggu otak kecil sahabatnya ini. Jungkook bukan tipe peminum, atau bahkan Jimin lebih ahli dalam alkohol dibandingkan bajingan satu ini.

"Jadi, ada apa?" tanya Jimin dengan menyalakan rokoknya.

Jungkook melirik Jimin dan menendang kaki kursi Jimin yang ada didepannya, "Bajingan, kamu akan membuat kamarku bau rokok"

"Jangan berlebihan, ini hanya sebatang" kata Jimin menghiraukan.

"Apa yang sedang mengganggumu?" tanya Jimin. Mengulang.

After SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang