Beberapa hal tentang sembuh seperti sebuah perspektif yang berbeda untuk beberapa orang, bahkan orang terdekat kamu akan mengatakan bahwa kamu baik-baik saja. Tidak perlu sebuah treatment atau penanganan lebih lanjut karena beberapa hal yang di nilai seperti sepele.
Beberapa hal yang aku alami, baik hal buruk juga datang kepadaku. Orang menilai betapa OverActing nya diri ini. Tapi aku tidak mengambil pusing dan terlalu mendengarkan pendapat yang tidak sama sekali menambahkan bunga majemuk kemajuan 1% perharinya.
Saat aku masih sekolah juga akan seperti itu, bahkan aku memaksakan diri dengan kendali 50:50. Mengajak kolaborasi antara sesama kepribadian yang bersemayam di dalam tubuh ini. Mungkin aku terlihat seperti normal pada pandangan satu saja, tapi kamu tetap saja sebuah detail yang kecil perlu diperhatikan secara rinci.
Prilaku dan akibat dari pribadi lain menghambat tubuh ini, semua pelajaran dan beberapa hal akademik terkadang menganggu. Maksudku, mereka setiap personal mayoritas dalam tubuh ini memperlakukan beberapa hal yang aneh. Bahkan sampai berujung kematian seperti chapter kemarin aku katakan.
Sebuah fragmen pecahan diri, tercipta dari beberapa pengalaman. Kamu mungkin akan menganggap aku sebagai orang yang normal dan tidak memiliki sebuah beban dalam hidup. Pada beberapa hal aku merasakan kecemasan berlebih atau anxienty menyerang menjadi sebuah hantu dalam benak dan lubuk hati.
Lesuk-sesukma ini terasa menohok dalam diri, apakah sebuah depresi membuat aku menjadi tidak bisa berpikir secara rasional. Seperti pikiran penuh kotoran yang menumpuk dalam benak ini. Alam bawah sadar larut dalam asa yang aku rasakan.
Mama, Papa, dan teman-teman diluar sana. Kalian pasti akan menganggap aku sebagai manusia paling lemah dan pecundang dalam hidup ini kan? Atau mungkin itu hanya pikiran ku saja yang berpikir bahwa memang aku seperti sampah yang terbuang dan terabaikan.
Permintaan Dokter Azizah sekaligus konselor atau psikiater memintaku untuk terus menulis, menulis dan menulis tanpa henti. Ternyata aku mulai menyadari tentang hal ini. Iya, tentang coretan dan catatan.
Sebuah terapi yang aku jalani seperti sebuah persefektif halusinasi belaka nan fana. Terasa sebuah mahakarya dengan ilmu serta pengetahuan dari kanvas yang pernah aku lukis dalam kehidupan ini. Pernah juga aku memikirkan cerita tentang bagaimana kelak aku bisa menjadi pemimpin dalam diri sendiri? Mungkin nanti, atau mungkin waktu akan menentukan bagaimana aku bisa lebih jujur kepada diri sendiri.
Suntuk, lesu, cemas, depresi. Semua bercampur menjadi asa yang termasuk dalam larutan gula dan kopi murni dengan cita rasa sedikit asam, pahit, dan manis. Cita rasa tentang diri sendiri seperti menyeduh sebuah kopi dengan gula. Hawa sejuk untuk merenung serta menulis membuat sesukma ini menjadi lekuk-lekuk tidak beraturan nan perlahan berubah menjadi arus halus terbentuk.
Bahasa kali ini menggunakan kosa kata begitu berat, mungkin untuk beberapa orang akan bingung dan sulit memahami apa yang aku sedang ceritakan dalam chapter atau arc tentang terapi. Namun aku hanya bisa membagikan beberapa pengalaman tentang penyembuhan yang aku alami.
***
2016, sekolah menengah pertama.
Saat pertama kalinya aku belajar tentang mengendalikan kesadaran yang menumpuk dalam diri. Jujur, tidak mudah dan aku memerlukan beberapa metode penyembuhan yang aku lakukan dalam diri ini.
Pagi itu, sebelum kematian yang menyerangku. Aku terbangun dalam rasa kantuk yang begitu luar biasa. Lantaran semalam aku selalu bermimpi buruk dan memikirkan hal nan begitu menyeramkan. Aku tau bahwa itu tidak baik untuk diri ini, seperti hantu yang terlintas dalam bayang-bayang masa yang telah aku lalui.
"De... Bangun, udah pagi ini jam setengah 7! Cepetan siap-siap untuk berangkat ke sekolah!". Seperti itu lah hal yang membuat aku sadar untuk aku harus tetap bangun dari tidurku yang tidak begitu sempurna, mama selalu mengingatkan aku bahwa aku bisa melewati Phase atau gelombang kehidupan yang begitu kencang. "Ayo de, bangun. Sudah mama siapkan makanan dan pakaiannya! Buruan mandi!". Terdengar seperti ocehan dan cemoohan yang begitu berisik di pagi hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manusia dan Coretannya [TAMAT] - Revisi
Não FicçãoKisah perjalanan menuju kesempurnaan penerimaan diri karena memiliki perspektif paling puitis dan melihat kebiasaan, ketakutan, dan penderitaan orang serta tubuh yang gemetar. Perjalanan pencarian jati diri menuju kesempurnaan penerimaan diri. Entah...