Terlepas dari semua pecahan diri yang berkeping-keping, mencintai atau di cintai adalah sebuah pertanda kasih dari sebuah pengorbanan. Manusia seperti cerita fiksi belaka.
Pagi itu, hari itu, bulan itu, cahaya mentari itu. Menerbitkan cahaya harapan pada manusia. Juga, sebenarnya apa yang menjadi masalah dalam hidupmu? Sebuah benang kusut mengisi semua pikiran manusia, bukan soal pertanyaan apa? Tapi persoalan bagaimana?
Bagaimana cara bertahan hidup? Untuk apa dan bagaimana caranya? Manusia berhati kosong dan belum mengidentifikasi dirinya sendiri. Ketika aku menanyakan beberapa survei kalangan orang tingkat menengah ke bawah bahkan ke atas, mereka melupakan eksistensi manusia pada dirinya.
Buas, tamak, egoisme memakan hati. Seperti terdengar angin puting beliung menyapu bersih seluruh hal yang ia terjang. Hancur, semua hancur karena manusia itu sendiri. Pemecahan, solusi utama dari kesadaran primer yang terbagi menjadi delapan bagian.
Kemarin, aku mendapatkan pelukan hangat dari seorang ibu. Entah mengapa dirinya selalu menormalisasi tentang apa yang ada dalam hidup ini? Kenapa aku selalu disamakan? Bukannya memang jelas-jelas aku yang berbeda?
"De, kalau mama udah ga ada.. siapa lagi yang bisa jagain kamu kalau lagi begini? Kamu harus kuat ya..". Terdengar suara tangis yang berbisik dari dalam dekap telinga kiri, pelukan hangat membuat aku semakin melupakan masalah yang selalu menimpa diriku. Hangat, nyaman, tenang. "Kamu janji sama mama, kamu sudah dewasa dan memiliki potensi untuk berhasil juga.. mama percaya itu.."
"Haha, mengapa kamu menganggap aku normal?".
"Seperti nyanyian syahdu rindu menghampiri daun telinga"
Manusia yang lemah jatuh di hadapan sang ibu, meski ia mengetahui semuanya. Semua hal yang aku pendam. Insting sebagai orang yang mengasuh anak selama bertahun-tahun pasti sudah memahami bagaimana anomali yang anaknya perbuat. Terlepas dari penderitaan seorang anak yang terlahir dari rahim seorang ibu, aku tidak sepenuhnya sempurna.
***
23 Desember 2022, beralih.
Aku berpikir saat itu adalah cinta yang aku rasakan, begitu besar rasa sayang kepada sesosok manusia yang selalu menemani diriku apa pun keadaan. Aku pikir hari itu adalah hari yang akan melanjutkan perjalanan kisah kasih saling mencintai satu sama lain.
Ketika saat komunitas catur online yang aku bentuk di platform besar bernama tel*gram aku membuat sebuah agenda acara seperti turnamen catur pertama di komunitas atau grup kecil yang aku bentuk. Aku dan para staff hari itu sedang melakukan persiapan untuk acara turnamen catur yang kami ingin selenggarakan.
Tepat jam 6 sore menjelang malam, aku menunggu kehadiran para staff lainnya setelah sholat magrib di tempat voice channel private kami untuk mengadakan rapat perencanaan agenda turnamen yang di selenggarakan. Awalnya, hanya aku yang hadir lebih dahulu.
Tidak lama kemudian uby, bar, dan teman-teman staff lainnya berkumpul untuk rapat secara online. Terlepas dari masalah diri yang sedang berlangsung kambuh. Ketika rapat sudah di mulai, aku menahan rasa pusing yang begitu berat. Sejujurnya, bulan ini adalah bulan paling menyeramkan menurut aku secara pribadi.
Kepribadian mulai bergeser dan bercampur dengan kesadaran lain menghasilkan beberapa hal yang aku sendiri tidak bisa mengingat semua dari rapat tersebut. Kira-kira aku hanya mengingat ketika aku membuka sebuah rapat dengan salam sapa hangat seperti ini "assalamualaikum dan selamat sore menuju malam semuanya! Gw disini mau mempersiapkan acara yang sebentar lagi...". Tepat ketika aku berbicara setengah dari pembukaan rapat, aku terlempar jauh dari kesadaran utama. Antara aku dan pribadi lain menyatu menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia dan Coretannya [TAMAT] - Revisi
SachbücherKisah perjalanan menuju kesempurnaan penerimaan diri karena memiliki perspektif paling puitis dan melihat kebiasaan, ketakutan, dan penderitaan orang serta tubuh yang gemetar. Perjalanan pencarian jati diri menuju kesempurnaan penerimaan diri. Entah...